Akhir-akhir ini saya jarang sekali menghadiri seminar-seminar apa pun temanya. Di samping waktu yang sangat terbatas, saya juga sudah kurang tertarik alias tak bersemangat lagi menghadiri acara-acara seperti ini. Mungkin sudah jenuh akibat pada masa-masa sebelumnya banyak sekali menghadiri kegiatan-kegiatan sejenis. Jangankan seminar yang bertema kesehatan, yang bertema pendidikan dan motivasi saja saya sudah kurang tertarik menghadirinya. Padahal dulu sangat rajin mengoleksi seminar demi seminar. Sekarang justru lebih tertarik membaca buku daripada menghadiri seminarnya.
Tapi hari ini agak berbeda, saya bersedia hadir pada sebuah seminar kesehatan yang mengangkat tema “Struktur Darah dan Pola Hidup. Mengapa Kita Harus Melakukan Detoksifikasi pada Darah?” Mungkin karena yang mengajak adalah memang seorang herbalis, terapis kesehatan, sekaligus teman dekat. Jadi kami (saya dan suami) relatif lebih percaya dan yakin dengan informasi yang ia sampaikan. Maklum selama ini saya sering skeptis pada apa pun yang berbau seminar kesehatan. Karena ujung-ujungnya biasanya penjualan produk.
Kali ini saya menilainya sedikit berbeda, karena yang akan berbicara adalah seorang dokter sekaligus herbalis dan onkolog (ahli penyakit kanker), yang telah aktif meneliti kanker sejak tahun 1999 hingga 2004, dan sudah menangani pasien kanker dengan kondisi 80% stadium akhir. Wah, kalau ini saya mau hadir, karena bertepatan saya juga ingin mengecek kondisi kesehatan saya yang sudah sekian tahun mengidap asma meski masih dalam skala ringan. Selain itu juga, kami saat ini jauh lebih yakin pada pengobatan herbal daripada pengobatan medis. Wah, kloplah sudah. Maka saya dan suami pun berangkatlah menghadiri acara tersebut.
Pembicara, dr. Deny Setiawan, DVM membuka acara seminar dengan pertanyaan “Mengapa kita harus semangat?” Wow, ternyata ada hubungan antara semangat dan kondisi darah. Ternyata dengan bersemangat, seseorang akan lebih mudah terhindar dari berbagai penyakit. Lalu kenapa beliau tertarik meneliti kanker dan peduli dengan herbal? Mengalirlah ceritanya.
Karena pada tahun 1998, ayahnya divonis kanker liver yang berakhir pada kematian 6 bulan kemudian. Saat itu sebagai dokter ia sangat terpukul dengan musibah ini. Dan sempat menyayangkan dunia kedokteran yang pada banyak kasus tidak berhasil menaklukkan penyakit yang mematikan ini. Olehnya itu, beberapa tahun kemudian ketika sang ibu pun divonis kanker paru-paru dan hanya bisa bertahan beberapa bulan lagi, ia tak mau kejadian yang sama terulang kembali. Sebagai bentuk keyakinannya bahwa nyawa ada di tangan Tuhan, ia memilih untuk merawat sendiri sang ibu di rumah dengan perawatan intensiv 24 jam dibantu oleh beberap perawat yang bergantian menjaganya.
Akhirnya setelah mencoba mengganti semua obat-obatan kimia yang selama ini diberikan dengan pengobatan herbal, sambil terus melakukan penelitian dan uji coba terhadap penyakit sang ibu, maka dengan ijin Allah, beliau yang telah divonis oleh dokter hanya memiliki sisa umur tinggal beberapa bulan saja, pada kenyataannya berhasil bertahan hidup selama 3 tahun lebih, bahkan beliau masih dapat menikmat perjalanannya berkeliling Indonesia pasca sembuhnya dari penyakit.
Sebagai seorang dokter, beliau banyak mengetahui seluk-beluk kondisi seorang pasien kanker, berapa biaya yang harus ia keluarkan untuk berjuang sembuh dari penyakit tersebut. Tanpa peduli dananya akan ia dapatkan dari mana. Kesembuhan seorang pasien adalah segalanya. Persoalan biaya urutan yang kesekian. Meski harus menjual banyak aset untuk itu. Uang habis, pasien belum tentu sembuh. Maka berangkat dari keprihatinan ini, sang dokter pun mulai meneliti dunia herbal dan berhasil mengkreasi sebuah produk alami yang telah berhasil menolong banyak pasien untuk sembuh dan beraktivitas normal kembali. Demikian pula telah banyak membantu pencegahan penyakit, khususnya degeneratif dengan fokus pada perbaikan struktur darah si pasien.
Maka, benarlah apa yang dikatakan oleh Bapak Kedokteran, Hippocrates; Blood is life. Darah adalah kehidupan. Jika ingin hidup sehat, salah satu kuncinya sehatkan kondisi darah kita. Saya bukan seorang dokter, dan tidak berlatar belakang medis. Akan tetapi sangat tertarik dengan metode pengobatan dan penyembuhan yang sifatnya alamiah. Beberapa seminar dan buku-buku hipnoterapi sempat saya pelajari, begitupun dengan metode penyembuhan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).
[caption id="" align="alignnone" width="300" caption="http://www.teruskan.com/wp-content/uploads/2013/12/5-Cara-Sederhana-Turunkan-Tekanan-Darah.jpg"][/caption]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI