Dia bermimpi buruk. Dalam mimpinya, dia serasa dikejar-kejar. Meski sudah terjaga, jantungnya masih terasa berdebar. Dia lupa. Dikejar-kejar apa? Oleh siapa?
Sesaat dia layangkan pandangannya ke seluruh kamar. Selarik cahaya terlihat menerobos melalui celah pintu. Satu detik... dua detik... lima detik. Â
Maura menunggu detak jantungnya kembali normal. Tak biasanya, malam itu kamarnya terasa panas dan pengap. Sekilas dia menoleh ke jam kecil yang ada di atas meja belajar. Hampir jam tiga pagi. Sekarang dia benar-benar tidak bisa tidur lagi. Mimpi buruk itu belum sepenuhnya lenyap dalam benaknya. Sambil bersandar di sisi tembok, Maura mencoba mengingat kembali alur dalam mimpinya tadi.
Sialan! Kenapa otak ini tak mampu bekerja dengan baik, rutuknya kesal. Jemarinya mencengkram rambutnya yang terlihat masai.
Tap... tap... tap!
 Dia berlari di sana. Menyusuri lorong di antara ruang-ruang yang berderet. Di belakangnya terdengar ada langkah lain. Semakin dekat, semakin dekat. Maura memberanikan diri untuk menengok. Tak ada siapa-siapa.
Aaah...dia ingat sekarang! Terlintas lagi senyum menyeringai guru itu saat kakinya berjalan perlahan menyusuri lorong di depan ruangan kelas XII.
*****
Dengan hati-hati, Maura menelusuri setiap postingan yang ada di akun instagram sekolahnya. Pandangannya menatap tajam ke layar tablet yang dia genggam. Dia khawatir matanya luput dari berita yang dia cari.
Postingan di Januari 2021 telah terlewat. Sampai akhirnya...
Deg!