Mohon tunggu...
Maulidaini Maulidaini
Maulidaini Maulidaini Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 15 Takengon Provinsi Aceh

Saya Seorang Guru Mata Pelajaran Matematika. Hobi saya Menulis, saya sering mengikuti komunitas menulis antologi, baik itu opini khususnya pendidikan, maupun antologi cerita fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Milenial dan Bahasa Alaynya, Salahkah?

28 April 2023   21:59 Diperbarui: 28 April 2023   22:13 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah Anda mendengar nama M. Atiatul Muqtadir seorang presiden BEM UGM yang trending di media sosial karena penampilannya di Indonesia Lawyers Club (ILC). 

Ia mengundang decak kagum para penonton dengan menggunakan bahasa yang lugas dan cerdas yang merupakan salah satu contoh anak bangsa yang mempunyai kemampuan berbahasa yang terampil. 

Begitu pula dengan nama Sherly Ananvita Rahmi seorang creator konten Youtube dan social media. Ia berhasil menjadi sorotan masyarakat Indonesia juga setelah penampilannya di Indonesia Lawyers Club (ILC), stasiun televisi TVOne. 

Sama halnya dengan Atiatul Muqtadir, Sherly juga memiliki keterampilan berbahasa yang mumpuni. Dan kedua anak muda ini merupakan contoh bahwa keterampilan berbahasa itu adalah proses dari pembelajaran dari usia dini yang selalu diarahkan oleh orangtua dan guru untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Jika kita melihat kemampuan berbahasa anak muda zaman sekarang maka rata-rata kemampuan berbahasanya sangatlah rendah, karena anak-anak zaman sekarang jika tidak bisa dibilang sangat mudah terpengaruh dengan bahasa alay yang mereka ciptakan sendiri, latah dalam menggunakannya dan akibatnya bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu negara menjadi ditinggalkan diganti dengan bahasa yang alay yang keberadaannya datang secara tiba-tiba dan  tidak terdaftar dalam kamus besar bahasa Indonesia.

Menyoal tentang kemampuan berbahasa anak muda yang rendah maka pantaslah banyak diantara kalangan anak muda yang notabene adalah pelajar sangat menyukai soal dengan jenis pilihan ganda. Karena selain dapat ditebak, juga tidak perlu alasan dalam menjawab, karena keterampilan berbahasa yang rendah. 

Pelajar tersebut akan kesulitan dalam menentukan alasan jika soalnya berbentuk essay. Pernahkan Anda melihat jika para anak muda sedang menonton konser maka ucapan yang paling banyak dilontarkan adalah "wuihh keren banget", "waaww suaranya bagus sekali". 

Mereka tidak paham apanya yang keren dan bagus mereka tidak bisa menjelaskan akibat miskin kosa kata dan hanya latah dalam mengucapkan bahasa-bahasa alay. 

Ini merupakan sebuah tantangan besar bagi orangtua,  pendidik dan terlebih bagi negara yang harus bekerja keras lagi dalam menghasilkan generasi muda yang siap tampil di dunia kerja masa mendatang. 

Bagaimana mungkin negara kita dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia jika generasi yang lahir dari pelajar-pelajar kita saat ini ketika menyampaikan alasan tertentu saja sangat kesulitan dalam beragumen. Karena yang mereka tahu hanya bagus, keren, curcol, hoax, kepo dan lain-lain.

Padahal jika ditanyai satu persatu anak muda alay tersebut juga kebanyakan tidak mengerti tentang definisi kata-kata yang keluar dari mulut mereka. 

Keberadaan bahasa alay dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi dalam pergaulan sehari-hari. Baik lisan maupun tulisan, bahasa ini dianggap sebagai media berekspresi. Namun, tanpa disadari bahasa ini dapat mengancam eksistensi bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Selain itu, berkembangnya bahasa tersebut dapat mengancam pengembangan berbahasa generasi muda zaman sekarang karena jauh sekali dari kaidah-kaidah yang sesuai dengan EYD (ejaan yang disesuaikan). 

Bahasa Indonesia yang baik dan benar itu sudah dianggap tidak lumrah jika digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sebagian orang beranggapan akan ketinggalan zaman jika tidak mengikuti perkembangan zaman sekarang. Bahasa gaul yang kian membooming biasanya keluar dari mulut ke mulut dan disebarluaskan oleh sosial media.

Penggunaan bahasa zaman sekarang tentulah memiliki dampak positif dan negatif. Positifnya, para kaum muda bisa menjadi pribadi yang kreatif dengan menciptakan inovasi-inovasi baru. 

Memang tidak ada salahnya jika kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul, asalkan dipakai pada situasi yang tepat, tempat yang tepat, dan komunikan yang tepat juga. 

Sedangkan negatifnya adalah mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sehingga kualitas kemampuan berbahasa Indonesia yang semakin memudar. 

Sudah seharusnya kita sebagai orang Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa satu-satunya yang wajib kita gunakan dalam kondisi formal maupun tidak formal.

Dalam Sumpah Pemuda telah diterangkan dengan jelas bahwa bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa pemersatu masyarakat Indonesia. Dan sudah saatnya bagi para anak muda berjuang dan menghargai para pahlawan terdahulu dengan tetap menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD. 

Walau juga tidak dipungkiri turut mendukung perubahan yang terjadi saat ini seperti perubahan gaya bahasa saat ini juga perlu asalkan tidak melupakan keindahan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun