Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pil Pahit itu Bernama Kenaikan BBM

19 November 2014   04:38 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:27 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.resep.web.id/wp-content/uploads/2009/03/gelas.jpg

[caption id="" align="aligncenter" width="298" caption="http://www.resep.web.id/wp-content/uploads/2009/03/gelas.jpg"][/caption]

Sebagai seorang ibu rumah tangga, dampak kenaikan BBM pasti sangat terasa. Mulai harga-harga sembako yang berpacu naik, sampai pada biaya tetek bengek anak sekolah yang tentu tak mau ketinggalan. Semua orang sudah mafhum itu. Maka tak heran jika Makassar dalam beberapa hari ini terus bergolak melakukan aksi demonstrasi menolak kebijakan ini. Meski mengatas namakan kepentingan rakyat, tapi rakyat pun sebagian besar banyak yang mengomel dan marah-marah atas ulah mahasiswa-mahasiswa ini. Aksi menutup jalan, jelas menghambat aktivitas para pengguna jalan, membakar ban (polusi udara), bahkan saling serang antar kelompok tak dapat lagi dikatakan membela kepentingan rakyat.

Hingga malam ini, aksi unjuk rasa yang sejak pagi digelar secara serempak oleh beberapa perguruan tinggi yang ada di Makassar, belum juga reda. Bahkan dari beberapa status teman di Facebook, banyak yang terjebak macet bersama kendaraannya. Mau maju susah, mau mundur apa lagi. Sementara lemparan batu sudah berseliweran di atas kepala. Terpaksalah kendaraan diparkir di pinggir jalan, kemudian memilih untuk menyelamatkan diri. Anak-anak sekolah yang sementara menuju pulang ke rumah, tak bisa segera tiba meski jarak ia dengan rumah tinggal beberapa ratus meter saja jaraknya.

Menurutku, kebijakan menaikkan BBM ini sangat menyakitkan, menyedihkan, dan terkesan sangat tidak pro rakyat. Tak perlu penjelasan panjang lebar untuk menjelaskan ini. Yang langsung kelihatan adalah dampak yang ditimbulkannya. Benar-benar sangat menyengsarakan. Harga bahan pokok melambung siapa yang senang? Hanya spekulan dan para penimbun yang tak bertanggung jawab yang menikmati ini.

Tapi marilah kita merenung sejenak. Bahwa kebijakan menaikkan BBM ini ibarat menelan pil pahit. Obat ini rasanya sangat tidak enak tapi kita harus rela menelannya. Karena semua tahu bahwa untuk sembuh dari suatu penyakit, seseorang harus mau minum obat. Untuk mencapai sebuah kesenangan atau kebahagiaan, seseorang perlu memperjuangkannya bahkan kalau perlu sampai berdarah-darah. Naiknya BBM berarti naik pula beban biaya hidup, dan siapa pun itu akan dibuat tidak nyaman dengan kondisi ini. Berubah itu rasanya sakit. Meninggalkan comfort zone itu rasanya tidak nyaman. Inilah yang dinamakan ‘pengorbanan’. Berkorban sakit dan menderita untuk kenyamanan dan kebahagiaan jangka panjang.

Jokowi-JK memiliki visi yang berbeda dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya. Berani mengambil sikap dan kebijakan yang sangat tidak populer di mata rakyatnya. Namun jika kita menyadari tujuan besar di balik tindakannya ini, maka kelak kita akan sangat berterima kasih karena telah berhasil diselamatkan dari kehancuran dan keterpurukan panjang bangsa ini. Kehancuran karena utang yang menumpuk dari tahun ke tahun, yang pada titik tertentu diri kita pun mungkin saja akan ikut tergadai.

Selamat menikmati pil pahit.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun