Mohon tunggu...
Maulida Putri Aulia
Maulida Putri Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi dari Politeknik Negeri Semarang Jurusan Akuntansi Program Studi D4-Analis Keuangan

Kelahiran kabupaten Semarang, dan besar di Semarang tepatnya di kecamatan Gunung pati.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Di Tengah Situasi Ketidakpastian Ekonomi, Banyak Gen-Z yang Memilih Kenikmatan Sesaat daripada Membeli Rumah

14 Oktober 2024   18:53 Diperbarui: 14 Oktober 2024   19:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Dalam situasi ketidakpastian ekonomi, negara kita memiliki salah satu permasalahan yang banyak di sorot, yaitu harga rumah yang semakin mahal, hal tersebut menyebabkan gen-z memiliki perilaku doom spending atau pengeluaran berlebihan akibat stres dan kecemasan sering terjadi. Fenomena ini berkaitan dengan perilaku pembelian secara implusif. Banyak anak muda yang melakukan doom spending dengan dalih untuk self-reward.

Kenaikan harga rumah yang tak sebanding dengan gaji menjadi salah satu penyebab timbulnya rasa cemas dan stres yang dirasakan gen-z. Beberapa waktu lalu, tokoh-tokoh publik juga mengatakan, ke depan anak muda akan semakin susah untuk membeli rumah, Hal itu dipicu lonjakan inflasi yang semakin tinggi. Saat suku bunga KPR semakin tinggi, maka total biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk membeli rumah semakin mahal.

            Berbeda dari generasi sebelumnya yang berlomba-lomba menabung untuk membeli rumah sebagai kebutuhan primer, 49% gen-z merasa tidak ingin membeli rumah karena mahal. Mereka merasa tidak akan mampu membeli rumah dari gaji mereka, walau sudah bekerja hingga menguras mental dan tenaga. Sehingga gen-z lebih memilih menghabiskan gajinya untuk memperoleh kenikmatan sesaat, seperti healing ke tempat wisata, pergi ke konser, membeli merchandise idolanya.

Beberapa gen-z yang memiliki rasa cemas dan takut jika tidak bisa membeli rumah, mereka mengobati rasa cemasnya dengan melakukan pengeluaran yang hanya bersifat sesaat. Sehingga beberapa orang dari generasi sebelumnya menanggap gen-z memiliki perilaku doom spending dan soft saving.

Dengan adanya fenomena tersebut, seharusnya pemerintah tidak menutup mata akan hal yang sedang dicemaskan anak muda, karena pemerintahlah yang menentukan regulasi.

            Sehingga pemerintah yang berperan sebagai regulator, diharapkan dapat melakukan upaya untuk mengendalikan harga rumah yang sangat tidak masuk akal. Pemerintah bisa melakukan intervensi pasar di sektor properti. Dengan cara, meratakan pembangunan infrastruktur dan tidak hanya fokus di kota-kota besar saja. Pemerintah juga bisa melakukan regulasi seperti yang sudah diterapkan di negara Kanada, yaitu dengan memberikan pajak yang tinggi untuk rumah yang tak berpenghuni, hal tersebut dapat menghindarkan orang-orang untuk menimbun rumah guna meraup keuntungan yang fantastis atau menambah kekayaan, dimana hal tersebut dapat memberikan kerugian ke berbagai pihak. Tak hanya itu, pemerintah juga bisa mengeluarkan kebijakan mengenai kenaikan upah/gaji yang sejalan dengan kenaikan harga properti.

Gen-z juga diharapkan agar bisa lebih bijak dalam melakukan spending untuk kenikmatan yang sesaat, karena memang benar rumah adalah kebutuhan primer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun