Mohon tunggu...
maurina maharani
maurina maharani Mohon Tunggu... -

mahasiswa yang mencoba berlari setelah lama merangkak

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Keluarga Baru Penyemangat Baru

29 Oktober 2013   10:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:53 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di suatu hari saat saya pertama menginjakan kaki pada kelas ini, yang saya lupa tanggal berapa tepatnya, saya berpikir, apa saya bisa beradaptasi dengan kelas ini? Teman baru, pelajaran baru, suasana baru, sepertinya akan sulit untuk saya bisa melalui itu semua. Mengingat daerah asal saya yang diluar kota bandung, tapi semua pikiran itu hilang ketika saya melihat mereka. Teman baru saya yang “dipaksa” bersama untuk 3 tahun kedepan. Yang saya ingat hari itu adalah hari senin saat mata kuliah Pengantar Akuntansi kami hanya duduk dalam diam karena keterbatasan pengetahuan kami tentang diri masing-masing. Ketika itu mata kuliah Pengantar Akuntansi hanya diisi dengan perkenalan sebagai awal kami belajar kedepannya. Memasuki kelas kedua, kami pergi ke lab komputer karena saat itu adalah mata kuliah Pengantar Tekonologi Informasi. Saat itu kami sedang menunggu dosen datang, lalu saya dan teman sebangku saya, yang kebetulan sudah kenal diluar kelas ini yaitu saat ppkk, nanat namanya, berkenalan dengan 3 orang teman baru, yang bisa di bilang teman kedua, ketiga, dan keempat saya setelah nanat. Vina, Amel, dan Ghea. Asik. Pikiran pertama saya saat saya mengobrol dengan mereka.

Hari demi hari saya menjalani susah senangnya berada di AK-B. Percaya atau tidak, saya merasakan “keluarga baru” dalam kelas ini. Secepat itu? Iyaa!!! Apa mereka malaikat-malaikat yang dikirim Tuhan untuk saya sebagai pengganti keluarga saya di Banten? Saya tau ini agak berlebihan, tapi itu kenyataannya. Mereka sangat sangat sangat istimewa. Dimata saya, mereka lebih dari sekedar “teman sekelas”. Mereka sumber inspirasi saya, mereka penyemangat saya, mereka tongkat saya ketika saya hampir terjatuh dan menyerah. Ketika kami benar-benar tidak tau lagi harus diapakan jurnal-jurnal ini agar balance, ada essar, master akuntansi yang siap sedia untuk mengajarkan kami supaya kami mengerti. Ketika kami benar-benar tidak tau rumus apa yang harus kami pakai saat mengerjakan tugas matematika bisnis, ada ariska, yang siap menjawab pertanyaan yang kami ajukan. Ketika kami benar-benar tidak tau lagi harus diapakan kurva Pengantar Ilmu Ekonomi ini, ada Syara yang siap menggambarkan di papan tulis kurva tersebut. Ketika kami benar-benar mengantuk ditengah-tengah pelajaran, ada nanat, yang bisa dikatakan penghibur kelas, dengan lagu andalannya, Ada Gajah Ada Semut.Ketika kami benar-benar lapar karena tidak sempat sarapan di tempat kost atau dirumah, ada ghea, ica, rahmi, dan esar yang berjualan di kelas. Layaknya food court kecil di kelas kami. Ada jemi, yang setiap hari “terpaksa” kami mendengar ia bernyanyi layaknya penyanyi profesional. Ada raffi, yang mengaku sebagai immortal yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Ada rizki, yang siap mengantar kami kemanapun dengan tujuan menolong. Ada riza, sang Ketua Kelas yang siap membawa apa pun yang memang harus dibawa, seperti mengumpulkan buku besar akuntansi, yang saya tau, itu berat. Ada amy, yang siap menagih uang kas, untuk kepentingan tugas dan kelas. Ketika kami harus mengerjakan tugas yang benar-benar kami tidak mengerti, kami akan merencanakan untuk kerja kelompok di kelas. Padahal saya tau, mereka lelah. Tapi semangat dan tanggung jawab mereka yang sangat tinggi, membuat saya berpikir. Saya harus sukses, seperti mereka, calon orang-orang besar yang akan membahagiakan semua orang, khususnya orangtua mereka. Yang saya tau, kuliah di Polban tidaklah mudah, apalagi tugas yang semakin hari dirasa semakin berat. Sampai suatu hari, teman sekelas saya, Amy berkata “ran, rambut aku sampe rontok gara-gara tugas” hahahhahaaha. Rina, Kanza, Wina, Anggie, Dika, Tony, Lia, Tiffany, Bintang, Riri, Meli, Arini, Inay, Gista, Risca, Alpi, bukannya saya pilih kasih tidak menceritakan sedikit tentang kalian, namun saya rasa akan jadi apa blog ini jika harus menceritakan masing-masing dari kalian, karena kalian penuh warna, penuh cerita. Banyak yang tidak bisa saya deskripsikan secara nyata, banyak pikiran tentang kelas ini yang tidak bisa saya tuliskan secara langsung. Biarlah Tuhan dan saya yang tau. Saya tidak tau harus merasakan apa jika saya tidak bertemu kalian secara lengkap nantinya. Mengingat, mungkin semua orang dihadapi berbagai pilihan. Saya mengerti. Kalian layaknya emas, disimpan di lumpur, diinjak-injak, dibanting, atau dibuang di tong sampah, kalian tetap emas yang senantiasa orang cari dan orang hargai. Terimakasih :)

1383040133305171779
1383040133305171779
13830403081813375574
13830403081813375574

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun