Kata emosi sering kali diasosiasikan dengan rasa marah, meskipun sebenarnya memiliki cakupan yang lebih luas. Menurut para psikolog, seperti yang dijelaskan oleh Santrock (2002), emosi terbagi menjadi dua jenis: (1) emosi positif, yang meliputi antusiasme, kegembiraan, kesabaran, ketenangan, sukacita, dan tawa; serta (2) emosi negatif, seperti kecemasan, kemarahan, rasa bersalah, dan kesedihan.
Berdasarkan jurnal dari Department of Health South East yang mengacu pada data BMA (2006), sekitar 4% anak berusia 5-16 tahun mengalami gangguan emosional. Gangguan ini lebih sering dialami oleh anak perempuan dan mencakup masalah seperti kecemasan, depresi, dan fobia. Gejala yang biasa terlihat meliputi rasa sedih, mudah marah, kehilangan minat pada kegiatan, kelelahan, gangguan tidur, kurangnya nafsu makan, kesulitan dalam berkonsentrasi, perasaan bersalah, rendah diri, hingga munculnya pikiran untuk bunuh diri.
Anak yang belum mampu mengelola emosinya dengan baik seringkali menghadapi berbagai masalah. Mereka biasanya kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi baru, serta belum dapat mengatur diri sendiri karena kurang memahami hak, kewajiban, dan tanggung jawab mereka. Selain itu, anak-anak ini sering menunjukkan sikap egosentris, seperti ingin selalu menang, dan sulit mengendalikan amarah saat keadaan tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Karakteristik emosi pada anak sangat berbeda dengan orang dewasa antaranya :
- Emosi anak biasanya berlangsung singkat dan dapat berakhir secara tiba-tiba, terutama jika perhatiannya dialihkan ke hal-hal yang disukainya.
- Emosi anak cenderung lebih intens atau kuat, ditandai dengan reaksi seperti berteriak atau mengamuk ketika mereka merasa masalahnya belum teratasi.
- Emosi anak bersifat sementara atau dangkal, di mana perasaan tersebut dapat segera mereda jika diberikan sesuatu yang menarik perhatian mereka.
- Emosi anak lebih sering muncul karena mereka belum mampu mengendalikan perasaannya, sehingga cenderung langsung meluapkannya saat keinginannya tidak terpenuhi.
Kemampuan untuk mengelola emosi didefinisikan sebagai kemampuan seorang anak untuk menciptakan kebahagiaan bagi dirinya sendiri, mengatasi perasaan seperti kecemasan, putus asa, atau kemarahan, dan menangani konsekuensi dari ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi dasar seperti marah, gembira, sedih, takut, dan jijik (Goleman 2009).
Faktor lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk perilaku emosional anak. Lingkungan dapat menjadi pendukung atau, sebaliknya, penghambat dalam kemampuan anak mengelola emosinya. Keluarga, terutama orang tua, adalah lingkungan terdekat anak yang memiliki tanggung jawab utama dalam proses pengasuhan dan pembimbingan. Pola asuh orang tua juga sangat berpengaruh pada perkembangan emosional anak, khususnya di usia dini. Periode ini merupakan tahap yang sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan anak di masa depan, karena anak sedang berada dalam masa peka dan masa emas kehidupannya.
Maka dapat di simpulkan bahwa Lingkungan harus diperhatikan dengan cermat agar dapat mendukung anak dalam membiasakan diri mengekspresikan emosinya secara positif sejak usia dini. Serta dukungan dari orang tua juga di perlukan untuk perkembangan emosi anak, karena perkembangan emosi anak sangat berpengaruh dalam perkembangan potensi pada diri anak. Penting nya juga diimbangi dengan pola asuh yang mendukung kecerdasan emosi anak seperti, (1) Mengembangkan empati dan rasa peduli. Anak yang memiliki kemampuan empati cenderung lebih mudah berinteraksi dan menjalin hubungan dengan teman-temannya. Mereka biasanya tidak menunjukkan sikap agresif, tidak pemalu atau pemarah, serta jarang merasa cemas atau khawatir. Anak-anak yang empatik juga cenderung lebih sering merasa bahagia.(2) Kemampuan memecahkan masalah. Orang tua sering kali tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Hal ini dapat membuat anak menjadi manja dan mudah frustrasi ketika keinginannya tidak segera terpenuhi. (3) Motivasi diri. Motivasi berperan penting dalam membentuk sikap optimistis, antusias, percaya diri, dan kegigihan pada anak, sehingga mereka tidak mudah menyerah.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Darmayanti, N., Febrianti, A., Ginting, A. M. B., Parinduri, I. H., & Indriani, A. (2022). Kemampuan dalam Mengendalikan Emosional pada Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK), 4(4), 1512-1519.
Puspita, S. M. (2019). Kemampuan Mengelola Emosi Sebagai Dasar Kesehatan Mental Anak Usia Dini. SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 5(1), 85-92.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI