Mohon tunggu...
Mauren Septia Dwi Serawati
Mauren Septia Dwi Serawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Framing Berita di Media Sosial Dalam Isu Volume Sampah di Kabupaten Sumenep

26 Agustus 2024   20:22 Diperbarui: 26 Agustus 2024   21:29 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: SuryaMalang.com

Posisi geografis Kabupaten Sumenep terletak diantara 113º 32' - 116º 16' Bujur Timur dan 4º 55' - 7º 24' Lintang Selatan, dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Selatan : Selat Madura. Sebelah Utara : Laut Jawa. Sebelah Barat : Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Sumenep memiliki luas wilayah 2.093 km² dengan jumlah penduduk menurut BPS tahun 2023 sebanyak 1.142.210 jiwa.

Menurut analisis framing dari 10 media online yang berbeda diantaranya  yaitu, Jatim.viva.co.id , Kabar Madura, Media Jatim, Tribun Madura, Radar Madura, Intregritynews, Majalah Tempo, Koran Madura, Media Lintas Indonesia dan Salamnews yang diterbitkan dari tahun 2023-2024 menunjukkan bahwa, permasalahan yang banyak dihadapi di Kabupaten Sumenep ialah pembuangan sampah sembarangan, penumpukan sampah yang jumlahnya sangat banyak setiap tahunnya dan pembahasan tentang penanganan yang dilakukan terhadap masalah sampah. Berikut akan dibahas lebih lanjut tentang isu sampah yang ada di Kabupaten Sumenep.

  • Jatim.viva.co.id

Media ini berjudul “Ihwal Pengelolaan Sampah Masih Jadi Persoalan di Pedesaan Sumenep”, yang di terbitkan oleh Ibnu Abbas dan Abdul Warits, pada tanggal Rabu, 29 Maret 2023, jam 09:00 WIB

Sumber: Ibnu Abbas/Viva Jatim
Sumber: Ibnu Abbas/Viva Jatim

Menyebutkan bahwa Kabupaten Sumenep mendapat penghargaan Adipura atas pengelolaan sampah dan ruang hijau yang baik. Tetapi, fakta berbanding terbalik penumpukan sampah yang terjadi di daerah pedesaan masih banyak tumpukan sampah yang belum teratasi sampai tercium bau tidak sedap. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep atas laporan ini akan segera menindak lanjuti menangani penumpukan sampah di daerah pedesaan, dengan membentuk tim dan mengolah menjadi pupuk dan bahan kerajinan. Masyarakat sekitar juga diminta untuk turut andil untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kepala desa pun sudah dihubungi untuk menindak lanjuti penumpukan sampah yang ada di desanya masing-masing.

  • Media Jatim

Judul yang tertulis pada media ini ialah “TPA di Sumenep Overload, Per Hari Sampah Mencapai 33,32 Ton”, diterbitkan oleh Moh. Faiq pada Mei 11, 2023. 

Menuliskan bahwa produksi sampah di Kabupaten Sumenep terus meningkat dari tahun 2021 sampai sekarang. Plt Kepala UPT. Pengelolaan Sampah  Achmad Junaidi mengatakan tahun 2021, sampah yang dihasilkan dalam sehari mencapai 32,50 ton, pada tahun 2022 meningkat menjadi 32,82 ton, dan tahun 2023 meningkat lagi hingga 33,32 ton. Sementara luas TPA di Sumenep hanya 1 hektar. Untuk menangani masalah ini harus membangun Pusat Daur Ulang (PDU) di TPA tetapi biayanya mahal.

Penggerakan Komunitas Bank Sampah Syariat Indonesia (KBSSI) Ditas Anis Zafani menerangkan, penumpukan sampah ini terjadi karena masih menggunakan metode penimbunan (open dumping) dan landfill. Padahal metode ini tidak ramah terhadap lingkungan yang dapat menaikkan suhu bumi. Oleh karena itu, cara terbaik dalam mengelolah sampah yaitu dengan dijadikan kompos, dipilah, dan didaur ulang.

  • Tribun Madura.com

Berita ini bertuliskan “Sampah Berserakan di Kota Sumenep Dikeluhkan Warga, Penanganan TPS Disorot”, ditulis oleh Ali Hafidz Syahbana pada Kamis, 7 September 2023 jam 11:20 WIB.Meskipun sudah ditangani oleh dinas setempat pembuangan sampah liar cenderung semakin banyak walaupun sudah ada rambu peringatan. Warga yang tidak bertanggung jawab, tetap membuang sampah dipinggir jalan raya yang menimbulkan bau tak sedap. Warga sekitar berharap agar memberikan teguran yang keras bagi warga pembuang sampah sembarangan.

  • Kabar Madura

Berita ini berjudul “Sumenep Butuh Rp30 Miliar untuk Atasi Sampah”. Ditulis oleh Imam Mahdi pada tanggal 26 November 2023. Menyebutkan bahwa kekurangan alat pengelolahan sampah. Akibatnya terjadi tumpukan sampah yang setiap hari rata-rata sebanyak 30 ton. Untuk itu Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Sumenep Catur Wendra Setiady mengatakan, sudah merencanakan pengadaan mesin pengelolahan sampah pada tahun 2024 mendatang sebanyak Rp30 Miliar untuk mengatasi 30 ton sampah setiap harinya. Kemudia sampah akan dipilah antara sampah organik dan non organik. Usulan tersebut dinilai positif oleh Kekua Komisi III (DPRD) Sumene Dulsiam, karena dapat bermanfaat untuk mengatasi pencemaran lingkungan.

Beberapa bulan sejak berita di atas di terbitkan berita dengan media dan penulis yang sama, tepatnya diterbitkan pada 4 Maret 2024 yang berjudul “Selalu Tidak Disediakan Anggaran, DLH Sumenep Bingung Atasi Sampah”. Menyatakan bahwa tumpukan sampah mengalami kenaikan yang pada tahun 2023 hanya 29 ton perhari, bertambah mencapai 33-34 ton. Hal ini terjadi karena kekurangan TPA karena tidak adanya anggaran. Tetapi pemerhati lingkungan A. Makki mengatakan, bahwa banyaknya TPA akan menimbulkan kerusakan lingkungan karena sampah yang tidak didaur ulang dan dibiarkan menumpuk. Oleh karena itu, persoalan tentang sampah harus ditindaklanjuti karena dapat membahayan kesehatan bagi masyarakat sekitar.

  • Radar Madura

Berjudul “Tahun Baru, Volume Sampah di Sumenep Hampir 35 Ton”, ditulis oleh Berta SL Danafia pada Selasa, 2 Januari 2024, jam 08:30 WIB. Pada saat pergantian tahun baru sampah yang dihasilkan mencapai 35 ton, volume ini bertambah dibandingkan hari biasa. Untuk mengatasinya Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) DLH Sumenep Catur Wendra Setiadi menambah jumlah armada dan kontainer yang berjumlah 17 unit yang diletakkan dibeberapa tempat yang strategis. Ia juga berharap tidak membuang sampah sembarangan karena dapat menimbulkan banjir dan aroma yang tidak sedap karena biasanya dibuang di ruas jalan.

  • Koran Madura

Berita ini berjudul “DLH Sumenep Sebut Volume Sampah Meningkat Pasca Lebaran”, diterbitkan pada tanggal 21 April 2024. Menyebutkan bahwa setelah Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriyah, DLH Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur mencatat bahwa volume sampah meningkat dari 35 ton menjadi 40 ton per hari setelah lebaran. Hal ini ditindak lanjuti dengan mensosialisasikan pentingnya menjaga kebersihan dan bertanggung jawab dalam membuang sampah. DLH Sumenep juga berupaya untuk menyediakan bak sampah kontainer di berbagai lokasi strategis dan peran penting masyarakat untuk berperan aktif menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, pentingnya mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan memilih sampah untuk daur ulang.

  • Salam News.id

Berjudul “Kepala DLH Sumenep Ajak Masyarakat Jaga Lingkungan, Jangan Buang Sampah Sembarangan!”, ditulis oleh Moh. Wardiyanto pada Rabu, 24 April 2024 jam 18:25 WIB.Menyebutkan bahwa Arif Susanto sekalu Kepala DLH Kabupaten Sumenep mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan dari sampah, melalusi sosialisasi pengelolahan sampah. Hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah ujung timur Madura dalam menjaga kebersihan lingkungan demi tercipta Sumenep yang sehat dan asri.

  • Media Lintas Indonesia

Judul dari berita ini adalah “Pemkab Sumenep Tangani Persoalan Sampah, Ciptakan Kota Sehat dan Asri”, diterbitkan pada 25 April 2024. Menyebutkan bahwa masyarakat harus meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, salah satunya memperkuat kerjasama yang dimulai dari desa, sekolah. Karena sampah bisa dijual yang menjadi nilai ekonomi dan dapat diolah menjadi bahan bakar alternatif pengganti batubara.

  • Majalah Tempo

Berjudul “Solusi Sampah Kabupaten Sumenep, Ubah Daerah Sampah Jadi Destinasi Pariwisata”, diterbitkan pada hari Minggu, 28 April 2024. Menyebutkan bahwa sampah dapat menjadi masalah besar bagi lingkungan dan kesehatan, jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan bencana. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi masalah ini. Karena sampah yang datang terbawa arus laut dibersihkan dan diubah menjadi destinasi wisata. Sampah ini dikelola oleh Bumdes TPST dengan 3R yang melibatkan komunitas, pemerintah pusat, dan pemerintah provinsi. Karena mengubah daerah sampah menjadi tempat wisata, berpengaruh pada perekonomian dan kesejahteraan  masyarakat. Selain itu penanam pohon mangrove ditepi pantai dapat memulihkan ekosistem pesisir secara berkelanjutan. Dan juga sosialisasi langsung kepada masyarakat juga dilakukan dalam kegiatan ‘Solutions to Plastic Pollution’ atau solusi untuk polusi plastik.

  • Intregriy News

Judul berita yaitu, “7 Kecamatan di Sumenep Produksi 36 Ton Sampah Per Hari, DLH Akan Bangun TPST”, Ditulis oleh Rizky Aprilia pada tanggal 30 April 2024, jam 09:43 WIB. DLH merencanakan pembangunan TPST untuk penanganan sampah yang terus menumpuk di TPA. Achmad Junaidi mengatakan, Kabupaten Sumenep setiap harinya bisa menghasilkan sekitar 36 ton sampah yang bersumber dari 7 layanan yaitu Kecamatan Kota Sumenep, Batuan, Kalianget, Saronggi, Bluto, Gapura dan Manding. Diharap setelah dibangun TPST, pengelolaan sampah di Kabupaten Sumenep bisa lebih efektif dan menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan juga diolah menjadi sumber energi RDF (Refuse Derived Fuel, red).

Jadi, dari 10 berita media online yang telah analasis di atas dapat disimpulkan bahwa, persoalan yang dihadapi di Kabupaten Sumenep dari tahun 2023-2024 ialah isu tentang sampah yang setiap tahunnya volumenya semakin bertambah dari 29 ton perharinya menjadi 36-40 ton di tahun 2024. Hal ini kebanyakan disebabkan oleh masyarakat yang membuang sampah sembarangan sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengganggu kesehatan. Selain itu, pencemaran lingkungan lain yang disebabkan oleh volume sampah yang melebihi kapasitas adalah banjir dan menaikkan suhu bumi karena pengolahan sampah yang tidak benar. Tidak adanya anggaran yang tersedia untuk mengelolah sampah juga merupakan hambatan yang sering kali ditemukan. Pihak lingkungan hidup juga berupaya untuk membangun TPST untuk mengurangi volume sampah. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi isu sampah ini seperti, melakukan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dari sampah serta dampak yang ditimbulkan apabila melakukan pembuangan sampah, melakukan pengelolaan sampah dengan benar dengan memisahkan sampah organik dan sampah anorganik yang nanti bisa dijadikan pupuk dan juga kerajinan tangan dengan nilai jual yang tinggi, juga menjadikannya sebagai sumber energi seperti bahan bakar, menambah tempat sampah disetiap wilayah, dan menjadikan tempat yang penuh dengan sampah menjadi tempat wisata. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mewujudkan lingkungan yang bersih tanpa adanya sampah. Juga kesadaran dari masing-masing pihak tentang betapa pentingnya mengelolah dan membuang sampah pada tempatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun