Di kota yang sebelumnya tenang, teknologi mulai menguasai dan merajalela. Layar-layar cerdas bernama smartphon menjadi mata dan jendela ke dunia yang tak terbatas, mengubah cara penduduk kota berinteraksi, bekerja, dan bahkan bermimpi. Namun, di balik kilauan teknologi, tersembunyi juga tantangan besar yang menguji disiplin dan tanggung jawab setiap individu.
Kisah ini dimulai dari, sesosok gadis muda berusia 20 tahun, bernama Mia.
Di sudut kecil kota tersebut, tinggallah Mia, seorang gadis muda yang terpesona juga terlena oleh manisnya ketenaran di dunia digital. Setiap hari, ia terjebak dalam aliran tak berujung dari notifikasi, update, dan cerita yang menarik di media sosial. Fenomena FOMO (Fear of Missing Out) telah menjadi bagian dari  dalam dirinya, memaksa Mia untuk terus-menerus memeriksa telepon genggamnya agar tidak ketinggalan sesuatu yang seolah-olah 'penting'.
Suatu hari, Mia mendapat undangan untuk acara penting di kota tetangga. Namun, dia merasa terbelenggu oleh pekerjaan rumah dan tugas kuliah yang menumpuk. Sementara itu, media sosialnya dipenuhi dengan foto-foto ceria teman-temannya yang sedang bersenang-senang di acara tersebut. Dilema pun melanda Mia: haruskah dia mengabaikan tanggung jawabnya demi merasakan momen-momen seperti itu?
Dengan hati yang berat, Mia memutuskan untuk fokus pada tanggung jawabnya. Dia menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan teliti dan tepat waktu, meskipun godaan untuk 'cek-cek' di media sosial terus mengganggunya. Di balik layar ponselnya, Mia merasa rindu akan kebebasan dan kegembiraan yang dirasakan teman-temannya di acara tersebut.
Namun, ketika tugas-tugasnya selesai dan Mia dapat menghirup udara segar, dia menyadari bahwa tanggung jawabnya membawa kepuasan yang lebih dalam daripada sekadar mengikuti arus FOMO. Dia belajar bahwa dengan disiplin dan tanggung jawab, dia dapat mengendalikan dirinya sendiri di tengah arus teknologi yang terus menerus menggoda.
Dari pengalaman itu, Mia pun memutuskan untuk mengubah cara dia berinteraksi dengan teknologi. Dia belajar untuk menggunakan media sosial dengan bijak, mengatur waktu 'offline' untuk dirinya sendiri, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidupnya. Dengan itu, Mia menemukan keseimbangan yang baru antara kehidupan digital dan kehidupan nyata, membuktikan bahwa disiplin dan tanggung jawab adalah kunci untuk tetap berpegang pada nilai-nilai yang penting di era digitalisasi modern.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H