[caption id="" align="alignnone" width="620" caption="http://ftif.its.ac.id/ind/wp-content/uploads/2013/11/achievement-icon.jpg"][/caption]
Pujian, penghargaan, atau apresiasi dalam bentuk apa pun sangat berdampak besar pada diri seseorang. Fakta ini tak terbantahkan mengacu pada sifat dasar dan kecenderungan alamiah manusia. Dale Carnegie, Les Giblin, Napoleon Hills adalah sebagian dari penulis dan motivator dunia klasik yang telah menulis banyak buku tentang persoalan ini. Dan ia tetap akan menarik dan dibutuhkan sepanjang zaman.
Manusia dengan segenap kecerdasannya akan memanfaatkan pengetahuan ini untuk meraih hal-hal yang ia butuhkan dalam hidupnya. Meski terkadang ada pula yang memanfaatkannya untuk meraih kepentingan-kepentingan yang sifatnya sesaat. Sebagaimana pujian yang dilimpahkan kepada seseorang dengan mengharap umpan balik yang menguntungkannya saat itu. Trik ini banyak digunakan dalam dunia penjualan. Jika seorang penjual ingin barangnya laku, ia akan dengan mudah membanjiri si calon pelanggan dengan kata-kata rayuan dan puja-puji setinggi langit. Jika ia digunakan secara proporsional, tak akan kelihatan ada udang di balik batu, namun jika si pemuji menggunakannya secara berlebihan, maka biasanya ia akan terbaca juga oleh si calon pelanggan. Akan tetapi biarpun faktanya seperti itu, namun ia tetap akan membuat hati yang dipuji akan berbunga-bunga. Sedemikian powerfulnya sebuah pujian.
Hubungan pujian dengan keberhasilan seseorang
Jika kita banyak membaca literatur-literatur yang mengungkap dahsyatnya cara kerja pikiran, maka dengan mudah kita akan memahami hubungan ini. Tak perlu terlalu teoretis, mari kita sejenak bereksperimen, atau mengingat-ingat kembali kejadian-kejadian yang pernah membuat kita merasa senang. Misalnya, ketika seorang anak dipuji oleh orangtua atau gurunya, maka selanjutnya biasanya prestasinya akan semakin meningkat. Si anak akan semakin giat belajar atau semakin rajin bekerja. Atau contoh seorang suami yang memuji masakan isterinya. Biasanya selanjutnya si isteri akan semakin rajin memasak, bahkan mungkin akan banyak mencoba resep-resep baru sebagai wujud rasa senangnya akan pujian tersebut.
Sangat langka terjadi, ketika seseorang  menerima pujian, lantas ia justru semakin melempem. Ini bisa terjadi jika pujian yang diberikan sangat berlebihan sehingga terkesan tidak sesuai lagi dengan fakta yang ada. Adapun teknik memuji akan saya bahas nanti pada kesempatan yang berbeda. Intinya, berikanlah pujian karena hal itu sama dengan memberi makan ego seseorang. Ketika ego diberi makanan sebagaimana yang ia butuhkan, maka ia akan senang dan tenang.
Sebenarnya orang yang memuji orang lain itu sebenarnya motivasinya egois. Kenapa? Karena ia butuh sesuatu dari orang tersebut. Misalnya seorang atasan yang memuji bawahannya, dengan harapan kinerja si karyawan akan meningkat. Seorang orangtua yang memuji anaknya, pasti sangat berharap si anak akan semakin rajin dan giat. Suami yang memuji masakan isteri pun seperti itu. Ia berharap masakan si isteri akan tetap enak, dan isteri pun akan semakin rajin memasak. Di balik motivasi jenis ini, ada juga yang sangat tulus tanpa tendensi apa-apa.  Hanya si pemuji yang tahu…
Hadiah admin Kompasiana yang berharga
Menulis di Kompasiana berbeda dengan menulis di media cetak. Penghargaannya bukan dengan materi melainkan dengan nilai. Namun pesan dari nilai yang dihadiahkan admin sangat berharga dan penting untuk meraih prestasi-prestasi selanjutnya. Mulai dari penilaian highlight terlebih penghargaan headline. Bahkan sebenarnya dengan hanya menayangkan tulisan kita di sini, harga diri dan kepercayaan diri  si penulis sudah mulai bisa dipupuk. Pikiran bawah sadar akan menangkap moment-moment kecil ini, mengumpulkannya, dan kemudian mulai membuktikannya bahwa memang benar si penulis telah berhasil menulis dengan baik.
Selanjutnya jika keberhasilan-keberhasilan kecil ini bisa disyukuri oleh si penulis, tentu akan menghasilkan sebuah kegembiraan. Seperti pengalaman pribadi saya, jika tulisan saya berhasil muncul di area highlight saja, saya sudah senang dan bersyukur, bahwa ternyata ia dilirik oleh admin. Rasa senang dan bahagia yang muncul tersebut kemudian akan mengkristal lagi melahirkan prestasi-prestasis berikutnya. Dari yang semula hanya dihadiahi highlight ternyata tak berapa lama kemudian berhasil menjadi headline.
Inilah cara kerja pikiran bawah sadar.   Kekekuatan tarik-menarik  dalam pikiran telah berhasil memunculkan rasa senang yang permanen. Karena pikiran bawah sadar bekerja dengan sangat halus dan lembut, sehingga sekecil apa pun sebuah emosi, ia akan merekam dan menyimpannya. Jika kita bisa memanfaatkan kekuatan ini tentu kita akan lebih memilih menyimpan emosi yang menyenangkan, ketimbang memelihara emosi yang menyedihkan. Karena emosi senang dan bahagia akan melahirkan banyak prestasi, sementara emosi yang menyedihkan akan lebih banyak merugikan dan menghambat prestasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H