Mohon tunggu...
Maura Aulia
Maura Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi: bermain game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatnya Angka Pengangguran

20 Agustus 2023   22:41 Diperbarui: 21 Agustus 2023   02:24 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bonus Demografi merupakan suatu kondisi dimana perbandingan antara usia penduduk produktif lebih banyak daripada usia penduduk non produktif. Adanya bonus demografi ini menjadi tantangan bagi generasi muda di Indonesia karena akan meningkatkan angka pengangguran di usia muda. Hal ini didukung dengan prevelensi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) per Agustus 2022 mencapai 5,86%. Jika dirinci lebih jelas terdapat sekitar 8,42 juta pengangguran yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (BPS, 2022).  Angka yang tinggi ini merupakan salah satu akibat dari adanya Bonus Demografi karena kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia, syarat kerja yang semakin sulit akibat tingginya angka tenaga kerja. Selain adanya faktor tersebut kemajuan teknologi juga mendukung akan peningkatannya angka penganguran di Indonesia, banyaknya mesin-mesin atau robot yang digunakan untuk membantu pekerjaan manusia agar lebih efisien dan cepat hal ini akan membuat lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga manusia semakin menyempit. Apabila tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai bonus demografi justru akan menyebabkan ledakan pengangguran yang tinggi ( Marlia, Cory., dkk, 2022). Lonjakan pengangguran yang tinggi akan diirngi denga persaingan ketatnya pasar tenaga kerja terutama di kota-kota besar. 

International Labor Organization(ILO) menyatakan bahwa kebanyakan penduduk usia muda di Indonesia tidak dimanfaatkan dengan baik karena mereka tidak memiliki akses pada pekerjaan yang produktif. Berdasarkan kelompok umur, jumlah pengangguran terbuka di Indonesia di dominasi oleh pengangguran usia muda. Berdasarkan hal tersebut, terdapat kekhawatiran dalam memetik manfaat dari puncak bonus demografi di Indonesia, melihat kondisi penduduk usia produktif masih banyak yang menganggur dan belum terserap dalam lapangan pekerjaan yang memadai. Selain itu kualitas penduduk usia produktif yang masih berpendidikan rendah, menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas dan melambatnya pertumbuhan pendapatan perkapita Indonesia. Tidak tercapainya manfaat bonus demografi dapat menjadi ancaman bagi negara dengan tingginya angka pengangguran dan kemiskinan. Alih-alih Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045 justru malah terjebak menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah

Namun berbagai permasalah - permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya bonus demografi sendiri membawa manfaat dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan angka pengangguran. Hal ini didukung dengan data yang didapat dari survey TPT pada tahun 2022 menurun dari data 2021 yakni sebesar 0,81% untuk laki-laki dan 0,36% wanita. Sedangkan Pada awal tahun 2023 pada bulan Februari BPS mencatat terdapat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai angka 5,45% angka ini juga menurun dibanding tahun lalu. 

Penurunan ini dapat terjadi apabila suatu negara mampu memiliki kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang maksimal karena dengan SDM yang berkualitas akan dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi dengan terlahirnya inovasi-inovasi baru yang akan membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Bukan hanya itu saja generasi Z atau biasa dikenal dengan generasi muda dapat meningkatkan nilai ekonomi dan menurunkan angka pengangguran dengan membuka platform atau usaha baru dengan harapan dapat terserapnya tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Banyaknya usia produktif di Indonesia dan disertai dengan SDM yang berkualitas akan mampu mengatasi persoalan di Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2045  guna memastikan persoalan ketenagakerjaan dan tenaga kerja. Sehingga Indonesia akan sukses berperan aktif dalam program SDGs. 

Refrensi : 

Marlia, C., Ginting, S., & Lubis, M. J. (2022). Kepemimpinan Pemerintahan di Era Bonus Demografi. Jurnal Inovasi Penelitian, 3(1), 4319-4324.

Nganroputra, T., Sundoko, H. F., Nurhasana, R., & Pradnyapasa, D. A. (2023). Pengaruh Bonus Demografi Perkotaan terhadap Pencari Kerja di DKI Jakarta. JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah, 8(3), 1740-1746.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun