Mohon tunggu...
maulidi ilham
maulidi ilham Mohon Tunggu... Penerjemah - mahasiswa

turu wesss

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pena Sejarah Milik Kakek

30 Mei 2024   16:48 Diperbarui: 30 Mei 2024   16:52 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                "Kalau radit ingin seperti kakek, Radit harus suka baca, Radit harus suka nulis. Besok, kalau Radit dewasa maka Radit akan menjadi kayak kakek, penulis handal," kata ibuku. Setelah ia bercerita panjang tentang kakek.

Semenjak hari itu aku rajin membaca buku khusunya buku cerita, walaupun cerita dongeng dan sejarah. Aku juga belajar menulis, ibu adalah orang yang pertama membaca ceritaku.

                "Sekarang radit nulis pakai pulpen punya kakek, biar bisa nulis seperti kakek," ibu memberikan pulpen kakek berwarna coklat kusam itu.

                Aku memegangnnya dengan tangan bergetar "Radit janji akan menjadi penulis terkenal seperti kakek," ucapku sunguh-sunguh.

Setiap hari aku menulis dengan pena kakek, walaupun pena milik kakek itu tampak sudah tak layak digunakan lagi. Tapi aku yakin berkat pena ini aku bisa menulis sejarah tersendiri untuk negeriku tercinta ini.

Malam itu sebelum tidur aku menulis kejadian menarik kualami di sekolah tentunya dengan pena kakek. aku hanyut dalam menulisku sampiku tak menyadari bahwa ada seseorang yang duduk disampingku turut memperhatikanku.

"Tulisan kamu bagus," ucapnya seseorang itu aku menoleh dan terkejut.

Jujur aku takut sekali, tapi orang itu tampak tersenyum "aku adalah kakekmu, nak. Dan pulpen itu milikku," lanjutnya.

Aku menetap pulpen di genggamanku dan orang itu bergantian. B-bagaimana mungkin kakekku  bisa ada disini bukankah kakek sudah meninggal?.

                "Duduklah. Jangan takut. Aku hanya ingin melihat siapa yang mengunakan penaku selama ini hilang. Kau harus tau nak pena itu memiliki sejarah. Ia bukti sejarah dunia ini. Aku sangat menyayanginya. Pena itu yang menemaniku selama perjalanan hidupku dan sejarah ini, nak. Aku berharap kau bisa melanjutkan sejarah pena ini dengan sejarahmu sendiri," ucap kakekku sangat menyihirku. Aku terpaku dengannya.

                "Ak-aku ingin jadi seperti kakek. aku janji menjadi penulis seperti kakek bisa mengenalkan dunia dengan Tulisan, bisa menjadi kebanggan Indonesia walaupun Indonesia tidak mengenal kakek. Aku janji,"ucapku dengan penuh semangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun