Mohon tunggu...
Mauliah Mulkin
Mauliah Mulkin Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

"Buku adalah sahabat, guru, dan mentor". Ibu rumah tangga dengan empat anak, mengelola toko buku, konsultan, penulis, dan praktisi parenting. Saat ini bermukim di Makassar. Email: uli.mulkin@gmail.com Facebook: https://www.facebook.com/mauliah.mulkin

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Wajah Kantor Lurah Era Jokowi

10 Desember 2014   19:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:36 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selesai mengajar anak-anak di TPA masjid dekat rumah, saya langsung bergegas menuju kantor lurah untuk mengurus surat keterangan domisili buat keponakan yang tinggal bersama kami. Alangkah terkejutnya saya ketika melangkahkan kaki memasuki area halaman kantor. Pohon-pohon kecil yang nampak baru berumur beberapa bulan tumbuh di kanan kiri jalan masuk, halaman yang tak terlalu luas sekarang sudah ditata mirip taman-taman yang biasa saya lihat dalam gambar-gambar rumah minimalis.

Saya mencoba mundur beberapa langkah, ingin memastikan kalau saya tidak salah masuk kantor. Papan nama yang terpasang cantik di halaman depan bangunan  menepis keraguanku. Wajar kalau saya pangling, soalnya sejak urusan E-KTP tahun lalu, saya nyaris tidak pernah berurusan dengan kantor ini. Malas. Banyak kekhawatiran yang campur aduk di kepala. Termasuk perang batin jika harus memberikan “komisi” atas jasa pembuatan surat-surat tertentu yang notabene sudah jadi tugas mereka.

Kembali pandanganku menyapu sudut-sudut yang lainnya. Di pojok halaman ada dua tong sampah besar yang berwarna kuning dan oranye. Yang biru untuk tempat sampah basah dan yang oranye untuk tempat sampah kering. Wow…..luar biasa kantor ini. Saya tak menyangka jika perkembangannya sudah sejauh ini sejak terakhir saya melihatnya. Tak mau berlama-lama mematung di tempat itu, mengingat tujuan utama untuk meminta surat keterangan domisili, maka saya pun melanjutkan langkah menuju teras depan kantor. Lantainya putih bersih dan wangi, tak ada seekor lalat yang berani hinggap di sana. Padahal saat ini musim hujan, wajar kalau serangga yang satu ini bisa dengan mudah  ditemukan di mana-mana.

Dengan kondisi lantai yang kinclong seperti ini tentu tidak etislah kalau saya tetap memakai alas kaki masuk ke dalam. Mana lumpur dan becek lagi di luar. Bisa-bisa lantai yang sudah bersih ini jadi bernoda gara-gara sandal yang saya pakai. Untuk sementara alas kaki saya relakan dulu di luar, meski beberapa orang pegawai yang sedang bertugas di dalam tetap menggunakan sandal atau sepatu. Tak apalah mungkin mereka menggunakan sandal atau sepatu yang berbeda dengan yang ia pakai di luar tadi.

Masih di pintu, ada seorang petugas yang mirip satpam bank tersenyum dan mengangguk sambil menanyakan apa ada yang bisa ia bantu? Oh, eh….saya tergagap. Kaget dengan sambutan ini. Oh iya, saya mau mengurus surat keterangan domisili, bagaimana caranya ya? Bapak itu mempersilakan saya menunggu sebentar di kursi yang telah disediakan. Saya lihat ia masuk ke dalam sebentar, mungkin untuk mengecek apakah bagian pembuatan surat tersebut sedang lowong. Tak lama kemudian, ia kembali sambil mempersilakan saya ke meja yang ia tunjuk.

Seorang ibu sekitar umur 35-an mempersilakan saya duduk di kursi yang ada di hadapannya sambil tersenyum ramah. “Ibu memerlukan surat ini untuk apa?” sambil tangannya bergerak lincah mengeluarkan selembar kertas kosong untuk memprint data yang akan dibuat. “Oh, ponakan saya belum punya BPJS Bu, sementara KTP nya masih memakai alamat yang lama di Banjar. Sekarang ini dia tinggal di sini sudah hampir setahun.” Saya sedikit menjelaskan tujuan dibuatnya surat tersebut.

Sambil mengetik data yang sudah saya berikan, ia mengangguk tersenyum. Saya  menunggu proses pembuatannya dengan meraih koran lokal yang ada di atas meja, sambil menikmati iringan musik instrumental yang lamat-lamat terdengar dari langit-langit kantor. Rasanya saya masih ingin berlama-lama duduk di sana, tapi suara lembut ibu petugas kelurahan menyadarkanku. Ternyata suratnya sudah selesai dibuat hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Pelayanan yang benar-benar express dan sangat memuaskan. Bayar? Tidak lagi……cukup dengan senyum dan terima kasih.

*Imajinasi dari saya yang kecewa dengan pelayanan buruk selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun