Aku… di hatimu… hanya sampai ampas kopimu mengering.
Aku… di hatimu… hanya sampai jingga tertelan biru tua.
Aku… di hatimu… hanya sampai tetes hujan menghujam bumi.
Aku… di hatimu… hanya sampai lelahmu terbayar lelap.
Aku… di hatimu… hanya sampai bintang kehabisan luminositasnya.
Aku… di hatimu… hanya sampai Sagittarius menjauh dari Rhea.
Aku… di hatimu… hanya sampai ovum bertemu sperma.
Aku… di hatimu… hanya sampai Cinderella menemukan sepatu kacanya yang hilang.
Aku… di hatimu… hanya sampai puntung rokokmu memendek… dan habis lantak.
Aku… di hatimu… hanya sampai lagu nina bobo rampung tak berulang.
Tapi aku… di memori otak belakangmu… selamanya….
Kau akan mengenangku… walau tak lagi mencinta tubuh dan lakuku.
Kau akan mengenangku… walau tak mungkin lagi menyapaku dalam sentuhan.
Kau akan mengenangku… walau aku bisa saja mulai membencimu, yang kemudian tak jadi kulakukan karena ternyata… aku pun… mengenangmu.
Aku tahu… aku bodoh sebodoh-bodohnya di masa lalu.
Aku tahu… sampai sekarang pun aku tetap bodoh tak terperi di matamu.
Aku tahu… belum juga lepas laku bodohku yang sebelumnya.
Tapi aku juga tahu… aku pernah sangat mencintaimu dengan hati, pikiran, dan tubuhku.
Selamat jalan, kekasih hati.
Semoga harimu menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H