Seiring berkembangnya zaman maka pertumbuhan penduduk dan angka urbanisasi akan semakin meningkat, terlebih di wilayah perkotaan yang mengakibatkan mobilitas penduduk semakin tinggi dan kebutuhan akan penggunaan transportasi serta kendaaran bermotor mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dimana dari hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan yang cukup buruk dampaknya pada lingkungan perkotaan, seperti contohnya adalah kepadatan volume kendaraan, dan meningkatnya polusi udara, sehingga dari permasalahan-permasalahan tersebut dapat berdampak kepada pemanasan global.
Dimana hal tersebut membuat mobilitas perkotaan menjadi salah satu tantangan yang cukup besar bagi kota-kota yang ada di dunia, disamping itu pergerakan populasi penduduk yang semakin meningkat jumlahnya akan membutuhkan wadah sebagai tempat penduduk kota bermukim atau tinggal, namun tetap harus memperhatikan sistem konsep dari transportasi sebagai mobilitas para penduduk perkotaan.
Penyediaan transportasi publik sudah menjadi salah satu dari solusi yang dapat mengatasi permasalah yang timbul dari masalah-masalah akan pertumbuhan kota. Namun pada kenyataannya, banyak dari penyedia layanan jasa transportasi umum masal yang belum dapat memenuhi kebutuhan dari pergerakan dan pertumbuhan masyarakat kota secara optimal, sehingga dari hal tersebut dapat menimbulkan pola minat masyarakat yang condong mengarah pada penggunaan transportasi pribadi, dan menurunnya angka minat masyarakat akan penggunaan transportasi umum massal.
Transit Oriented Development atau T.O.D. merupakan salah satu konsep pengadaan transportasi berkelanjutan yang mempertimbangkan integrasi tinggi antar kawasan dan meningkatkan peluang pergerakan masyarakat kota (Curtis, 2010). Suatu kawasan dengan penerapan konsep T.O.D. umumnya memiliki karakteristik berupa tingginya aksesibilitas, jaringan jalan berbentuk grid, integarasi dengan jalur pejalan kaki, penggunaan lahan campuran, dan tingginya penggunaan lahan permukiman (Dorsey, 2013).
Dari karakteristik T.O.D. yang memiliki jalur pejalan kaki atau pedestrian, maka penggunaan mobilitas dengan berjalan kaki adalah suatu budaya transit yang sehat, tidak menghasilkan gas emisi karbon, dan dapat menjadi salah satu solusi dalam meminimalisir angka terjadinya pemanasan global, yang di sebabkan oleh ulah manusia dengan budaya memakai kendaraan pribadi atau Car Oriented.
Namun jalur pejalan kaki sendiri yang berada di Indonesia kerap dihadapkan dengan masalah-masalah, seperti kurangnya ketersediaan fasilitas penunjang, kurang optimalnya pengadaan jalur pejalan kaki yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan dari penggunanya, serta kualitas dari jalur pejalan kaki itu sendiri.
Jalur pejalan kaki juga merupakan salah satu dari aspek penting dalam menghubungkan para penduduk dan pemukiman terhadap fasilitas-fasilitas yang terdapat di sekitar kawasan para penduduk bermukim atau tinggal. seperti contoh lokasinya adalah daerah Provinsi DKI Jakarta, dimana merupakan salah satu kota yang menerapkan konsep Transit Oriented Development atau T.O.D.
Sebagaimana sudah tertera dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta Tahun 2021-2030, konsep tersebut di terapkan sebagai salah satu strategi dalam penataan ruang kota. Konsep pengembangan berbasis transit ini telah diterapkan pada beberapa kawasan di Provinsi DKI Jakarta, salah satunya merupakan kawasan Dukuh Atas. Dimana kawasan Dukuh Atas merupakan pusat kegiatan Primer sesuai dengan Perda No. 1 Tahun 2021 tentang RTRW DKI Jakarta 2011-2030.
Area transit Dukuh Atas ini berdiri bangunan dengan fungsi campuran atau mixed use, dan merupakan salah satu dari kawasan perdagangan serta jasa terbesar di ibu kota Jakarta. Terdapat beberapa fasilitas-fasilitas yang berdiri pada area transit Dukuh Atas, diantaranya adalah berupa fasilitas penginapan, fasilitas ibadah, fasilitas kantor dan jasa, fasilitas layanan transportasi umum massal, dan juga beberapa perumahan pemukiman.
Seperti yang telah di jelaskan oleh Gideon (1977), berjalan kaki merupakan sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi lebih manusiawi.