[caption id="" align="aligncenter" width="492" caption="http://1.bp.blogspot.com/-V88nVUsVvfo/VFdfIeSmJMI/AAAAAAAAAUI/DGEk4MyJFXo/s1600/Screenshot_1.jpg"][/caption]
Tertarik dengan artikel mas Gunawan pagi tadi soal Tsu yang kemungkinan bakal menyaingi Facebook, saya lalu mecoba untuk mendaftar dengan cara membuat akun di sana. Berhubung dalam artikel tersebut sudah dilengkapi dengan link yang siap untuk diklik. Maka semakin mudahlah proses pendaftarannya. Termasuk saya yang langsung tertarik untuk mendaftar saat itu juga.
Jujur ini adalah kali pertama saya mendengar tentang medsos baru ini. Apalagi dalam artikel tersebut dikatakan bahwa peminatnya dalam waktu singkat mampu mencapai ribuan anggota. Hari ini saya mulai mencoba menjelajah di sana, mempelajari seluk-beluknya, dan ikut bergabung dalam komunitas facebooknya yang bernama KTI (Komunitas Tsu Indonesia). Akhirnya belajar dari postingan-postingan dan penjelasan member-member terdahulu, pelan-pelan saya sudah lebih bisa memahami sedikit mengenai Tsu ini.
Tsu adalah media sosial baru yang membayar aktivitas penggunanya. Untuk penggunaan dan pendaftaran Tsu sama saja dengan media sosial lainnya, yakni gratis. Yang membedakannya dengan Twitter, Facebook, Instagram, dan lainnya adalah keuntungan perusahaan dari iklan yang tampil menjadi milik perusahaan, sementara pada media sosial Tsu, keuntungan yang didapatkan tersebut justru dibagikan lagi kepada pengguna mereka sampai senilai 90%.
Bahwa di sana setiap pemilik akun berpeluang untuk mendapatkan uang memang benar adanya. Penjelasan tersebut saya yakinkan lagi dengan mencari informasi yang lebih banyak  dari beberapa sumber di internet. Mulai bagaimana cara mendaftar, aturan main, sampai strategi-strategi yang sebaiknya digunakan jika memang benar-benar ingin memaksimalkan hasil di sana. Mengapa perlu pengetahuan dan strategi, karena jika tidak hati-hati dalam memposting sesuatu yang melanggar ketentuan Tsu, maka si pemilik akun akan dikirimi email mesra atau akunnya akan ditutup.
Kesimpulan yang bisa saya tarik hari ini adalah:
Pertama bahwa meskipun Tsu memproklamirkan diri sebagai partner bagi hasil yang baik, di mana setiap membernya dapat melakukan aktivitas dalam rangka menarik teman-teman luar untuk bergabung, akan tetapi jangan sampai si empunya akun melupakan aturan-aturan main yang telah ditetapkan oleh pihak Tsu. Karena jika tidak, maka akan mengakibatkan kerugian.
Kedua, bagi saya facebook tetaplah sebuah dunia maya yang menarik dan dinamis. Dimana justru karena di sana tidak ada unsur duitnya, maka setiap interaksi yang terjadi lebih cenderung alami. Begitupun dengan pertemanan. Di facebook friendlist kita adalah rata-rata orang yang kita kenal (beberapa yang tidak), sementara di Tsu, nyaris berisi daftar orang-orang yang tak ada hubungan pertemanan sama sekali dengan kita (hanya beberapa yang dikenal).
Sampai-sampai saya sempat bercanda dengan anak-anak, kalau di facebook teman-teman kita asli, interaksinya asli, komentarnya pun asli. Kalau di Tsu, semua serba pura-pura. Pura-pura suka (like), pura-pura bermanfaat (lalu dishare), dan pura-pura berteman dan follow (untuk mendapatkan income). Tak ada yang salah dengan ini. Karena saya pun sekarang sudah menjadi bagian dari Tsu. Saya ingin membuktikan sendiri janji dari pemilik sosmed baru ini.
Mungkin apa yang saya gambarkan di atas belum mewakili gambaran para pengguna Tsu yang lain. Karena tulisan ini murni opini saya pribadi yang baru sehari mengenal Tsu. Jadi jika ada yang kurang tepat, silakan ditambahkan atau dikoreksi. Saya justru dengan senang hati menerimanya. Karena saat ini saya masih sementara terus berproses dan berusaha untuk belajar agar bisa mengenalnya lebih dekat lagi.
Salam damai....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H