Mohon tunggu...
Maulisa Icha
Maulisa Icha Mohon Tunggu... Human Resources - Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Tapak

Berdomisili di Sukadana, salah satu kabupaten yang terletak di ujung Borneo Barat. Senang menulis dan melakukan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Money

Olah Produk Turunan di Lahan Gambut, Ibu-ibu Kelompok Dampingan Lembaga Gemawan Sulap Jengkol Menjadi Kuliner Bernilai Ekonomi

10 Maret 2022   11:17 Diperbarui: 10 Maret 2022   11:49 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Penjemuran Kerupuk Jengkol

Sudah hampir satu tahun belakangan ini, kelompok perempuan Delima, Sumber Rezeki dan Anggrek yang merupakan kelompok perempuan dampingan Lembaga Gemawan di Kecamatan Seponti, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat, mulai konsen melakukan pengolahan komoditas turunan hasil pertanian dari buah jengkol. Buah jengkol ini kemudian mereka olah menjadi kerupuk jengkol dan emping jengkol.


Kebetulan, buah dengan aroma yang sangat menyengat ini sangat mudah dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka, yang mayoritas lahannya adalah lahan gambut.


Bila musim panen tiba, menurut informasi dari ibu-ibu ini, satu pohonnya terkadang bisa menghasilkan panen hingga 1 kuintal. Sayangnya harga jual yang didapat dirasakan tidak sepadan dengan biaya yang telah mereka keluarkan, bahkan hanya untuk memetik buah dan mengangkut hasil panen. Alhasil terkadang buah yang seharusnya sudah masuk musim petik dibiarkan gugur dan membusuk. Terkadang juga dibagi-bagi ke tetangga terdekat. Atau bahkan bila ada pengepul yang bersedia memanjat sendiri malahan dengan senang hati mereka terima meskipun harga yang dibayar ala kadarnya, rerata di hargai Rp700.  sampai Rp800. rupiah per kilo. Namun demikian mereka mengaku sudah cukup senang, setidaknya masih dapat menikmati pundi-pundi rupiah dari buah jengkol mereka.


Kondisi inilah yang kemudian memaksa para ibu-ibu untuk mencari cara agar nilai jual dari buah jengkol tetap stabil dan bila dimungkinan bisa lebih dari itu.
Akhirnya setelah melakukan diskusi dan mencari sumber informasi dari berbagi media yang ada terkait produk yang akan mereka olah ini, bersama fasilitator dari Gemawan, mereka kemudian memberanikan diri mencoba membuat kerupuk jengkol dan emping engkol. Dan tentunya inovasi yang dilakukan ini ternayata tidak sekali, namun harus berkali-kali sampai dirasakan mendapatkankan komposisi dan teknik yang tepat untuk resep mereka.


Setelah di produksi, mereka kemudian melakukan test pasar untuk mendapatkan penilaian dari calon konsumen atas produk mereka.  Tentunya hal Ini sangat membantu sekali karena mereka bisa mendapatkan infomrasi, saran dan keritik atas kelebihan dan kekurangan produk mereka agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya, baik dari aspek produk, kemasan, label, harga, packing dan sebagainya.


Perlahan, berkat kerja keras, inovasi yang tiada henti, akhirnya produk mereka mulai diproduksi secara kontinyu dan dipasarkan hingga ke luar daerah. Meskipun masih dikerjakan dalam skala rumah tangga namun ternyata hasilnya dapat membantu menopang ekonomi keluraga mereka. Bahkan terakhir ini, mereka sudah dapat mengantongi sertifikasi HALAL dari LP POM MUI Provinsi Kalbar.


Tentunya inovasi yang sudah mereka lakukan ini sejatinya tidak boleh berhenti sampai disini dan mereka berharap masih ingin mengembangkan lagi produk turunan lainnya yang kebetulan keberadaannya cukup melimpah di sekitar mereka.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun