Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mendidik Sebagai Sebuah Misi Kemanusiaan

1 Mei 2015   21:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:28 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Taman sebagai tempat yang menyenangkan

[caption id="" align="aligncenter" width="520" caption="Taman sebagai tempat yang menyenangkan"][/caption]

Jika Ki Hajar Dewantoro mengatakan sekolah itu sebagai sebuah taman, maka pertanyaannya sudahkah sekolah kita sekarang ini berfungsi sebagai sebuah taman? Dimana hakekat sebuah taman adalah, sangat nyaman untuk dikunjungi, membuat hati adem dan gembira, menjadikan tubuh lebih rileks karena taman tersebut dipenuhi dengan bunga-bunga indah yang berwarna warni, terhampar rumput yang hijau, bangku-bangku yang bersandar pada batang pohon yang rindang, burung-burung berkicau riang, dan semua hal-hal yang menyenangkan yang tersedia di sana.

Bukan sekadar nama dan tanpa tujuan, jika beliau menamai sekolah pertama yang didirikannya sebagai Perguruan Taman Siswa,  sebuah sekolah yang dikembangkan setelah mempelajari gagasan Maria Montessori dari Italia dan Rabindranath Tagore dari India. Dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur: ing ngarsa sung tulada (yang di depan memberi teladan), ing madya mangun karsa (yang di tengah membangun kemauan/inisiatif), tut wuri handayani (dari belakang mendukung).

Jika ditilik kembali dalam kehidupan berbangsa kita saat ini, maka semua unsur-unsur di atas sudah sangat jauh melenceng. Dimana keteladanan sebagai salah satu kekuatan dan modal penting sebuah lembaga dan pelaku pendidikan sudah tidak mudah lagi kita dapatkan. Yang terjadi justru para role model ini banyak menghancurkan tatanan sosial dan masyarakat yang bersangkutan. Tak perlu lagi kita bahas panjang lebar di sini, karena berita-berita seputar persoalan ini dapat kita dapatkan hampir setiap hari menghiasi media cetak dan media online. Sehingga terkadang muncul juga perasaan jenuh untuk membicarakan hal yang sama dan berulang ini dari hari ke hari.

Benarlah yang dikatakan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan bahwa mengembangkan kualitas manusia Indonesia harus dikerjakan sebagai sebuah gerakan bersama, bukan sekadar sebagai sebuah program. Karena ia adalah gerakan maka ia menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat. Meskipun secara konstitusional, mendidik adalah tanggung jawab negara namun secara moral mendidik adalah tanggung jawab setiap orang terdidik.

Mendidik dengan gembira

Mari kita menggeser pembahaman kita selama ini, yang masih menganggap mendidik adalah sebagai sebuah beban. Meski pada dasarnya memang di sini kita bekerja, mengajar, memberikan teladan, memotivasi, bahkan tak sedikit masalah berat yang lazim kita jumpai di lapangan. Pertama, kita bangun mindset baru bahwa mendidik anak-anak adalah berarti mengusung sebuah misi kemanusiaan. Artinya tugas tersebut sangatlah mulia dan agung. Tak semua orang sanggup menjalaninya. Maka jika kita terpilih sebagai salah satunya, bersyukurlah. Berarti Tuhan percaya sehingga mau memberikan amanah tersebut kepada kita. Kedua, karena menyadari tugas yang mulia tersebut, maka tentu kita akan gembira bukan justru menjadi susah dan merasa terbebani. Sepemahaman saya, sesuatu akan menjadi terasa sebagai beban jika kita tidak memahami hakekat tugas tersebut. Juga tidak mempersiapkan diri dengan perangkat-perangkat ilmu yang memadai.

Saya menuliskan ini bukan untuk menggurui siapa pun, melainkan ingin berbagi semangat dalam melakoni profesi kita sebagai pendidik. Baik pendidik di lembaga formal seperti sekolah-sekolah, non formal seperti tempat-tempat kursus, TPA,  maupun di lembaga informal lainnya seperti keluarga dan masyarakat tempat kita beraktivitas sehari-hari. Tentu sebagai timbal baliknya, kita pun mengharapkan pemerintah dapat membaca situsasi ini dan bersikap proaktif mengakomodasi segala upaya yang berkaitan dengan proses peningkatan pendidikan ini.

Semoga dengan kegembiraan yang kita tularkan kepada anak didik kita baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat setidaknya dapat memberi pegaruh perubahan yang mengarah pada perbaikan kondisi mental dan fisik anak-anak kita. Meski tak mampu mengubah secara keseluruhan, namun sedikit aksi yang kita lakukan akan berdampak sangat besar pada perbaikan karakter generasi kita saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun