Judul ini saya buat berdasarkan pengalaman saya sendiri. Saya hobi membaca buku dan hampir setiap saat menyempatkan diri membaca sebuah buku. Namun, rasanya kurang nyaman membaca buku di tempat umum atau terbuka. Masih banyak orang-orang yang terus memandangi saya. Padahal, harusnya hal ini dianggap biasa saja, sama seperti orang-orang zaman sekarang yang asyik mengutak-atik telepon genggamnya. Ini pun sama saja, hanya bendanya saja yang berbeda. Seperti ketika saya membaca buku novel--yang notabene orang yang tidak suka membaca pun setidaknya pernah membaca novel, mereka menganggap aktivitas ini sebagai suatu yang aneh, tak seperti orang lain lakukan. Atau semisal ketika berada di lingkungan teman-teman, seringkali saya dibilang " rajin banget" atau "aku gak akan kuat baca buku, bikin ngantuk."
Di kota tempat saya tinggal, yaitu di Sukabumi, tingkat minat baca yang tergolong rendah menjadi salah satu penyebabnya. Karena kota Sukabumi adalah kota kecil--bahkan terkecil se-pulau Jawa, maklumlah jika belum ada toko buku ternama seperti yang ada di kota-kota besar. Saya pikir mungkin karena tidak ada tempat yang strategis untuk membuka toko buku tersebut, padahal saya akan sangat senang jika ada toko buku yang lengkap dan nyaman. Memang sudah ada beberapa Toko Buku, tetapi masih dirasa kurang lengkap dan hanya toko buku kecil saja. Bak gayung bersambut, diadakanlah Bazaar buku murah dari Toko Buku tersebut, yang membuka peluang Toko Buku tersebut akan membuka cabang disini. Promosi yang begitu menarik, harga yang murah, tempat yang sederhana namun nyaman dan letak yang  cukup mudah dijangkau. Hanya kekurangannya terletak di jumlah buku yang sedikit dan minim buku-buku baru atau buku best seller.Â
Namun apa yang terjadi?  Bazaar yang saya prediksikan akan ramai pengunjung ini malah sepi pembeli. Hanya beberapa dan cuma lihat-lihat saja, itupun kebanyakan orang dewasa ketimbang siswa sekolah yang menjadi sasaran utama. Bazaar ini pun tak hanya dilakukan sehari atau dua hari, bukan hanya sekali  s, namun sudah berkali-kali dan masa yang terus menerus diperpanjang dengan harapan masyarakat Kota Sukabumi gemar membaca buku disamping meraup keuntungan yang tak seberapa itu. Rapuhlah harapan saya menginginkan toko tersebut membuka cabang di kota saya. Kemungkinannya sangat kecil, dilihat dari "percobaan" bazaar nya saja sudah sepi, apalagi ketika nekat membuka toko buku "asli". Namun masih ada kemungkinan, karena di Bazaar (yang masih diperpanjang) sepertinya tempatnya tidak strategis karena jauh dari keramaian siswa sekolah dan tempatnya yang hampir berada di ujung kota Sukabumi.Â
Maafkan jika saya agak keluar dari topik. Itulah kenyataannya. Hal yang berbeda pernah saya alami ketika saya membaca buku saat menumpangi kereta menuju Jakarta, masih ada orang-orang yang membaca buku sambil berdiri dan tak ada orang yang menatap aneh, saya pun merasa aktivtas membaca buku ini adalah hal lumrah dan memang seharusnya begitu.Â
Jawaban lain dari pertanyaan diatas adalah, jarangnya kita melihat orang lain atau diri kita sendiri membaca buku. Seperti yang pernah terjadi ketika saya baru saja membeli buku, dan anak kecil berumur sekitar tiga tahun penasaran dengan apa yang saya pegang. Saya tertawa, mungkin si anak kecil ini jarang sekali melihat buku di kehidupan sehari-hari. Membaca buku adalah sesuatu yang harus dikenalkan dan dipupuk sejak dini, tak ada salahnya untuk membiasakan membaca buku entah di masa mendatang ia akan menyukai buku atau tidak, ini agar kelak melihat orang membaca buku adalah hal yang sama saja seperti orang-orang bermain telepon genggam atau malah diri sendiri yang terbiasa membaca buku di tempat umum. Dan tentunya hal ini bukanlah hal yang perlu dipandang aneh dan cenderung berpikiran negatif (kutu buku, nerd, cupu,dsb) malah mengandung segudang manfaat. "READING IS A MUST, NOT JUST A HOBBY"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H