Mohon tunggu...
Maulidiah Nur Aliyah
Maulidiah Nur Aliyah Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa biasa

22 June. Manjamen 2017. Pemburu post malam 00.00

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Untukmu Ibu] Penyesalan dan Vcd terakhir dari ibu

22 Desember 2013   11:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maulidiah Nur Aliyah : 330

Sifat aku mulai berubah saat aku mengenal cinta, menyukai lawan jenisku. Aku tak punya waktu untuk membantu dan menemani ibu karna aku sibuk berpergian bersama kekasihku

“nak kamu mau kemana? Sini bantu ibu mencuci piring” pinta ibu. Aku membola

“nyuci piring? Aku gak mau, aku mau pergi sama temen”tolakku berbohong padahal hari ini aku akan pergi bersama kekasihku lagi. Ibu menghela nafas berat

“kenapa sekarang kamu berubah? Dimana Liya anak ibu yang dulu? Selalu mau jika ibu memperintah” ucap ibu dengan meneteskan airmatanya. Aku hanya tersenyum devil

“inget ya bu liya bukan pembantu ibu jadi liya gak mau ibu suruh-suruh terus” jawabku berlalu pergi dari hadapan ibu. Beliau memegang dadanya yang terasa sesak tiba-tiba tubuh ibu melemas dan tergurai pingsan dilantai

“astaghfirullah ibu” pekik ayah kaget. Sedetik kemudian ayah membopong tubuh ibu, beliau membawa ibu kerumah sakit terdekat

Malam menjelang, akupun melangkah memasuki rumah, ku menatap rumah yang sepi, biasanya ada ibu dan ayah yang tengah menungguku diruang tamu. Aku tak peduli itu, mungkin mereka sudah tidur fikirku

“huft lelah banget hari ini” ucapku menghempas tubuh lelahku ketas ranjang yang empuk itu. aku mengerogohi saku celana, mengambil handphone. Tertera disana lima pesan masuk dan dua panggilan ternyata itu semua dari ayah

“Liya sekarang ibu berada dirumah sakit”itulah isi pesan singkat dari ayah

“ah mungkin karna capek jadi masuk rumah sakit. Bodoh ah, gue ngantuk” akupun tak peduli akan pesan singkat yang ayah berikan kepadaku. Aku menarik selimut tebal dantidur karna hari sudah semakin gelap

Matahari kembali dengan sinar terangnya menerangi bumi. Suara berkokokpun terdengar menembus kamar tidurku. Aku terbangun dari dunia mimpi. Aku heran mengapa rumah menjadi sepi, akupun teringat jika ayah dan ibu sekarang berada dirumah sakit. Aku membersihkan tubuh lelahku dengan mandi. Tak butuh waktu yang lama aku selesai mandi dan segera bergegas menuju rumah sakit. Setelah lama mencari kamar rawat ibu akhirnya aku mendapatkan juga. Terlihat disana ayah tengah mengengam tangan ibu. aku masuk dan mendekati ranjang yang ditiduri ibu

“ayah, ibu kenapa?” tanyaku menatap sang ayah. Ayah menatapku dengan penuh kebencian

“masih peduli kamu sama ibu?”

“masih dong ayah, dia ibu aku, beliau yang sudah melahirkan ku kedunia” jawabku lantang. Ayah tertawa

“ayah kira kamu lupa sama ibu sekarangkan kamu asik main sana sini sama pacar dan temen kamu” jawab ayah tersenyum devil

“apa kamu tahu, ibu seperti ini tuh gara-gara kamu. Anak yang gak tahu utang budi sama orang tua. Lebih baik kamu pergi dari sini dan jangan muncul lagi dihadapan saya dan istri saya. Ngerti!”tegas ayah. Aku terpaku apa ini nyata, ya ini memang nyata bukan mimpi! Aku benar-benar diusir oleh ayah. Sebelum aku keluar dari kamar rawat ibu, aku menengok kearah ibu terlihat ibu memalingkan wajahnya dengan airmata yang mengalir dikedua pipinya. Sakit dengan kenyataan ini! Dengan berat hati akupun pergi dari rumah sakit. Sesampainya dirumah aku membereskan pakaianku kedalam tas dan aku pergi entah kemana tujuannya yang pasti aku gak akan tinggal lagi bersama orang tua yang sudah membesarkanku

Satu bulan kemudian...

Aku menyetop taksi saat berhenti tepat didepan rumah sederhana yang aku tempati sedari kecil. Aku menatap bingung kearah bendera kuning yang terpajang dirumahku, siapa yang meninggal pikirku melayang, aku melangkah memasuki rumah yang sudah beberapa minggu aku tinggalkan. Aku menatap sekeliling, mengapa banyak orang dirumah? Dan mengapa mereka mengunakan baju serba hitam? Sebenarnya apa yang terjadi pikirku bingung bercampur khawatir. Aku bertanya kepada tetanggaku, beliau bilang ibu yang meninggal. Berasa aliran darahku berhenti seketika mendengar itu dengan langkah seribu aku menuju pemakaman dimana ibu akan dimakamkan. Aku terdiam sesaat melihat semua orang tengah menangis didepan makam ibu. Aku berlari mendekat

“stop! Jangan kubur ibu. Ibu aku masih hidup. Jangan kubur ibu aku!” teriakku histeris saat tukang kubur itu menutupi tubuh ibu dengan tanah. Ayah memegang tanganku dengan erat

“aku bilang jangan kubur ibu aku. Stop!!!”ucapku tegas dengan penuh airmata yang mengalir dipipiku tiba-tiba tubuhku melemas dan akhirnya aku tergurai pingsan

“aku dimana? Kenapa gelap gini?” ucapku dibawah alam sadar. Aku mengelilingi ruang yang terlihat asing bagiku

“Liya..”ibu memanggilku. Aku menatap wajah ibu yang berseri-seri, bibirnya sangat pucat. bibirku mengukir sebuah senyuman

“ibu jangan ninggain liya lagi. Liya gak mau ibu pergi dari liya. Maafin liya kalau selama ini liya bikin ibu marah, sakit dan sedih akan sikap liya. Liya sayang ibu”ucapku memeluk erat tubuh ibu seakan tak ingin ibu pergi jauh dariku. Ibu mengelus rambutku pelan dengan penuh kasih sayang

“sebelum liya minta maaf ibu sudah memaafkan liya. Ibu juga sayang liya. Maafkan ibu jika ibu harus pergi”jawab ibu begitu lirih. Aku menggeleng sembari mengeratkan pelukannya

“gak, ibu gak boleh pergi. hiks liya masih mau sama ibu. Kalau ibu mau pergi, liya ikut”ucapku terisak. Ibu menatap wajahku yang penuh airmata. Dengan lembutnya ibu menghapus air mata yang terus saja keluar dari mataku

“liya gak boleh ikut ibu, ini sudah takdir ibu pergi jauh dari liya. Tuhan lebih menyanyangi ibu makanya tuhan mengambil ibu dari liya. Liya gak boleh nyalahin takdir ya, bagaimanapun takdir sudah ditentukan sama yang diatas” ucap ibu

“Liya harus menjadi anak yang kuat, berbakti dan menjadi anak kebanggaan ibu satu-satunya. Jangan bikin ibu dan ayah kecewa. Liya harus menjadi anak ibu yang paling ibu banggakan” pesan ibu. Beliau memberikan senyuman manisnya kearahku. Bayangan ibu hilang seketika, kabutpun menutupi seisi ruangan hingga aku susdah untuk melihat sekelilingku

“ibu .. ibu dimana”teriakku kebingungan

“ibu.. ibu! Hosh hosh” aku tersadar setelah lama aku pingsan. Aku menatap sekelilingku, ini kamarku kenapa aku ada disini. Terdengar suara decitan pintu terbuka, aku menoleh ternyata ayah yang memasuki kamarku. Ayah mendekat kearahku dengan segera aku bersujud dibawah kakinya. Aku menangis sejadi-jadinya

“ayah, liya minta maaf.. liya minta maaf ayah”ucapku memohon dengan airmata yang terus saja menetes. Mataku sudah bengkak akibat menangis. Ayah menyuruhku berdiri. Ternyata beliau sudah memaafkanku. Beliau memberikan sebuah benda berbentuk lingkaran, VCD ya itu VCD, beliau bilang jika vcd itu buat aku dari ibu sebelum ibu pergi menghadap ilahi. Aku menerima vcd itu dengan baik dan aku menyalakannya didvd yang berada dikamarku. Sedetik kemudian munculah gambar ibu yang tengah terbaring diranjang putih dengan beberapa alat bantu pernafasan menempel ditubuh ibu. Tes! Airmataku menetes dengan deras

“hallo anak kesayangan ibu. Gimana kabar liya? Liya baik-baik ajakan? Ibu kangen banget sama liya” ucapnya didalam sana. Terlihat ibu tengah mengatur nafasnya yang sulit diatur

“jika Liya lihat video ini pasti ibu sudah pergi ke sisi yang maha kuasa. Liya maafkan ibu, ibu memang gak becus ngurus anak. Maafin ibu juga karna ibu sudah memperlakukan liya selayaknya pembantu. Jujur ibu gak bermaksud seperti itu, ibu hanya ingin kamu membantu meringankan pekerjaan ibu saja. Sekarang liya gak perlu ngelakuin itu kok karna dirumah sudah ada pembantu. Liya pulang ya, kasihan ayah sendiri”

Terlihat ibu mengehentikan bicaranya. Ibu memegang dadanya kuat, nafasnya juga sudah tidak teratur lagi. Dokterpun terlihat tengah kwalahan menangani ibu

“ibu..” pekikku saat melihat dokter menutup seluruh tubuh ibu dengan kain putih. Video itupun selesai. Aku semakin terisak. Ayah memelukku erat berusaha menenangkan hatiku yang kacau balau ini. Ayah mengajakku ketaman yang berada dibelakang rumahku. Banyak balon bergambar aku, ayah dan ibu disana

“tulis isi hati liya buat ibu disini. Nanti kertas ini liya ikat dengan balon itu setelah itu kita lepaskan sama-sama” saran ayah. Aku mulai menulis isi hatiku diatas kertas yang masih bersih itu

“hallo ibu perempuan yang mulia dibumi ini. Perempuan yang rela mempertaruhkan nyawanya demi aku untuk melihat seisi dunia. Gimana kabar ibu disana? Liya rindu ibu sangat rindu. Ibu aku tahu sebesar maafku untukmu gak akan mampu membuat luka yang ku goreskan dihatimu hilang begitu saja. Namun apadaya hanya maaf yang mampu liya ucapkan untuk ibu. Kenapa penyesalan datang disaat akhir cerita? Disaat semuanya sudah liya lakukan. Liya menyesal sudah memperlakukan ibu seperti itu andai waktu bisa liya putar akan liya perbaiki sifat dan sikap liya terhadap ibu dan orang lain. liya sayang ibu”

Aku mengikat kertas itu dengan balon yang ayah sediakan. Satu dua tiga kami melepas bebarengan saat ayah mengucapkan kata tiga. Aku tersenyum saat balon itu menuju keatas langit

Sekarang aku benar-benar menyesal saat semuanya berunjung kematiaan ibu. Semuanya sudah terjadi aku harus rela melepas ibu untuk kembali bersama-Nya, untuk kebahagian ibu. Ibu dengarkan hati kecilku meringis meminta maaf kepadamu

Tuhan .. maaf aku telah menyia-nyiakan seorang ibu yang baik dan setulus dia! Aku menyesal! Menyesal!

Penyesalan akan datang disaat semua berakhir dengan kekacauan. Maka dari itu kita harus berhati-hati dalam melakukan suatu hal jika nantinya kamu gak mau menyesal. Kehilangan ibu sungguh tidak mengenakan karna ibu yang selalu mengerti hati, fikiran dan kemauan kita bukan mereka. Gak akan ada orang yang semulia ibu, setelus ibu merawat kita dari kecil hingga dewasa tanpa upah sepeser pun. Buat kalian yang masih memiliki ibu, jaga dia dan rawatlah dia disaat dia mulai kembali menjadi seorang balita. Karna hanya kamu,anaknya yang ibu butuhkan disaat masa tuanya

untuk membaca karya peserta lain. silahkan menuju akun Fiksiana Community (
http://www.kompasiana.com/androgini )

dan silahkan bergabung di group Fb Fiksiana Community (
http://www.facebook.com/groups/175201439229892/ )

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun