Mohon tunggu...
Dodi Iswandi Mauliawan
Dodi Iswandi Mauliawan Mohon Tunggu... -

mahasiswa jurusan hubungan internasional di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik, Universitas Gadjah Mada. Masih mencoba menyesuaikan diri dengan suasana di kompasiana hari ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pagi yang Selalu Buta

19 Desember 2010   11:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12927579051535021545

Brak! Seekor kucing terlindas sepeda motor yang sedang melintas. Di tengah sebuah persimpangan jalan. Pada pagi yang selalu buta. Mungkin dia mati. Sang pengemudi motor yang sendirian mungkin tidak tahu kalau baru saja dia mengeluarkan otak dari tempatnya. Tapi, sekalipun dia tahu, mungkin dia akan tetap tidak memedulikan bangkai yang masih hangat itu. Pagi juga mungkin tidak tahu. Karena pagi itu buta. Selalu. Si kucing masih tergeletak di jalan sampai warung makan yang berjarak hanya beberapa meter darinya mulai buka. Setidaknya sudah ada lebih dari puluhan motor dan beberapa mobil yang melintasi jalan itu. Mereka hanya memandangnya dengan jijik. Beberapa dengan pandangan prihatin. Ada yang memperlambat laju kendaraannya untuk memperhatikan sejenak, bergidik, lalu lanjut pergi. Mereka yang lewat tersebut bisa jadi pejabat, tokoh agama, guru, atau mungkin pelacur. Mungkin juga anda. Sekarang, matahari sudah menjadi jingga. Si kucing juga, karena bulu kuning keemasannya telah terbalur darah yang mengering. Lalu, beberapa langkah berderap menuju ke arah si kucing. Terdengar juga bunyi logam yang diseret. “Ah! Ini dia penyebab mengapa daganganku hari ini tidak laku! Dasar pembawa sial!” Lalu si kucing disekop dan dimasukkan ke dalam kantung plastik besar yang berwarna hitam. Beberapa otaknya masih berceceran di jalan. Oleh si pemilik rumah makan, dia dibawa masuk ke dalam dan diletakkan di dekat rak. Rak itu berisi ayam goreng dan rendang. Lalu, si pemilik rumah makan masuk ke dalam pintu di sudut ruangan untuk kemudian keluar sambil menggenggam kunci. Si kucing diangkat kembali dan dibawa pergi.

* * *

Pada pagi yang buta, sebuah motor berderu kencang di persimpangan jalan. Melambat dan parkir di depan rumah makan. Jalanan sudah bersih, karena hujan turun perlahan tadi malam. Ah, pagi memang selalu buta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun