Pernikahan dini merupakan budaya menikahkan anak usia di bawah 19 tahun yang masih marak di Indonesia. Data menunjukkan sebanyak 375 remaja menikah di usia dini setiap harinya. Kondisi serupa juga ditemukan di Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim). Pada saat ini Kabupaten Jember menduduki peringkat pertama dengan jumlah perkawinan usia anak (PUA) tertinggi di Jatim. Peringkat ini berdasar data Pengadilan Tinggi Agama per Agustus 2023 yang mencapai angka 903 dispensasi kawin (diska).
Pernikahan dini dianggap membahayakan karena alat-alat reproduksi yang masih pada tahap perkembangan, psikologis yang belum matang, dan berpotensi menumbuhkan perilaku seksual menyimpang. Hal yang sama juga dialami oleh SMPN 2 Silo Jember. Kepala Sekolah SMPN 2 Silo Jember, Supriyanto, SPd, menyatakan bahwa banyak dari siswanya yang berhenti sekolah karena menikah dini.
Urgensi tersebut menumbuhkan bentuk kepedulian Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Psikologi (FPsi) Universitas Airlangga (UNAIR) yang diketuai oleh Herdina Indrajati, MPsi Psikolog, melalui kegiatan pengabdian masyarakat (pengmas). Pengmas tersebut bertajuk "Intervensi Pencegahan Pernikahan Dini pada Pelajar SMP di Kecamatan Silo Kabupaten Jember Berbasis Kearifan Lokal "BHUPPA-BHABHU-GHURU-RATO".
Kegiatan ini berlandaskan asas "BHUPPA-BHABHU-GHURU-RATO" yang berasal dari Madura. Masyarakat Silo sendiri tidak asing dengan asas ini disebabkan oleh letak demografis desa yang dekat dengan daerah Madura. Hal ini menyebabkan warga Silo mengilhami asas kepatuhan yang pertama kepada orang tua, lalu pemimpin agama, dan pemerintah. Nilai kultural ini melandasi kegiatan yang diikuti oleh 30 peserta siswa dan 22 peserta Guru SMPN 2 Silo. Kegiatan dilaksanakan di SMPN 2 Silo pada hari sabtu dan minggu (9-10/8/2024)
Kegiatan Siswa terdiri dari dua hari. Pada hari pertama siswa belajar tentang tentang "Memahami Kompleksitas Menikah" yang membahas tentang berbagai hal yang perlu disiapkan sebelum menikah dan pentingnya kesiapan dalamn menikah. Materi lalu dilanjutkan dengan materi kedua tentang "Menemukan Motivasi Berprestasi" yang disampaikan melalu berbagai macam metode mulai dari ceramah, Focus group discussion, modelling, dan menulis mimpi dan menempelkannya.
Kedua materi tersebut disampaikan oleh Herdina Indrajati, MPsi Psikolog dan Maulia Gitawati Indiswari. Tim juga mengundang pembicara yakni, Faizah Amar, SPsi MPsi Psikolog selaku masyarakat setempat yang sukses mengejar mimpinya hingga mendapatkan gelar Psikolog. Faizah diundang untuk memberikan motivasi dan harapannya menjadi contoh untuk siswa berjuang menggapai pendidikan tinggi.
Pada hari kedua, siswa mendapatkan pelatihan konselor sebaya utamanya untuk mengatasi persoalan yang bersifat sensitif seperti kasus pernikahan dini. "Penting untuk siswa memiliki keterampilan konseling sebaya untuk membantu penyelesaian masalah-masalah siswa di sekolah. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai agen perubahan, membantu kinerja guru BK," jelas Herdina.
Pada hari kedua pula, para guru mendapatkan materi edukasi terkait "Metode Pembelajaran yang membangkitkan motivasi belajar siswa" yang disampaikan oleh Bapak Iwan Wahyu Widayat, MPsi Psikolog. Kegiatan lalu dilanjutkan dengan materi kedua tentang "Memahami Psikologi Remaja" oleh Ibu Herdina Indrajati, MPsi Psikolog. Dua materi ini harapannya dapat membantu guru di SMPN 2 Silo lebih memahami siswa dan dapat menjadi pembimbing yang mengarahkan siswa tidak menikah dini dan berprestasi.
Pada akhir, Ibu Herdina dan tim pengmas FPsi UNAIR berharap para siswa dan guru tidak hanya mendapat tambahan pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga bisa menjadi agen dan menyebarkan ilmu yang didapatkan kepada siswa-siswa dan guru-guru lainnya sehingga akan muncul banyak agen-agen baru yang dapat membantu proses penyelesaian masalah pernikahan dini atau masalah lainnya dalam kehidupan sehari-hari.