Rumah keduaku, tempat singgahku. Sebuah Gedung yang terdiri dari 4 lantai, Mahad Al-Madany Putri. Terukir warna hijau muda di dinding polos Gedung Al-Ghazali. Dari Tengah lapangan, terlihat jelas Gedung tinggi itu, yang penuh dengan jendela-jendala kamar. Membuatnya terlihat semakin gagah.
Dari depan pintu utama terdapat kursi-kursi taman. Membuat tempat ternyaman untuk melihat senja. Kala hari mulai menggelap, lampu-lampu mulai menerangi  rumah keduaku. Hampir disetiap waktu, akan selalu ada yang menghuni sofa-sofa di lobi rumahku. Membuat semakin hangat suasana area tamu.
Dari puluhan kamar yang dihuni, hanya satu yang benar-benar menjadi tempat ternyamanku. Yaitu, Kamar yang bertuliskan "Faza 8". Itulah kamar kebanggaanku. Hampir setiap hari, akan selalu ada yang berkunjung. Namun, apapun alasan mereka, akan selalu kami persilahkan untuk masuk. Saat seseorang masuk, akan langsung terlihat seluruh barang yang ada di kamar itu. Mulai dari Kasur Tingkat, 6 loker lemari besi, serta kamar mandi disebelah timur. Kamar yang dihuni 4 orang itu, akan selalu kujaga dengan sepenuh hati. Rasanya benar-benar seperti Rumah Keduaku. Kamar itu dipenuhi dengan suka duka tak terlupakan.
Rumah keduaku benar-benar menjadi tempat peristirahatanku saat lelah. Penghuni disana selalu ramah dan membuatku terlupa akan kesulitan yang sedang kujalani. Walaupun sangat melelahkan naik turun tangga, tetapi itu tidak akan merubah. Bahwa, Al-Madany putri akan tetap menjadi Rumah Ternyaman Keduaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H