Mohon tunggu...
Maulvi Banafsah_S1 PWK
Maulvi Banafsah_S1 PWK Mohon Tunggu... Lainnya - 201910501050

Maulvi Banafsah 201910501050 S1 Perencanaan Wilayah dan Kota

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiling, Penjaga Sawah Khas Banyuwangi

29 Agustus 2021   10:02 Diperbarui: 29 Agustus 2021   12:51 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak dahulu Indonesia dikenal kaya akan hasil bumi berupa rempah-rempah, hasil perkebunan, dan hasil pertanian. Hal ini dapat terjadi karena Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani atau bercocok tanam. 

Salah satu faktor yang mendukung Indonesia sebagai negara agraris adalah tanah yang subur dan iklim tropis sehingga tanah di Indonesia mendapatkan banyak sinar matahari dan curah hujan yang tinggi. Beberapa komoditas tanaman pangan pertanian Indonesia adalah padi, ketela, ubi, kentang, sayuran, kacang-kacangan, dan sebagainya.

Dalam meningkatkan hasil pertaniannya, masing-masing daerah memiliki cara, kebiasaan, dan tradisi yang berbeda-beda. Begitu pula yang terjadi di Banyuwangi, Jawa Timur, tepatnya di beberapa desa yang masih ditinggali suku Osing (suku asli Banyuwangi). Warga setempat memiliki alat khusus bernama Kiling yang berfungsi untuk mengusir burung pemakan padi dari sawahnya.

Kiling merupakan Bahasa Osing dari baling-baling atau kincir angin yang terdiri dari tiga bagian utama yaitu: cagak, killing, dan buntut. Cagak merupakan tiang penyangga yang memiliki ketinggian beragam dari 4 hingga 20 meter dan terbuat dari bambu. 

Kiling merupakan bagian baling-baling atau kincir yang berputar saat tertiup angin. 

Sedangkan Buntut merupakan bagian ekor baling-baling, terbuat dari serabut ijuk atau alang-alang yang saat tertiup angin akan melambai mengikuti arah mata angin sehingga Kiling dapat terus berputar sepanjang hari. Kiling juga mengeluarkan suara nyaring seperti helikopter yang dapat menakuti burung-burung pemakan padi.

Ternyata Kiling juga memiliki filosofi, bahwa kita sebagai manusia harus senantiasa mengingat Tuhan sesuai dengan gerakan Kiling yang berputar pada satu poros. 

Sayangnya, di Banyuwangi, khususnya pada perkotaan saat ini sudah jarang ditemukan Kiling. Kiling biasanya banyak  ditemukan di daerah desa, yang mana masyarakatnya merupakan warga asli suku Osing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun