[caption id="" align="aligncenter" width="580" caption="Radio Jaman Dulu (Kompas.com)"][/caption]
Hari ini 60 tahun yang lalu RRI mengudara pertama kali pada 11 September 1954. Usia yang sudah lebih dari separuh abad tentunya dipenuhi dengan banyak pengalaman suka dan duka. Serasa slogannya “Sekali di Udara tetap di Udara” masih tetap akrab di telinga di saat radio-radio swasta masih belum semenjamur sekarang.
Menjadikan radio sebagai salah satu pilihan dalam mengiringi aktivitas keseharian seseorang adalah suatu langkah cerdas. Karena dengannya seseorang mampu melakukan dua bahkan mungkin lebih pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Dimana jika dikerjakan secara terpisah akan sangat memakan waktu. Tanpa perlu membaca surat kabar atau sengaja menonton televisi, seseorang mampu mengakses berita terbaru atau hanya sekadar mendengarkan musik yang sedang hits.
Bahkan manfaat lain dari mendengar radio pun tak kalah banyak, misalnya:
*membantu mengasah kecerdasan linguistik seseorang. Karena dengan mendengarkan para penyiar berbicara, ngobrol, yang seolah tak pernah kehabisan perbendaharaan kata, melatih kita para pendengarnya untuk juga memiliki kemampuan berbicara yang baik.
*membantu mengembangkan imajinasi. Yah, karena radio hanya mampu kita dengarkan lewat indera pendengaran, maka mengembangkan imajinasi adalah salah satu kelebihannya. Peristiwa-peristiwa yang tak mampu tertangkap oleh mata, pada akhirnya akan diolah dalam pikiran imajinatif seseorang.
*menambah wawasan. Informasi dan berita-berita yang tak sempat kita baca atau tonton akan diulas oleh penyiar atau para pakar yang sengaja diundang untuk membahasnya dalam acara bincang-bincang di radio.
Di tengah persaingan dengan media tulis cetak dan elektronik seperti saat ini, beberapa stasiun radio masih tetap eksis dengan siaran-siarannya, meski tak dapat dipungkiri bahwa di antara jumlah yang banyak tersebut, tentu yang memiliki modal kualitas, pendanaan yang cukup, serta pasar yang jelaslah, yang akan tetap bertahan. Karena tanpa ketiga modal tersebut, pendengar akan satu persatu memilih media sosial lain yang lebih menarik.
Pilah-pilih siaran radio
Saya termasuk orang yang tidak terlalu suka nonton tivi. Tidak suka karena memang tidak punya cukup banyak waktu untuk kegiatan yang satu ini. Maka saya pilihlah radio sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang bermanfaat. Karena banyak pekerjaan mampu saya selesaikan dengan iringan suara dari radio.
Jika ada yang melakukan survei dan diajukan pertanyaan, siaran apa yang paling senang saya putar? Maka tak perlu mikir lama-lama, saya akan sebut tiga yang berurutan: Radio Smart FM, SPFM (radio suara perempuan), dan Delta FM. Saya bahkan sudah mengenal dengan baik ciri khas masing-masing stasiun beserta suara-suara khas para penyiarnya.
Kalau merasa hari itu kurang semangat dan ingin terinspirasi atau mendengarkan banyak kalimat-kalimat motivasi, maka saya akan mendengarkan Smart FM. Biasanya saya akan memilih memutar ini pada awal pagi. Karena mulai aktivitas pagi dengan kalimat-kalimat positif dan memotivasi pasti hasilnya akan jauh lebih baik, daripada mendengar curhatan-curhatan galau yang tanpa solusi.
Sampai sekitar jam 11 siang, saat acara masak selesai (saya dengar radio sambil masak), biasanya dimatikan dulu karena menjelang sholat Dhuhur. Nanti sekitar jam 2 siang, sambil membaca atau menulis saya kembali memutar radio SPFM atau Delta, karena isi siarannya lebih banyak hiburan daripada berita. Kadang sulit konsentrasi jika sambil mikir (menulis/membaca) ada suara obrolan yang terdengar.
Di tengah persaingan pasar yang semakin gencar, saya yakin para pemilik stasiun radio ini pun akan melalui sebuah seleksi alam yang ketat. Dan yang kreatiflah pastinya yang akan menang.
Selamat Hari Radio Nasional, 11 September 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H