Mohon tunggu...
Maulida
Maulida Mohon Tunggu... Novelis - Admin di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)

Ibu rumah tangga yang mengabdikan diri di yayasan sosial. Menyukai jurnalistik dan sastra. Memiliki nama pena Pelo Lope dan aktif menulis sejak duduk di bangku SMP tetapi tak pernah publikasi. Sejak 2022 mulai menulis buku antologi melalui beasiswa kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Indari Mastuti Ajarkan Etika Berbisnis melalui Whatsapp Marketing

27 Agustus 2022   11:00 Diperbarui: 27 Agustus 2022   11:00 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini banyak sekali penjual online yang menjajakan produknya di Whatsapp. Mulai dari fashion hijab, pakaian anak dan dewasa, buku, hingga peralatan rumah tangga bahkan perkakas dapur dapat ditemui di Whatsapp. Kemudahan berjualan di Whatsapp menjadi salah satu penyebabnya. Tak heran, banyak orang yang kemudian memilih berjualan di Whatsapp dari pada di media sosial lain atau bahkan marketplace. Berjualan di Whatsapp tentunya harus memiliki etika, jika tidak, bisa menjadi pengganggu bagi pengguna lain.

Bukan Closing yang Didapat Melainkan Blocking

Berjualan di Whatsapp itu cukup tricky, karena database/kontak yang kita miliki belum tentu memiliki niat berbelanja. Whatsapp merupakan media komunikasi bukan media berjualan. Berbeda dengan berjualan di marketplace, orang-orang yang ada di marketplace memiliki tujuan berbelanja. Oleh sebab itu, akan lebih baik jika beriklan di Whatsapp pada orang yang dikenal dekat terlebih dahulu (melalui broadcast) atau beriklan dengan diselingi story telling kehidupan pribadi (melalui story). Jika belum kenal, jalin interaksi dahulu, setelah kenal dekat baru beriklan.

Jika terus menerus beriklan, bukan closing yang didapat justru malah blocking dari database. Ada beberapa fitur di Whatsapp sehingga aktivitas dan kemunculan seseorang dibatasi oleh pengguna lain. Salah satunya adalah fitur bisukan dan blokir. Jika database sudah membisukan story Whatsapp penjual, maka kesempatan beriklan semakin kecil dan peluang yang diperoleh juga menjadi semakin sedikit. Tentu para penjual online di Whatsapp tidak menginginkan hal ini bukan? 

Hati-hati Ketika Beriklan

Dalam mentoringnya bersama peserta kelas naik omzet di Whatsapp, Indari Mastuti mengungkapkan untuk jangan seenak sendiri ketika beriklan di Whatsapp. Beriklan dan berbisnis harus memiliki etika. Gencar boleh, tapi harus berirama dan memiliki ilmu. Jangan sampai konten iklan mengganggu pengguna lain. Usahakan agar konten iklan mendapatkan atensi dari database. 

Atensi dari database dibangun sedemikian rupa melalui branding. Penjual harus ramah dan luwes, bikin database yang dimiliki bahagia berteman dengan Anda. Sajikan konten yang lucu, bikin tertawa atau bahkan konten yang membangun semangat serta mengandung motivasi di story Whatsapp. Jangan melulu beriklan di story Whatsapp apalagi broadcast iklan pada orang yang baru dikenal. Hal ini akan membuat database ilfeel.

Indari Mastuti: Gunakan Etika Ketika Berada di Grup

Indari Mastuti dalam kelas naik omzet di Whatsapp yang diampunya menyatakan, aktif di grup tidak ada salahnya tapi jangan jadikan grup sebagai media promosi. Jadikan grup sebagai media branding. Dengan branding diri member grup akan semakin mengenal Anda sehingga terjalin interaksi antara penjual dan database. Interaksi inilah yang kemudian akan mendatangkan closing. 

Selain itu, Indari juga mengatakan bahwa aktif di grup harus menggunakan etika. Kecuali grup tersebut adalah grup kita sendiri. Namun, akan lebih baik jika grup berjalan sesuai tujuan awal pembuatannya, bukan menjadi ajang untuk promosi. Berikut ini beberapa etika saat berada di grup orang lain, diantaranya:

  1. Jangan mengajak member grup orang lain untuk join ke grup Anda. 

  2. Jangan berjualan di grup orang lain terlebih jika Anda tidak aktif di grup tersebut. 

  3. Izin kepada pembuat grup atau admin grup jika ingin melakukan  sesi sharing di grup. 

  4. Jangan spam iklan terus menerus di grup orang lain.

  5. Aktif di grup orang lain dengan tujuan branding diri sehingga member grup lain akan penasaran pada Anda dan memantau story Whatsapp Anda.

Dalam kelas naik omzet di Whatsapp, Indari Mastuti juga mengajarkan bagaimana menggunakan story telling sehingga iklan tidak berasa seperti iklan. Berjualan di Whatsapp membutuhkan strategi serta ilmu. Melangkah dengan menggunakan ilmu akan lebih ringan dibanding tanpa ilmu. Indari Mastuti bahkan menyediakan ruang konsultasi bagi member komunitas dan mentee-nya jika mengalami kesulitan saat berbisnis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun