Life begins at Forty. Misteri apa yang tersembunyi di balik usia ini? Yang jelas saat saya terbangun pada hari saya berusia “gemilang” ini, rasanya campur aduk. Antara tidak percaya, was-was, berdebar-debar, dan sejumlah perasaan lain. Sembari menulis topik ini, saya mulai meraba-raba, mencari tahu siapa sajakah di antara teman-teman sekolah, teman sepermainan, atau teman komunitas yang sudah berada pada periode usia ini? Apa saja keistimewaan zona usia ini dibandingkan dengan zona usia yang lainnya?
Menurut para ahli, usia 40 adalah usia di mana manusia telah mencapai puncak kematangan hidup baik dari segi fisik, emosional, maupun spiritual. Usia di mana mereka mulai banyak melahirkan karya-karya yang bermanfaat dan fenomenal dalam cataan sejarah hidupnya.
Meskipun tidak sedikit yang terjadi justru sebaliknya. Semakin bertambah usia, semakin menjadi-jadi pula kelakuannya. Hal ini bisa terjadi karena mereka tidak mampu menata kehidupannya sesuai dengan periode-periode yang semestinya, sehingga akhirnya melenceng keluar dari garis rata-rata kehidupan manusia.
Elizabeth B. Hurlock, salah seorang pakar di bidang psikologi perkembangan, membagi tahapan usia ini ke dalam tiga periode. Pertama, ‘masa dewasa awal’ atau ‘early adulthood’ yang terbentang sejak usia kematangan secara hukum hingga kira-kira usia awal 40 tahun. Periode berikutnya adalah ‘middle age’ yang umumnya dimulai pada usia 40 dan berakhir pada usia 60 tahun. Dan terakhir, ‘masa tua’ atau ‘old age’ yang dimulai sejak berakhirnya masa setengah baya hingga seseorang meninggal dunia.
Yang menarik adalah seseorang yang telah masuk pada usia 40, ternyata memiliki kehidupan yang lebih agamis, lebih spiritual, dan tentu saja akan lebih bijaksana. Itulah kenapa para nabi banyak diutus setelah masuk pada usia 40 tahun. Termasuk juga beberapa tokoh besar dalam sejarah, seperti Soekarno yang menjadi presiden pada usia 44 tahun, Soeharto menjadi presiden pada usia 46 tahun, J.F. Kennedy pada usia 44 tahun, Bill Clinton pada usia 46 tahun, Paul Keating pada usia 47 tahun, dan Ahmadinejad pada usia 49 tahun.
Lalu bagaimana kemudian kita menyikapi usia ini ketika ia datang menghampiri? Menurut Ahmad Syarifuddin dalam bukunya “Menyambut Umur 40 Tahun”, di antaranya adalah:
1.Meneguhkan tujuan hidup
2.Meningkatkan daya spiritualisme
3.Menjadikan uban sebagai peringatan
4.Memperbanyak bersyukur
5.Menjaga makan dan tidur
6.Menjaga konsistensi dan kontinuitas
Jika seseorang mampu melalui setiap periode kehidupannya dengan penataan yang baik, maka besar kemungkinan keberhasilan duniawi dan ukhrawi akan ia dapatkan. Namun jika tidak, selama hayat masih di kandung badan, peluang berubah masih sangat terbuka lebar.
Akhirnya, tak ada yang dapat mengetahui ataupun menjamin seseorang akan tiba pada usia tertentu dalam hidupnya. Manusia hanya mampu berusaha melakukan yang terbaik, menjalani pilihan-pilihannya. Pada fase mana pun tak ada kata terlalu cepat atau sudah terlambat. Setiap periode terlalu berharga untuk sekadar dilewatkan begitu saja. Dan berkarya adalah salah satu ciri kehidupan yang bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H