Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Revolusi Mental dalam Keluarga

28 Agustus 2015   21:00 Diperbarui: 28 Agustus 2015   21:00 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://www.rmoljakarta.com/images/berita/normal/842677_04133422062015_Keluarga2.jpg"]Menyebut revolusi mental bagi sebagian orang bisa menjadi  indikasi akan sebuah keberpihakan. Keberpihakan pada pihak pemerintah yang saat ini sementara memegang tampuk pimpinan di negeri ini. Karena ide revolusi mental ini sangat mudah diasosiasikan dengan sosok presiden Indonesia, Bapak Jokowi. Namun untuk sementara mari kita sejenak melepaskan segala hal yang berkenaan dengan nuansa-nuansa dan aroma perpolitikan. Karena revolusi mental yang akan kita bahas di sini adalah soal perubahan paling mendasar yang harus dilakukan dalam sebuah keluarga untuk menjadi besar.

            Secara definisi, revolusi mental adalah adalah perubahan paling mendasar yang harus dilakukan bangsa ini untuk menjadi besar. Tidak peduli Indonesia mau jadi negara hebat atau macan Asia, revolusi mental harus menjadi awalnya. Bagaimana dengan keluarga? Apakah tema yang sama cukup relevan untuk diterapkan? Mari kita bahas bersama.

            Sesuai dengan tema BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pada saat acara nangkring bersama Kompasiana  di Solo tanggal 20 Agustus 2015 lalu, dipilihlah sebuah tema yang mendukung gerakan Revolusi Mental ala Presiden Jokowi. Tema “Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga Menuju Bahagia Sejahtera” kiranya sangat tepat untuk semakin dibumikan pada semua level kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Karena negara akan sangat sulit menggapai cita-citanya jika tidak didukung oleh semua elemen masyarakat. Dan keluargalah elemen yang paling penting tersebut.

          

Keluarga adalah miniatur sebuah negara

            Jika Presiden adalah sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia, yang dalam melaksanakan tugas-tugasnya dibantu oleh wakil presiden dan para menteri, maka dalam keluarga yang menjadi presidennya adalah Ayah, wakil presidennya adalah Ibu, dan anak-anaknya berfungsi sebagai menteri-menteri.

            Dalam pengambilan sebuah keputusan, idealnya seorang presiden tentu akan meminta bantuan atau pendapat dari wakil presiden dan para menteri, sementara dalam sebuah keluarga Ayah pun akan melakukan hal yang sama jika hendak mengambil sebuah keputusan atau kebijakan. Anak-anak biasanya akan dimintai pendapat atau saran dalam sebuah pertemuan kecil keluarga.

            Keluarga, jika dikembalikan pada fungsinya akan mampu berperan aktif dalam membentuk dan mengubah karakter sebuah bangsa. Karena sebagai unit terkecil dalam sebuah masyarakat, keluarga tentu akan lebih mudah untuk diubah dan diarahkan sepanjang semua unsur di dalamnya berfungsi dengan baik. Jika semua individu yang dinahkodai Ayah yang dibantu oleh Ibu dapat menjaga dan mengatur  agar semuanya  berjalan pada relnya maka stabilitas keamanan keluarga tentu akan terjaga dengan baik.

            Sosok Ayah dan sosok Ibu dituntut untuk menjadi pribadi-pribadi yang hebat yang semestinya jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri untuk mengemban amanah menjadi orangtua. Karena dalam keluarga ada anak-anak yang tentu tidak dapat memaklumi segala kekurangan orangtuanya. Apalagi anak-anak pada usia golden age (0-5 tahun) yang ibarat spons akan menyerap semua yang terjadi di sekelilingnya tanpa mengenal filter. Olehnya itu Ayah dan Ibu seyogyanya harus dalam keadaan siap lahir batin sebelum memutuskan untuk berkeluarga dan mempunyai anak.

            Untuk itu penulis sangat setuju dengan gagasan BKKBN dalam usahanya menerbitkan modul untuk menjadi orangtua hebat dalam mendidik anak. Yang mana belum banyak pihak yang berpikir untuk menerapkan gagasan ini. Modul tersebut berisikan:

  1. Bersiap-siap menjadi orangtua.

Penulis sangat mengapresiasi poin pertama ini, dimana dalam kenyataan di tengah masyarakat, banyak pasangan yang menjadi orangtua karena terpaksa atau dalam kondisi tidak siap. Menganggap menjadi orangtua adalah sebuah kejadian yang alami dan biasa saja, sehingga tidak memerlukan persiapan khusus.

  1. Memahami peran orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun