Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Yang Kocak dari Kelas Kami

1 Maret 2016   20:26 Diperbarui: 1 Maret 2016   21:03 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini, bahkan kata “mungkin” pada sesuatu yang sudah pasti, mendapat kritikan. Diawali oleh moderator, Heri Sitakka, membuka forum diskusi. Ia mempersilakan satu per satu peserta menyampaikan sedikit ulasan tentang tulisan yang mereka buat. Dimulai oleh Zulkarnain, lalu berpindah ke ketua kelas, Bahrul Amsal, lalu berturut-turut: Muhajir, Boufakar, Rahmi, Hajrah, Jusna, kemudian Aisyah (Ica) karena pendatang baru, tidak bawa tulisan. Ia diminta memperkenalkan diri dan motivasi untuk ikut  kelas ini. Setelah Aisyah, saya, Andi Reski, Putri, dan terakhir Sandra. Semua ada 14 tulisan.

Jika pada pekan-pekan pertemuan sebelumnya, tulisan-tulisan itu cukup disapu cepat saja dengan sekali dua kali pandangan, sekarang saya mengusulkan sesuatu yang lebih serius. Membaca paragraf demi paragraf secara teliti, orang per orang. Karena usulan ini pulalah maka waktu berdiskusi menjadi lebih panjang hampir tiga kali lipat. Awalnya hampir menyerah, karena tulisan pertama yang ‘dikuliti’ agak bikin gerah di samping membutuhkan waktu berpuluh-puluh menit. Tapi sebagian besar menikmatinya.

Saya mengusulkan ini dengan pertimbangan pengalaman saat harus membaca dalam waktu singkat. Saya bukan jenis manusia super yang bisa berkonsentrasi di tengah kerumunan orang yang saling terhubung. Maksud saya, berbeda dengan suasana mall atau cafe yang meski ramai akan tetapi kita tidak ada ikatan apa pun antara satu dengan  lainnya. Ia dengan urusannya, saya dengan urusan saya sendiri. Itulah kira-kira sebab yang membedakan, kenapa saya bisa asyik-asyik saja membaca saat menemani anak-anak dulu waktu kecil bermain di tempat mandi bola. Makanya pula, saya meminta kepada teman-teman peserta literasi yang ingin tulisannya dibantu baca agar mempostingnya saja di media sosial. Karena dengan cara itu saya bisa lebih konsentrasi membaca.

Akhirnya diskusi yang biasanya berakhir di saat magrib terpaksa diperpanjang lagi dengan hanya satu kali istirahat untuk sholat. Setibanya Magrib baru tiga peserta yang sempat diulas. Tulisan Zulkarnain (Apakah Bissu itu LGBT), hanya inkonsistensi mencetak miring tulisan bahasa daerah yang sesekali di dalam kurung, sesekali pula di luar kurung. Bahrul Amsal (Menyoal Plagiarisme), dan Muhajir dengan cerpennya (Aurora). Bahkan tulisan ketua kelas pun tak luput dari koreksi. Senang menghilangkan tanda hubung setiap ada pengulangan kata. Sah-sah saja setelah ia bilang kalau itu adalah ciri khasnya. Peserta jadi mafhum. Setiba giliran Muhajir, nampak dia begitu menikmati tulisannya yang dikuliti. Ada bisik-bisik dari peserta, kalau itu adalah sebuah kesengajaan. Trik supaya tulisannya bisa bersih dari kesalahan EYD maupun kerancuan berbahasa. Setelah bersih, ia akan merepost-nya di blog. Ah, terserahlah Jir, apa pun niatmu, dirimu telah berlapang dada untuk menerima kritikan dan masukan.

Selepas Magrib Muhajir pamit, katanya ada acara pernikahan sepupunya. Untung tulisanmu sudah dibabat. Hihihi.....andai belum, teman-teman peserta tak kan rela, dan mungkin minggu depan tulisanmu yang pertama akan diadili. Selanjutnya tulisan Boufakar yang dapat giliran. Tulisan yang judulnya “Hari Sampah dan Dunia Jalan Raya” menyedot perhatian peserta paling lama. Saya kira-kirakan lebih dari satu jam. Bukan lagi seputar masalah EYD—ia sudah membenahinya—tapi seputar struktur kalimat. Ada yang lucu soal tanda kutip. Masih ada hubungannya dengan tulisan Muhajir sebelumnya, yang mempersoalkan apakah tanda baca dulu (misalnya titik, koma, tanda tanya, atau tanda seru) ataukah tanda petik dulu pada akhir kalimat?

Nah, berdasarkan bukti-bukti hasil penelusuran EYD terbaru, ditemukanlah kalau titik, koma, tanda tanya, dan tanda seru dulu baru setelah itu tanda petik. Oleh Boufakar, dengan gayanya yang polos, dibilangnya: “jadi tanda petiknya disuruh keluar dulu?” Spontan anak-anak membalas, “Ia suruh di luar  dulu, jangan suruh masuk.” Hahahaha......

Yang jadi obyek tertawaan hanya senyum-senyum saja. Meski sangat mengantuk dan ‘lowbat’ karena begadang ia masih bisa bertahan. Nampak tiga cangkir kopi di hadapannya. Walau ia mengelak telah menghabiskan kopi sebanyak itu. Saya pribadi salut dengannya. Ia kuat sekali menulis. Mungkin dalam sehari ia bisa menulis dua sampai tiga tulisan. Ia juga tekun dan serius memperbaiki kekurangan-kekurangannya dalam menulis. Dulu, beberapa minggu lalu ia sudah menjelaskan kalau nanti baru bisa membaca setelah duduk di kelas IV SD. Mungkin itu pula yang menyebabkan ia mengalami banyak kesulitan dalam hal penulisan sesuai EYD. Sisi positifnya, ia sangat tekun memperbaiki hal-hal yang dianggapnya kurang. Ia selalu setia membawa notes kecilnya untuk mencatat kata-kata baru yang ia salahpahami.

Di pertemuan terakhir kemarin kami semua mengamati hasil perubahan itu. Ia sudah mengalami peningkatan yang sangat jauh dari yang sudah-sudah. Awal kenal saya mengira ia rentan dengan kritikan. Terbukti pasca pertemuan di Unhas, ia tidak pernah online selama berhari-hari. Perasaan ini sempat saya utarakan pada Andi Reski. Namun ternyata dugaan saya salah. Ia bukanlah jenis orang seperti itu. Saya  optimis Boufakar akan menjadi penulis besar.

Tulisan berikutnya adalah punya Rahmi Daeng Ngai. Ia membawa cerpen yang sudah pernah diunggah sebelumnya di facebook. Ia hanya mengganti judulnya saja menjadi “Lala dan Ryan”. Dari awal bergabung Rahmi sudah bisa menulis dengan baik, termasuk kaidah dan EYD-nya. Tinggal menambahkan sedikit greget dalam alur ceritanya. Ada yang berkomentar, suruh saja itu tokohnya (Lala dan Ryan) berkelahi. Hahaha.....sedikit intermezzo di tengah ketegangan. Di akhir presentasi, ketua kelas meminta file-nya untuk nanti dimuat di buletin “Kala”. Selesai menyajikan tulisannya, karena jarum jam sudah menunjuk angka 9 maka ia dan Hajrah pun pamit lebih dulu, karena khawatir tempat kosnya akan dikunci. Huaahhh....curang ini, Hajrah pamit sebelum tulisannya sempat dikoreksi.

Sebagai penutup untuk setengah jam terakhir, Jusna menyajikan tulisan yang berjudul “Senjakala Dapur dan Bisik Kebebasan”. Tulisan Jusna pun sudah nyaris sempurna dari segi EYD, sisa beberapa masukan pelengkap berupa pilihan kata yang pas untuk kalimat-kalimat tertentu. Bravo Jusnawati....

Saya menjadi penutup pada pertemuan hari itu. Tulisan dengan judul “Saat Saya Jatuh Cinta pada Bahasa dan Musik” mendapat 2 kritikan. Yakni pada penulisan kata asing yang tidak saya miringkan. Sementara itu dulu yang ditemukan, entah nanti di pekan depan. Apakah koreksi terhadap tulisan saya masih akan dilanjutkan atau tidak. Kita lihat saja sejauh mana ketersediaan waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun