Mohon tunggu...
Mauliansyah Zulian
Mauliansyah Zulian Mohon Tunggu... Programmer - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Suka dengan dunia pemograman dan menulis

Selanjutnya

Tutup

New World

Revolusi Industri 5.0: Pengaruh AI terhadap Penyebaran Misinformasi

27 April 2024   18:34 Diperbarui: 4 Mei 2024   18:18 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi yang diciptakan oleh manusia juga berkembang dengan pesat sehingga menyebabkan adanya revolusi industri, revolusi industri yang semula 1.0 hingga saat ini menjadi 4.0 dan bisa dibilang kita akan segera masuk ke zaman revolusi industri 5.0 yang dimana semua itu ditandai dengan banyaknya penggabungan antara teknologi dengan manusia, sebagai contoh paling mudahnya adalah AI. Artificial Intelligence (AI) atau bisa dikenal dengan kecerdasan buatan adalah teknologi yang membantu menciptakan sistem yang dapat berpikir dan membuat keputusan seperti manusia. AI ini dapat membantu dalam berbagai macam tugas, seperti membantu dalam membuat keputusan, memproses data, dan membuat tindakan yang efisien, sehingga saat ini banyak digunakan oleh banyak orang mulai dari kalangan pelajar, orang tua, karyawan perusahaan, editor, atau bahkan seorang programmer sekalipun. Contoh paling simplenya adalah DALL-E 2 yang dikembangkan oleh perusahaan terkemuka milik Elon Musk, fungsi dari AI ini yaitu membuat gambar dari teks yang kita masukkan, sehingga kita tidak perlu lagi bersusah payah menggambar.

Di Indonesia sendiri masyrakatnya banyak sekali yang menggunakan AI terutama Gen Z, dalam pemaparan oleh Country Head of Android of Google Indonesia, Denny Galant disebutkan bahwa adaptasi AI di Indonesia didominasi oleh Generasi Z (Gen Z). Menurut Denny Galant sebanyak 43 persen pengguna AI generative adalah Gen Z, dari data yang dipaparkan tersebut Gen Z memakai AI generative untuk membuat sebuah gambar yang dimana dari hasil gambar buatan AI tersebut akan dimasukkan ke dalam karyanya, contoh karya paling umum adalah poster. Dari bukti tersebut juga bisa dibilang generasi muda Indonesia sudah melek akan teknologi AI, hal ini bukan tanpa alasan, Gen Z yang dikenal sebagai pengguna aktif internet merupakan golongan anak muda yang memiliki banyak ide kreatif dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan seperti biasa dengan masuknya teknologi baru ke masyarakat jelas akan menimbulkan sebuah ancaman dan peluang yang baru juga, dan kali ini saya Mauliansyah Zulian akan menjelaskan salah satu ancaman yang akan timbul apabila AI digunakan oleh orang yang salah.

Ancaman terbesar adanya AI di Indonesia

Pada periode AI ini telah merevolusi setiap lini industri dalam kehidupan bermasyarakat, membawa sebuah kemajuan dan tantangan yang baru, salah satu dampak AI yang cukup mengkhawatirkan adalah dengan semakin memperburuk fenomena misinformasi. Namun, perlu digaris bawahi bahwa masalah ini bukan semata kesalahan teknologi AI itu sendiri, akarnya juga ada pada sisi psikologis manusia, hal ini dikarenakan misinformasi terkait erat dengan yang namanya predisposition kognitif (kesalahan manusia dalam berpikir dan menilai sesuatu dengan alam bawah sadar) yang dimiliki oleh manusia. Kondisi penyebaran misinformasi ini memiliki potensi menjadi lebih marak dan semakin parah, dikarenakan dengan adanya AI yang memiliki kemampuan dalam menciptakan dan memperkuat adanya misinformasi contoh yang paling terkenal adalah konten berupa deepfake, yaitu konten yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat video atau audio yang menampilkan orang atau sesuatu yang tidak asli, yang dibuat oleh AI.

Nah menurut saya sendiri yang memang sekarang adalah mahasiswa Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan dalam menangani hal ini maka diperlukan sebuah pendekatan teknologi dan partisipasi dalama masyarakat, dan ironisnya dari perspektif teknis, AI bisa digunakan untuk menyebarkan misinformasi tapi juga dapat menjadi alat untuk melawan misinformasi dan mengembalikan kepercayaan masyarakat. Selain itu, komitmen publik dalam melawan misinformasi yang dihasilkan oleh AI juga sama pentingnya, hal ini dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun kelompok organisasi sipil dengan melatih literasi digital masyarakat agar mereka bisa lebih kritis, hati-hati, dan lebih berdaya dalam berinteraksi dengan konten digital yang beredar. Dengan menggabungkan teknologi AI dan partisipasi masyarakat, perjuangan melawan misinformasi ini bisa menjadi lebih mudah dan efisien. Kolaborasi antara pengembang AI dan pemeriksa fakta menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan oleh tangan yang tepat dalam melawan misinformasi. Meskipun AI sangat berpotensi menjadi alat penyebar misinformasi, teknologi ini juga mampu mendeteksi dan menangkalnya, semua itu tergantung sejauh mana kita bijak dalam menggunakan dan bagaimana cara kita membangun kerja sama yang sinergis, antara upaya meningkatkan literasi media dan keterampilan kritis masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten New World Selengkapnya
Lihat New World Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun