Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Acara Tepat Waktu, Oh...Sulitnya

28 Desember 2014   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:21 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1419707537891031157

[caption id="attachment_386644" align="aligncenter" width="519" caption="Ilustrasi (bisnishack.com)"][/caption]

Pagi tadi saya diundang menjadi salah satu pembicara talk show oleh sebuah organisasi kemasyarakatan wilayah Sulsel. Info acara dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 27 Desember 2014, pukul 09.00-selesai. Maka saya pun sudah siap keluar rumah jam 8 pagi. Mengingat harus menggunakan angkutan umum untuk bisa tiba di lokasi. Alhamdulillah saya berhasil tiba pada jam 9 lewat. Wah, sempat ada rasa bersalah meskipun hanya lewat lima menit dari jadwal yang sudah disepakati.

Saya segera bergegas masuk ke area halaman gedung dengan tergopoh-gopoh. Celingak-celinguk, baru separuh ruangan yang terisi, padahal sudah jam 9 lewat 10 menit. Panitia pun masih wara-wiri ngurus sana-sini. LCD dan layar untuk presentasi materi saya lihat juga belum siap. Waduh....saya mulai membatin, ini mulainya jam berapa kalau begini?

Sebenarnya kebiasaan atau tradisi molor itu sudah sangat mewabah. Dimana-mana jamak terjadi. Baik instansi pemerintah maupun instansi swasta. Baik acara formal maupun yang semi formal. Yang diundang pun biasanya tahu kalau di atas kertas tertulis waktu tertentu, misalnya jam 9 pagi. Maka, mereka akan datang jam 10 pagi. Panitia acara pun seperti itu. Kalau acara sebenarnya dimulai jam 10 pagi, maka mereka akan tulis jam 9 pagi di kertas undangan. Katanya sengaja ditulis jam 9 sebagai antisipasi kalau undangan datang terlambat.

Selalu seperti itu siklusnya. Nampaknya ada aturan dan kesepakatan yang tak tertulis antara penyelenggara acara dengan para undangan atau bahkan pembicara. Sehingga ketika ada segelintir orang yang benar-benar tepat waktu, maka jadilah ia korban dari acara yang molor. Tinggal kuat-kuatan saja. Budaya molor atau budaya on time yang akan dominan.

Mereka yang berbeda

Di tengah budaya tak tepat waktu ini, ada juga sebagian kecil yang dengan berani melakukan hal yang berbeda. Berbeda dalam arti, mereka justeru melakukan hal yang benar. Penyelenggara acara yang berkomitmen untuk selalu memulai acara tepat waktu, banyak atau sedikit yang hadir. Mereka berprinsip apa pun yang terjadi, the show must go on.

Waktu itu sekitar tahuan 2006, saya menjadi salah seorang Book Advisor sebuah penerbitan buku berskala nasional. Kami menyelenggarakan sebuah seminar seputar bagaimana menarik minat baca anak. Yang tentu saja berhubungan dengan produk buku yang kami tawarkan. Sebagai pembuka acara kami mengundang bapak walikota Makassar saat itu, bapak Ilham Arief Sirajuddin. Saat diinformasikan oleh panitia bahwa acara akan dimulai tepat jam 8 pagi, beliau sempat melontarkan candaan keraguan, “Apa iya ada acara dimulai sepagi itu?”

Alhasil pada hari H nya beliau benar-benar hadir sebelum jam 8 pagi. Pada saat itu undangan dan peserta sudah sebagian hadir dalam ruangan. Sehingga acara berhasil terselenggara dengan sukses, tepat waktu, dan setiap orang merasa puas.

Acara kedua yang benar-benar tepat waktu, adalah saat organisasi tempat saya berkecimpung selama ini, suatu kali mengadakan seminar yang berskala nasional. Panitia melakukan persiapa selama kurang lebih sebulan, dengan harapan hasil yang dicapai akan optimal. Acara akan dimulai tepat jam 8 pagi, dan panitia sudah berada di lokasi jam 6 pagi. Ada pun pihak-pihak yang turut mensponsori kegiatan ini dengan cara memamerkan barang produksi/dagangannya, kami minta sudah berada di lokasi tepat jam 7 pagi. Dan benarlah, sesuai dengan rencana, segenap pendukung acara, termasuk peserta bahkan ada yang sudah hadir satu jam sebelum acara dimulai. Padahal lokasi tempat seminar dilaksanakan tergolong kurang strategis, karena harus masuk jauh dari jalan raya. Tapi karena penyelenggara acara itu sendiri sudah siap terlebih dahulu, maka yang lain pun (meski dengan terseok-seok) pada akhirnya bisa mengikuti.

Kesimpulan dari cerita di atas adalah, bahwa mari kita terus membudayakan kebiasaan-kebiasaan positif meskipun lingkungan sekitar kurang mendukung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun