Mohon tunggu...
Maulidia Aulia Putri
Maulidia Aulia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Profi Bimbingan Konseling Universitas Negeri Surabaya

Saya memiliki kepribadian yang mencerminkan jiwa kepemimpinan yang tinggi, di mana saya selalu siap untuk memimpin tim dan mengambil inisiatif dalam berbagai situasi. Saya juga memiliki rasa percaya diri yang kuat, yang memungkinkan saya untuk menghadapi tantangan dengan kepala tegak dan meyakinkan orang lain akan kemampuan saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghapus Stigma : Mengapa Bimbingan dan Konseling Penting Bagi Remaja

3 Agustus 2024   23:00 Diperbarui: 3 Agustus 2024   23:08 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sebagian besar remaja tidak begitu paham akan peran bimbingan konseling dalam kehidupan mereka dan tak sedikit dari mereka yang menyalahartikan tujuan serta manfaat dari layanan ini. Hal ini mengakibatkan munculnya berbagai stigma negatif yang berkaitan dengan bimbingan konseling. Stigma tersebut sering kali dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kurang nya informasi yang akurat, pengaruh dari teman sebaya, dan pandangan negatif dari lingkungan sekitar. Maka dari itu memberikan pemaparan terkait penghapusan stigma negatif Bimbingan dan Konseling bagi remaja sangat diperlukan karna dapat berdampak signifikan pada kesejahteraan mereka.


Sebelum itu mari mengenal,

Apa itu Bimbingan dan Konseling ?

Menurut bapak Dr. Bakhruding All Habsyi, M.Pd selaku Dosen prodi BK UNESA menyebutkan Bimbingan adalah suatu proses membantu seseorang dalam menentukan pilihan penting yang mempengaruhi kehidupannya (Gladding, 2000:4). Sedangkan Konseling menurut CAC adalah penerapan prinsip – prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif, prilaku atau sistemik, dan strategi yang merancangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, perkembangan karir, dan atau patologi. Secara singkat Bimbingan adalah upaya penangan, sedangkan Konsleing adalah upaya solusi.


Apa sih Stigma Negatif pada Bimbingan dan Konseling ?

Stigma adalah tanda atau sifat negatif yang dimiliki seseorang atau kelompok yang membuat mereka dipandang rendah atau dihakimi oleh masyarakat. Stigma negatif terhadap Bimbingan dan Konseling didefinisikan sebagai pandangan atau persepsi negatif yang ada di masyarakat tentang layanan tersebut. Hal ini merujuk pada anggapan para remaja bahwa mereka yang menggunakan layanan Bimbingan dan Konseling. Berikut beberapa stigma negatif yang melekat pada remaja :

1. Pandangan Hanya untuk “Orang yang Bermasalah”

Banyak dari mereka berpikir bahwa yang menemui layanan ini adalah mereka yang memiliki masalah yang serius atau gangguan mental.

2. Terlihat Lemah

Mereka yang meminta layanan Bimbingan dan Konseling tidak mampu menangani masalah mereka sendiri, membuat mereka dianggap pribadi lemah atau gagal.

3. Prasangka sekitar

Sebagian dari sekitar mereka sering kali menganggap bahwa mencari konseling menunjukkan bahwa seseorang memiliki kekurangan atau cacat yang harus disembunyikan dari orang lain, karena takut dicap sebagai berbeda dan memalukan.

4. Beranggapan Kurang nya Kemandirian

Pandangan ini memandang layanan bimbingan konseling sebagai sesuatu yang hanya diperlukan oleh mereka yang dianggap tidak mampu mengatasi masalah mereka sendiri atau memiliki masalah mendalam yang tidak dapat diatasi tanpa bantuan profesional.

5. Kekhawatiran akan Kerahasiaan

Banyak remaja khawatir bahwa informasi pribadi yang mereka berikan selama konseling akan diungkapkan. Mereka mungkin khawatir bahwa informasi sensitif yang mereka ungkapkan dapat didengar oleh teman, keluarga, atau pendidik, yang dapat menyebabkan mereka merasa tidak nyaman dan malu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya stigma negatif ini pada remaja tidak jauh dari lingkungan sekitar. Salah satu faktor utama adalah kurangnya pengetahuan tentang fungsi penting bimbingan dan konseling, baik di kalangan orang tua maupun remaja itu sendiri.

 

Ketidaktahuan ini sering kali menyebabkan kesalahpahaman yang merugikan, yang pada akhirnya menyebabkan para remaja menjadi :

1. lebih memilih menyembunyikan masalahnya

2. merasa malu dan takut dihakimi

3. takut dinilai lemah

4. merasa tidak nyaman untuk terbuka

Perubahan emosional yang signifikan mewarnai masa perkembangan remaja. Akibat perubahan hormon yang terjadi selama pubertas, remaja sering kali mengalami fluktuasi mood yang cepat dan ekstrem. Mereka juga mulai mengembangkan kemandirian emosional dan belajar mengelola perasaan mereka sendiri tanpa selalu bergantung pada dukungan orang lain. Namun, tekanan dari teman sebaya dan tuntutan sosial dapat menjadi sumber stres tambahan, meningkatkan risiko masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.


Menyingkapi hal itu, Bimbingan dan konseling memiliki berbagai manfaat penting bagi remaja, yang mencakup berbagai aspek perkembangan mereka:

1. Dukungan Emosional

Konseling membantu remaja mengelola emosi, mengatasi stres, kecemasan, dan depresi dengan memberikan lingkungan yang aman dan mendukung di mana mereka dapat berbicara tentang masalah dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi.

2. Pengembangan Keterampilan Koping

Konselor membantu remaja belajar teknik relaksasi, penyelesaian masalah, manajemen waktu, dan keterampilan koping yang sehat.

3. Peningkatan Kepercayaan Diri

Dengan mendapatkan pemahaman tentang kekuatan dan bakat mereka serta mengatasi rasa rendah diri mereka melalui bimbingan dan konseling.

4. Pemahaman Diri dan Identitas

5. Pengembangan Keterampilan Sosial

6. Pengambilan Keputusan dan Perencanaan Karir

7. Pengurangan Resiko Perilaku Negatif


Cara mengatasi stigma negatif

1. Edukasi Masyarakat: Memberikan pengetahuan yang akurat tentang bimbingan dan konseling serta keuntungan dari keduanya.

2. Testimoni Positif: Menggalakkan orang-orang yang telah mendapatkan manfaat dari konseling untuk berbagi pengalaman positif mereka.

3. Akses yang Lebih Mudah: Menjamin bahwa layanan konseling dan bimbingan dapat diakses oleh orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat.

4. Pendekatan Empati: Konselor harus menunjukkan empati dan memahami perasaan klien untuk membuat lingkungan berbagi yang nyaman dan aman. 

Dengan mengatasi stigma negatif ini, lebih banyak remaja akan merasa nyaman dan didukung untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan untuk mengembangkan diri dan menghadapi tantangan hidup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun