Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ibu Rumah Tangga, Profesi atau Bukan?

16 September 2014   20:13 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:31 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DICARI: Orang dewasa yang berkepribadian matang, bisa bekerja 24 jam sehari, 7 hari seminggu, sabar, teguh, dan dapat memotivasi diri sendiri. Harus mengurusi orang-orang yang kadang-kadang sangat manja, sulit, dan rewel. Tugas termasuk berbelanja, mengatur keuangan, bersih-bersih rumah, memberi konseling, memasak, dan memberikan pertolongan pertama. Diprioritaskan yang memiliki kendaraan. Memiliki komitmen seumur hidup dan tidak perlu pendidikan formal. Tidak ada pelatihan. Tidak ada kompensasi uang, tetapi tunjangan tambahan besar. (dari buku: Ketika Anak Sulit Diatur)

Ketika menemukan pengumuman seperti ini, apakah ada orang yang tertarik? Mungkin sebagian besar tidak. Sayangnya inilah fakta yang sementara kita hadapi saat ini. Seorang ibu yang sudah memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga, akan berhadapan dengan sebuah dunia kerja yang seperti ini. Bebannya akan berkurang jika mereka memutuskan untuk tidak ingin punya anak. Namun ini jarang terjadi.

Banyak yang ‘underestimated’ terhadap pekerjaan ibu rumah tangga. Menganggap diri rendah, perempuan tak bekerja, dan sederet stigma yang kurang mendukung tentang peran seorang ibu. Hal ini sering terlihat ketika seseorang mengisi formulir dan pada kolom pekerjaan, ia akan melewatinya begitu saja, tanpa mengisinya sama sekali. Atau kalaupun diisi, ia lebih memilih untuk menulis profesi yang lain, yang saat itu sementara dikerjakan. Misalnya: marketing, wiraswasta, guru, dll.. Sepanjang masih ada pilihan lain selain ibu rumah tangga, mereka akan memilih itu. Atau pada kebanyakan percakapan, biasanya seorang ibu rumah tangga ketika ditanya, “Pekerjaannya apa?” ia akan menjawab hanya ibu rumah tangga.

Padahal seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan (profesi) seumur hidup dan tanpa gaji sama sekali. Kecuali kepuasan tersendiri manakala anak-anak telah berhasil menjadi seperti apa yang diharapkan oleh orang tua, mencapai sukses, dan bahagia dalam hidupnya. Mungkin imbalan inilah yang tak dapat dinilai dengan materi. Sayangnya, meski ia adalah sebuah profesi, namun tidak banyak persiapan yang orang-orang lakukan dalam memasuki dunia kerja ini. Mereka pada umumnya hanya mengandalkan insting, pengalaman, atau pelajaran-pelajaran (nasihat) tak tertulis dari orang tua mereka sebelumnya.

[caption id="" align="aligncenter" width="333" caption="Sumber: channel.pandora.tv"]

[/caption]

Sekolah orangtua

Begitu seringnya saya menulis tentang masalah ini, sampai-sampai orang-orang mungkin bosan membacanya. Saya sangat terobsesi dengan terbentuknya sebuah sekolah yang menyediakan kurikulum lengkap tentang bagaimana menjadi orang tua. Karena betapa banyak kita temukan kasus-kasus masalah anak dan keluarga yang berawal dari ketidakmampuan orang tua menghadapi persoalan-persoalan sehari-hari anak-anak mereka. Orang tua ini merindukan sebuah panduan yang jelas, bagaimana cara mengendalikan semua perilaku anak yang seringkali membuat stres dan kewalahan.

Makanya tak heran jika seminar-seminar ataupun pelatihan-pelatihan keayahbundaan tak pernah sepi dari peminat. Ini menjadi salah satu bukti kuat bahwa pelatihan atau sekolah menjadi orang tua sangat dibutuhkan. Bersyukurnya, mereka yang rajin membaca, rajin mengikuti pelatihan/seminar jadi memiliki kemampuan yang lebih daripada mereka yang tidak sama sekali.

Untuk menghasilkan anak-anak dengan kualitas yang baik, tentu harus melalui usaha yang serius dan sungguh-sungguh. Tidak hanya mengandalkan perasaan, pengalaman, ataupun trial and error. Karena setiap anak dilahirkan unik. Makanya meski sering terjadi seorang anak yang memiliki kesamaan wajah dan sifat dengan salah satu dari kedua orang tuanya, tetap ia memiliki keunikan tersendiri. Sehingga dalam menangani setiap anak pun diperlukan keahlian atau skill yang akan membuat mereka mampu melalui fase-fase perkembangan dan fase-fase transisi dalam hidupnya.

Pada akhirnya menjadi ibu adalah sunnatullah atau hukum alam. Namun menjadi ibu yang profesional adalah pilihan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun