Hallo guys, kalau kemarin aku udah berbagi ceirta mengenai kisah seorang mbah yang hidup sebatang kara dan arti berayukur dari mbah. Sekarang aku akan cerita ke kalian mengenai jasa seorang guru atau ustadz dalam mendidik muridnya, lebih tepatnya si aku mau cerita mengenai bagaimana dulu ustadzahku mengajarkan membaca al quran, cara bersikap kepada orang, dan masi banyak lagi.
Jadi waktu aku masi duduk di bangku Taman Kanak Kanak (atau yang biasa disebut TK) aku sempat mengikuti TPQ atau TPA. Untuk kalian yang belum tahu ap aitu, jadi TPQ atau TPA ini adalah Lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelnggarakan Pendidikan nonformal. Nah Pendidikan di TPQ sendiri kan Pendidikan nonformal dalam bidang keagamaan islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran atau Pendidikan untuk anak usia dini. Bisa dibilang yang belajar di TPQ ini mulai dari anak PAUD sampai SD. Di TPQ ini kita banyak diajarkan tentang bagaimana membaca Al-Quran yang baik dan benar, mengenal huruf hijaiyah, serta memahami dasar dasar islam.
Jadi dulu waktu aku TK, aku sempat masuk TPQ yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Selama aku belajar disana, aku ngerasa enak dan enjoy dengan teman teman yang banyak dan ustadzah yang sanggat ramah dan sabar dalam mengajar. Namun di TPQ ini aku hanya belajar sebentar, kurang lebih hanya 5 atau 6 bulan, setelah itu aku pindah di TPQ yang dekata dengan rumah. Tepatnya berada di desaku, di masjid yang tak jauh dirumahku. Disini juga mengaji hanya sebentar karena dulu aku masuk pada SDI Full Day School. Dimana dulu masuk jam 7 pagi pulang jam 4 sore. Dan setelah pulang biasanya langsung pergi ke tempat bimbingan belajar. Jadi aku tidak sempat untuk pergi ke TPQ.
Meskipun begitu, aku sanggat mengenang masa masa dimana aku belajar mengaji. Biasnya aku dan sepupuku bersama sama berangkat menggunakan sepeda. Karena letaknya yang cukup dekat jadi kita selalu bersepeda setiap harinya ya mungkin beberapa kali kita diantar oleh kakek. Setibanya di masjid, kita bersama teman teman yang lain diajari untuk mengenal dan menulis huruf hijaiyah. Setalah belajar mengenai huruf hijaiyah, yang beretapatan dengan adanya adzan ashar. Kita beregegas untuk berwudhu dan melaksanakan sholat ashar berjamaah di masjid. Setelah selesai sholat ashar kita mulai mengaji satu satu di hadapan para ustadzah. Bisa dibilang setoran baca Al-Quran gitu.
Sesuadah setoran membaca Al-Quran, selagi menunggu waktu pulang. Biasanya ustadzah kami menceritakan kisah nabi atau sahabat nabi. Terkadang juga melakukan riview materi agar kita paham dan inggat tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Selain itu, biasanya ketika ada peringatan hari besar islam. Seperti maulid nabi atau hari raya idul fitri. Nah, seperti ketika memperingati maulid nabi kita sama sama mebawa makanan ketika berangkat mengaji. Disana kita makan bersama dengan teman teman lain sambil bercerita satu sama lain. Waktu malam sebelum hari raya idul fiiri, biasanya masjid tempat aku mengaji dulu mengadakan takbir keliling. Nah masalah takbir keliling ini, semua murid sanggat tidak sabar baik laki laki maupun perempuan. Karena kita akan takbir keliling memutari desa sambil membawa alat alat seperti kentongan atau hal lain. Bukan hanya memutari satu desa saja, bahkan sampai beda kecamatan atau bahkan sampai ke Simpang Lima Gumul. Pasti kalian tidak asing dengan Simpang Lima Gumul, yaitu symbol dari kabupaten Kediri bisa dibilang ikonnya Kota Kediri.
Meskipun Cuma sebentar aku mengaji disana, tapi aku sanggat menikmati moment moment bersama teman teman dan para ustadzah. Mungkin dibanding dengan cerita teman teman lain, ceiritaku ini tidak ada apa apanya. Beda dengan cerita teman teman bagaimana ketika dia dulu dipondok dan masih banyak lagi. Meskipun aku tidak pernah masuk pondok pesantren. Tapi masuk di UIN Malang membuatku mengerti bagaimana rasanya menjadi anak pondok. Iya mungkin di UIN Malang bisa disebut bukan pondok lebih ke asrama. Tapi menurutku ini penglaman yang sanggat berarti.
Kita di didik bagaimana kita bisa mengatur waktu, menjadi manusia produktif, dan mengaji atau taklim setiap malam. Banyak pelajaran yang aku dapat selama menjadi mahasantri MSAA (Mahad Sunan Ampel Al Aly) UIN Malang. Banyak suka duka yang kita lalui bersama sama. Ilmu ilmu dari ustadz maupun ustadzah yang sanggat berarrti untuk kehidupan selanjutnya. Pengalaman yang sanggat berarti. Tentang bagaimana kita bersosialisasi dengan orang banyak, menghargai pendapat satu sama lain, salin berbagi, saling membantu dikala susah maupun senang. Bersama sama dalam menghadapai masalah dan menyelesaikan masalah tersebut dengan sebaik baiknya tanpa adanya adu kekuatan fisik.
Mungkin emang bisa dikatan cuma sebentar tinggal di mahad. Tapi cerita disetiap sudut sudut mahad bahkan UIN yang membuat kita kangen, ingin Kembali tinggal di mahad UIN Malang. Hanya 6 bulan kami tinggal dan tumbuh bersama, namun banyak sekali kenangan yang tidak bisa dilupakan. Bagaiman serunya, asiknya, canda tawa dengan teman kamar setiap malamnya. Sampai sampai kehilangan baju maupun paket. Tapi hal itulah yang membuat ini semua sanggat berarti.
Mungkin memang pengalaman mengenai guru mengaji atau yang biasa dibilang ustadz maupun ustadzah sanggat sedikit. Karena aku tidak pernah mondok sama sekali. Namun pengerbonan seorang guru tetap bisa aku rasakan, muali dari awal ketika aku belajar huruf hijaiyah dan menulis sampai yang terakhir dapat bertemu dan mendapat ilmu dari ustadz maupun ustadzah MSSA UIN Malang. Terimakasih kepada ustadz maupun ustadzah atas ilmu yang telah diberikan, semoga ilmunya dapat bermanfaat dan barokah. Aamiin ya rabbal alamin. Sekian dulu ceritaku kali ini, see you guys....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H