Mohon tunggu...
Maulidi LuqmanHakim
Maulidi LuqmanHakim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Electrical Engineering Sebelas Maret University

Someone who loves marketing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Agama, Politik, dan Kewarganegaraan: Membangun Jembatan atau Tembok?

10 Oktober 2023   19:41 Diperbarui: 10 Oktober 2023   20:07 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama, politik, dan kewarganegaraan merupakan tiga elemen kompleks yang seringkali saling terkait dan bertautan dalam kehidupan sosial masyarakat. Kombinasi ketiganya dapat menjadi kekuatan besar yang membentuk arah dan karakter suatu negara. Namun, pertanyaannya adalah apakah perpaduan ini bersifat membangun jembatan, menghubungkan pemahaman agama dengan kehidupan politik dan kewarganegaraan, ataukah sebaliknya, menjadi tembok yang memisahkan dan menyulitkan integrasi harmonis?

Pertama-tama, perlu dipahami bahwa agama memiliki peran yang signifikan dalam membentuk nilai-nilai dan moralitas masyarakat. Agama sering kali menjadi pendorong untuk bertindak secara baik dan bertanggung jawab dalam konteks kewarganegaraan. Pemahaman nilai-nilai agama dapat menjadi dasar pembentukan sikap positif terhadap tanggung jawab warga negara, membentuk jembatan antara keyakinan pribadi dan partisipasi dalam kehidupan politik.

Namun, ketika agama diintegrasikan secara berlebihan dalam ranah politik, muncul risiko terbentuknya tembok pemisah antar kelompok berdasarkan keyakinan agama. Kita telah menyaksikan konflik politik yang diwarnai oleh pertentangan antaragama, yang cenderung merusak esensi kewarganegaraan yang inklusif. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga keseimbangan yang tepat agar agama tidak menjadi alat pemisah, melainkan justru menjadi sumber inspirasi untuk membangun masyarakat yang adil dan berkeadilan.

Dalam ranah politik, partisipasi warga negara menjadi kunci keberhasilan demokrasi. Agama, jika dipahami dengan bijaksana, dapat menjadi motivator bagi warga negara untuk terlibat dalam proses politik. Sebagai contoh, nilai-nilai keadilan sosial dalam banyak agama dapat menjadi dasar bagi advokasi perubahan kebijakan yang mendukung keberagaman dan kesetaraan. Dengan demikian, agama dapat berperan sebagai jembatan yang menghubungkan keyakinan pribadi dengan tindakan politik yang bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Tetapi, jika agama disalahgunakan dalam politik, dapat menciptakan tembok pemisah antar kelompok agama. Politik identitas berbasis agama dapat menggiring masyarakat ke arah yang berbahaya, dengan memperkuat perbedaan dan menyulitkan dialog yang saling menguntungkan. Oleh karena itu, tantangan bagi masyarakat adalah menjaga agar nilai-nilai agama tidak dicabut dari konteks sosial, melainkan diarahkan pada pemahaman yang inklusif dan menghormati keragaman.

Kewarganegaraan, sebagai konsep yang mencakup hak dan kewajiban, dapat menjadi tempat bertemunya agama dan politik. Agama dapat mengilhami individu untuk memahami tanggung jawab sosial mereka sebagai warga negara. Namun, perlu dicatat bahwa kewarganegaraan yang efektif memerlukan pengakuan terhadap keberagaman keyakinan agama. Jika negara mampu menciptakan kerangka kerja yang menghormati kebebasan beragama, maka akan membangun jembatan kuat antara agama, politik, dan kewarganegaraan.

Dalam konteks global, isu-isu kewarganegaraan dan agama semakin berkaitan erat. Globalisasi membawa tantangan baru, di mana pluralitas agama dan budaya menjadi kenyataan yang harus diakui. Masyarakat harus berupaya menjembatani perbedaan agama untuk menciptakan ruang dialog yang memperkaya, bukan memiskinkan, pemahaman tentang kewarganegaraan.

Sebagai kesimpulan, perpaduan antara agama, politik, dan kewarganegaraan bisa menjadi kekuatan besar jika diarahkan dengan bijaksana. Membangun jembatan antara ketiganya adalah suatu keharusan untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, adil, dan berkeadilan. Sebaliknya, jika diabaikan atau disalahgunakan, bisa menjadi tembok pemisah yang merugikan perkembangan kewarganegaraan yang sehat. Oleh karena itu, masyarakat perlu terus berupaya mencari keseimbangan yang tepat dan membangun fondasi yang kuat untuk integrasi yang harmonis antara agama, politik, dan kewarganegaraan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun