Sebagian besar orang yang memiliki gejala seperti ini karena merasa tidak percaya diri yang disebabkan oleh luka psikologis saat tumbuh dewasa, trauma, atau merasa rendah diri. Berikut adalah 4 hal yang membantu kita memiliki keberanian untuk berbicara dengan lantang:
1) Membuat Karikatur Pendengar
Mari berpikir bahwa audiens bukanlah orang yang akan menilai kita, melainkan orang yang akan mendengarkan cerita kita dengan gembira. Masih merasa takut menghadapi audiens? Kalau begitu, bayangkan bahwa audiens yang sedang mendengarkan cerita kita sedang menyembunyikan kaus kakinya yang bolong di dalam sepatunya. Â Anda akan merasa lebih nyaman dan menunjukkan kemampuan Anda dengan baik
2) Menghindari Merendahkan Kapasitas Diri Kita Saat Memperkenalkan Diri
Contohnya seperti " saya tidak sempat mempersiapkannya dengan baik", " saya banyak kekurangan, tapi...". Kalimat- kalimat seperti ini tidak berfungsi untuk mengungkapkan rasa rendah hati. Kalimat ini justru membuat kepercayaan audiens turun dan membuat mereka tidak fokus. Hal ini membuat kita menjadi gelisah dan gugup
3) Mempelajari Presentasi  dengan Baik
Jika kita lebih banyak tahu daripada audiens, mereka akan berhenti menilai dan mulai memasang telinga. Saat kita menguasai apa yang akan disampaikan, audiens akan melihat dengan sorot mata lembut dan mendengarkan, bukan dengan tatapan menghakimi. Mempelajari konten presentasi akan lebih mudah dalam berbicara.
4) Mengucapkan sugesti dengan Penuh Keyakinan
"Aku yang terbaik"
"Hari ini aku akan menyajikan presentasi terbaik"
Selalu mensugesti diri sendiri dengan ucapan yang meyakinkan untuk meredakan rasa gugup. Ucapan mantra itu bisa dilakukan dengan membayangkan diri sendiri saat berada di atas panggung Lama kelamaan akan muncul keberanian dalam diri kita
4. Teknik Terpening dalam Komunikasi adalah Mendengarkan
      Bagaimana bersuara yang bagus atau berbicara yang baik saja?
Berikut adalah rumus terapi komunikasi yang dapat diterapkan dengan mudah oleh siapa pun dalam kehidupan sehari- hari
K adalah komunikasi. Ada 3 hal yang diperlukan untuk memenuhinya Yaitu 'P' atau (pertanyaan), 'P' Â (pujian), dan 'R' Â (reaksi). Dengan demikian komunikasi akan berjalan dengan lancar dan baik, harus mengandung pertanyaan, pujian, dan reaksi.
Pertanyaan adalah bentuk ketertarikan terhadap lawan bicara. Oleh karena itu, pertanyaan dapat disebut sebagai dasar komunikasi. Komunikasi tidak akan terwujud jika tidak ada ketertarikan sama sekali terhadap lawan bicara. Berbicara tanpa ketertarikan sama saja seperti berbicara sendiri dengan tembok.
Pujian sangat penting untuk membentuk hubungan yang kokoh. Pujian memiliki efek yang instan dan kuat terhadap manusia seperti " kakek terlihat lebih muda', "kulit nenek sangat halus", reaksi terhadap hal ini akan langsung tampak. Mereka menjadi senang, saling berbincang sambil bercanda, dan berpartisipasi dengan aktif membuat suasana menjadi harmonis.
Reaksi muncul jika kita mendengarkan ucapan lawan bicara. Reaksi yang paling umum adalah umpan balik verbal seperti "Oh, ya?" Siapa pun pasti ingin terus berbincang lebih lama dengan lawan bicara yang menunjukkan reaksi seperti ini.
5. Faktor positif dan negatif dalam berdialog
      Pada 2014, National Institute of the Korean Language mengeluarkan bahan riset yang menarik, bahwa semakin banyak waktu berdialog, maka semakin tinggi indeks kebahagiaan, dan sebaliknya semakin sedikit dialog maka semakin rendah indeks kebahagiaan. Di dalamnya terungkap pula faktor positif dan negatif dalam sebuah percakapan, yaitu sebagai berikut
1) Faktor Positif Dialog
Menggunakan panggilan yang diinginkan satu sama lain, saling menyapa saat pulang ke rumah, menggunakan bahasa yang sopan, saling memuji dan mensyukuri, berusaha mencapai kesepakatan, mendengarkan lawan bicara hingga selesai, menunjukkan reaksi mengerti saat lawan sedang bicara.
2) Â Faktor Negatif Dialog
Menggunakan umpatan atau kata-kata kasar saat marah. membanding-bandingkan dengan orang lain, berbohong di situasi mendesak, meluapkan perasaan yang terpendam saat marah, tidak nyaman berbicara sambil menatap wajah lawan. tidak menggunakan humor, saling mengkritik dan menuding mengungkit-ungkit kebaikan diri sendiri, mengakhiri obrolan dengan pertengkaran.
6. HumorÂ
      Tahukah Anda faktor penghambat komunikasi? Contoh umumnya adalah hubungan yang kaku, situasi yang menegangkan dan kebosanan atas rutinitas yang berulang. Faktor penghambat ini yang membuat komunikasi dalam kehidupan kerja maupun sehari-hari tidak berjalan dengan baik. Lalu apa trik khusus, untuk mengatasi faktor penghambat ini? Jawabannya, humor dan pujian. Humor dapat berperan sebagai pelumas komunikasi dan mencairkan suasana yang kaku dan dingin. Humor itu bagaikan makanan, orang yang pernah memakannya akan mampu memasaknya dengan lezat. Dengan banyak mengamati, membaca bahan, dan merasakan sendiri pengalaman tertawa, secara alami akan menguasai "kode-kode" humor. Kalau sudah kita kan mampu menyajikan humor yang dapat diterima semua orang.
      Pujian berperan khusus sebagai pelumas komunikasi. Dalam suasana kaku seperti dalam hubungan tegak lurus antara "pihak pertama" dan " pihak kedua", pujian sangat efektif untuk meredakannya. Banyak orang yang khawatir jika pujian mereka terkesan seperti menjilat. Mereka takut pujiannya disalahartikan sebagai rayuan yang di keluarkan hanya untuk menyenangkan hati orang tersebut. Namun, harus diketahui rayuan pun memiliki fungsi positif. Pujian juga harus mempertimbangkan kondisi yang dialami lawan bicara.
7. Sugesti
      Sugesti sangat berguna bagi mahasiswa yang akan menghadapi wawancara kerja, menjadi pegawai, eksekutif perusahaan, dan para pebisnis dari berbagai bidang.
sambil berdiri di depan cermin setiap kali Anda memiliki waktu luang. Hari demi hari, mulailah terapkan sumpah berikut dalam cara bicara Anda.
- Saya memberi salam dan berbicara sambil tersenyum.
Prof James V McConnell dari Jurusan Psikologi, Universitas Michigan berkata seperti ini tentang senyuman, "Senyuman membuat manajemen, pengajaran, atau penjualan lebih efektif dan membuat orang lebih bahagia dalam mengasuh anak Wajah yang tersenyum lebih bermakna besar daripada wajah yang masam"