Mohon tunggu...
maurel davito
maurel davito Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Gaada hobi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gajah Mada Bergelut dalam Tahta dan Angkara

13 September 2023   12:52 Diperbarui: 13 September 2023   13:05 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orientasi

  Kesedihan kali ini terjadi bagi pengulangan peristiwa sembilan belas tahun yang lalu,yang di tuliskan berdasarkan kisah yang di tuturkan ayahnya,samenaka karena ketika peristiwa itu terjadi pancakarsa masih belum bisa di bilang dewa.

  Kala itu tahun 1309.segenap rakyat berkumpul di alun alun.semua berdoa,apapun warna agamanya,apakah Siwa,Buddha,maupun hindu. Semua arah perhatian di tunjukan dalam satu pandang, ke purawaktara yang tidak di jaga terlalu ketat.segenap prajurit bersikap sangat ramah kepada siapa pun karena memang demikian sikap keseharian mereka.lebih dari itu,segenap prajurit merasakan gejolak yang sama, oleh duka mendalam atas gering yang  diderita Kertarajasa jayawardhana 

Pengungkapan peristiwa

   Konon ketika calon arang,si perempuan  penyihir dari ghirah marah dan menyebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu.namun,merata di seluruh negara,menyebabkan prabu Airlangga dan Patih narottama kebingungan dan terpaksa minta bantuan kepada empu barada untuk meredang sepak tarjang wanita menakutkan itu.empu barada benar benar sakti.empu itu menebas pelepah dan keluwih yang melayang terbang ketika di bacakan japa mantra. Beralaskan pelapah daun itulah empu berasa terbang membunuh kelangit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit.empu barada melihat,ampak ampak pedhu itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung.untunglah cahaya hyang bagaskara yang  datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikitpun.

Menuju konflik

  Gajah enggon yang meminta ijin untuk bertemu segera melepas warasta,sanderan dengan ciri ciri khusus yang di balas gajah Mada dengan anak panah yang sama dengan melalui isyarat khusus pula.daei jawaban anak panah itu gajah enggon dan gagak bongol mengetahui dimana gajah Mada berada.gajah bongol dan enggon segera melaporkan temannya.

  "Di temukan mayat lagi kakang gajah".gajah enggon melaporkan.gajah mada memandangi wajah sama sama di depannya."mayat siapa?".

Puncak konflik

 Klabang gendis,seorang prajurit meninggal akibat anak panah tertancap di tenggorokannya.tidak ada tanda tanda pertempuran,dia adalah korban tanpa menyadari kemana anak panah itu di tunjukan.gajah Mada merasa risih menerima pesan tersebut.mereka yang benar benar menguasai sifat gendeva akan dapat menembakan anak panahnya ke sasaran paling sulit,jarang kali seorang biasa dapat melakukan hal khusus tersebut.biasanya terdapat pada barisan pasukan bhayangkara.adakah prajurit bhayangkara yang terlihat?

"Dan kamu temukan mayat kedua,gagak mengol menambahkan".

"Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati di patuk ular".

Resolusi

   Nana pembunuh yang mati di patuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama nama prajurit bhayangkara yang pernah di pimpinnya .nama nama itu adalah bhayangkara lembu pulung,panjang sumprit,Kartika sinumpring,jayabaya,pradhabasu.

Lembang laut,riung samudra,gajah geneng,gajah enggon,macan liwung,dan gagal bongol.panjing saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan rakrian Kuti mati di kaki gajah mada di terwongonhan bawah tanah ketika pontang pantimg menyelamatkan sri jayanegara.bhayangkara riang panjer lawang gugur di mojong agung,dibunuh dengan cara licik oleh penghianat kaki tangan rakuti.selanjutnya mahisa kingkij terbunuh oleh gagak bongol sebagai korban fitnah di hangawiyati.terakhir,singa pareman atau Bangi lumayang yang berhianat mati di bunuhnya di bandader ketika kemanungdan sebagai penghianat.

Koda

  Lakukan apa yang kamu inginkan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun