Di era globalisasi kini semua hal berkembang pesat, baik dari sisi teknologi sampai ke sisi modis dan gaya hidup. Negara yang notabenenya adalah sebuah Negara yang berstatus sebagai Negara berkembang seolah-olah sangat mudah dipengaruhi oleh globalisasi. Contoh saja negara Indonesia yang dengan mudah dijadikan sasaran empuk untuk pemasaran produk-produk asing seperti makanan dan berbagai produk kecantikan. Tidak hanya dalam hal penjualan atau pemasaran, tetapi juga dalam hal gaya hidup. Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang dengan mudahnya menerima segalanya tanpa menyaring atau menilai itu baik atau buruk. Kebiasaan orang-orang barat yang sering menggunakan pakaian serba minim dan berbuat semaunya sendiri pun diikuti oleh masyarakat Indonesia. Dengan canggihnya teknologi saat ini memungkinkan mereka mencari berita tentang trend masa kini di negara-negara maju.Banyak dari mereka beranggapan bahwa jika mereka menggikuti apapun yang berbau kebarat-baratan, maka mereka dapat dikatakan sebagai anak gaul. Padahal apa yang mereka pikirkan salah, mengapa ? karena dengan mereka mengikuti gaya hidup atau kebiasaan orang-orang barat, maka sedikit demi sedikit kebudayaan yang tertanam dari leluhur akan pudar.
Misal saja musik. Tidak dipungkiri pada zaman sekarang ini masyarakat Indonesia khususnya pada kalangan remaja sangat menyukai musik-musik yang berasal dari luar. Tidak sedikit dari remaja Indonesia buta dengan musik dalam negeri tetapi melek musik luar. Bahkan dengan bangganya mereka bertanya pada temannya “kamu hafal lagu ini gak ? apalagi dibagian yang dinyanyikan oleh pria curly ini. Aah aku suka lagu-lagu mereka” .Memang, seperti yang kita ketahui musik-musik barat jauh lebih enak dan jauh lebih berkualitas untuk dinikmati ketimbang musik Indonesia yang hanya bermodalkan wajah cantik/tampan atau goyangan aneh yang tidak pantas untuk dipertontonkan bahkan tak jarang bayak dari para penanyi dalam negeri yang hanya mengeluarkan satu single saja, setelah itu mereka menghilang entah kemana dan pada akhirnya mereka akan membuat sensi agar nama mereka melambung kembali padahal suara mereka dapat dikatakan pas-pasan. Berbeda dengan penyanyi-penyanyi luar negeri (ambil contoh penyanyi barat) yang mengeluarkan lagu sampai beralbum-album, bahkan jika mereka tidak mengeluarakan album, para penggemar akan terus bertanya dan juga para penyanyi barat tidak membutukan sensasi untuk menjadi terkenal di masyarakat, karena paparazi berkeliaran disekitar mereka.
Memang, kebanyakan para penyanyi barat berbusana tidak pantas, tetapi para masyarakat Indonesia tidak mempermasalahkan hal tersebut. Mereka terlihat biasa saja. Beda dengan para penyanyi Indonesia yang apabila menggunakan pakaian yang tidak layak pakai pada saat dikonser, mereka dicemooh dan dikatakan fulgar oleh para masyarakat.
Selain itu juga dengan sering mendengarkan musik kita bisa belajar berbahasa Inggris melalui liriknya. Tetapi tentu saja hal ini dapat mengancam keberadaan musik dalam negeri dikarenakan para konsumen atau para pendengar musik lebih memilih untuk mendengarkan musik-musik luar negeri ketimbang musik dalam negeri. Dalam hal materi, tentu saja para musisi dalam negeri mengalami kerugian akibat masyarakat yang kurang atau bahkan tidak mau membeli kaset atau lagu mereka.
Semenjak beberaapa tahun belakangan ini, musik di Indonesia kalah saing dengan musik-musik dari luar. Musik-musik luar seolah-oleh menjajah para musisi Indonesia baik dari segi pemasaran dan lain sebagainya. Dalam hal materi, tentu saja para musisi dalam negeri mengalami kerugian akibat masyarakat yang kurang atau bahkan tidak mau membeli kaset atau lagu mereka. Bandingkan dengan musik atau lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Internasional seperti Justin Bieber, One Direction, Ariana Grande, Demi Lovato, dan penyanyi lainnya, masyarakat Indoenia khususnya para remaja akan dengan senang hati menegluarkan uangnya untuk membeli kaset atau CD mereka, bahkan tidak tanggung-tanggung mereka dengan senang hati mengumpulkan uang hanya untuk membeli tiket konser para idola mereka tanpa harus berpikir dua kali. Bandingkan jika band atau penyanyi Indonesia melakukan konser, kebanyakan oara remaja berpikir dua kali untuk membeli tiket mereka karena mereka berpikir bahwa ”untuk apa membeli tiket konser penyayi dalam negeri, toh apa yang mereka suguhkan kepada penonton belum tentu sebanding dengan harga tiket yang kita beli”. Bahkan parahnya lagi, para remaja Indonesia rela bergadang untuk menunggu musik video yang akan diluncurkan oleh artis idola mereka yang tentunya artis berkelas dan mereka akan berbondong-bondong membeli kuota hanya untuk menonton kegiatan para idola mereka secara streaming.
Ini merupakan tugas bagi para musisi dalam negeri untuk meningkatkan kualitas musik yang mereka produksi. Jangan hanya bermodalkan tampang atau goyangan aneh saja, tetapi juga suara ada tingkah laku yang harus lebih diperhatikan saat berada diatas panggung maupun tidak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H