Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngapain Ikut Pemilu IA ITB? Ga Ada Manfaatnya!

22 Januari 2016   17:11 Diperbarui: 14 Februari 2016   19:01 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Saya golput pemilu ini karena saya kagak merasakan pengaruh IA-ITB buat hidup saya. Sorry ya! Jujur saya mah!” Itu kata-kata yang terlontar dari seorang teman, menanggapi Pemilu IA ITB yang sedang ramai jadi pembicaraan sekarang.

Teman saya tampaknya tidak sendiri. Saya pun merasakan hal yang sama. Sejak lulus dari ITB tahun 2001 lalu, sudah empat kali IA ITB ganti ketua, dan saya tidak merasakan dampak apapun dari IA ITB. Saya bahkan seringkali lupa kalau IA itu ada. Tapi ini semua mungkin karena sayanya sendiri saja yang tidak proaktif, dan selama 11 tahun di Eropa saya lebih banyak menceburkan diri di kegiatan kebudayaan, yang mungkin tidak beririsan langsung dengan kegiatan IA ITB.

Karenanya saya kadang suka heran melihat kegaduhan di dunia maya, bahkan ada yang sampai hujat-menghujat antara pendukung calon ketua IA. Bahasa yang digunakan sudah tidak santun lagi, saling cela satu sama lain. Saya bilang ke sahabat saya, Adi Panuntun (Athun), yang kebetulan satu mobil saat itu, “Kok bisa ya? Apa sebegitu pentingnya kah Pemilu IA ITB ini bagi kehidupan mereka sampai harus gontok-gontokan segala?” Jawab Athun, “Teuing aing ge! Teu ngarti!”

Sejujurnya baru beberapa minggu ke belakang, saya baru “ngeuh” ada Pemilu IA ITB. Itu pun karena tidak sengaja diundang oleh seorang sahabat untuk menghadiri bincang sore Ganesha Entrepreneur Club (GEC). Pembicaranya saat itu adalah Pontas Tambunan. Saya sangat terkesan dengan presentasi beliau sore itu. Benar-benar menginspirasi. Dan di akhir presentasi beliau menyampaikan bahwa beliau akan maju sebagai kandidat IA ITB.

Bagi saya, syarat utama ketua IA ITB adalah “punya waktu”. Mau sehebat apapun orangnya, sehebat apapun programnya, kalau dia tidak punya waktu, maka hasilnya “nol besar”. Kalau kita lihat para ketua IA ITB beberapa periode ke belakang, mereka semua orang-orang hebat dengan program yang sangat hebat, tapi ketika mereka tidak punya waktu, segalanya menjadi hampa. Oleh karenanya ketersediaan waktu merupakan syarat wajib bagi seorang ketua IA ITB.

Dari keempat kandidat yang ada sekarang hanya Bang Pontas dan Mas Hiram yang saya lihat punya ketersediaan waktu yang mumpuni. Semua tentu kenal Bang Riza Falepi, walikota Payakumbuh (Sumatera Barat), dengan segala prestasinya. Sebagai alumni ITB, kita tentu ikut berbangga. Sama halnya ketika Kang Emil memimpin Bandung. Kita juga ikut bangga memiliki alumni yang sarat prestasi dan memberikan impak yang siginifikan bagi kemajuan sebuah  kota. Bang Riza adalah alumni yang hebat, tapi saya sangsi beliau bisa punya waktu untuk mengurusi IA ITB.

Saya pernah beberapa kali bertemu Kang Emil di rumah dinasnya di Pendopo, dan semuanya malam hari, kadang jam 8, jam 9, bahkan hingga jam 10 malam. Pernah ketika saya pamit jam 10 malam, masih banyak tamu mengantri untuk bertemu dengannya. Saya berpikir dalam hati, Kang Emil kapan tidurnya, kalau sampai jam 10 malam pun masih terus menerim tamu. Namun itulah dedikasi seorang walikota. Harus siap melayani rakyatnya, bahkan jika harus sampe mengorbankan banyak waktu tidurnya.

Kang Emil, seandainya beliau maju mencalonkan menjadi ketua IA ITB, kemungkinan untuk menangnya sangatlah besar. Beliau adalah tokoh yang sedang naik daun di Indonesia. Namun tampaknya Kang Emil sadar, bahwa ia tidak akan punya waktu untuk itu. Secara personal dan kepemimpinan, saya yakin Kang Emil mampu membawa kejayaan kepada IA ITB, tapi ia tidak punya waktu. Sesimpel itu!

Bang Riza Falepi dan Bang Ridwan Djamaluddin, keduanya adalah alumni yang hebat, yang sarat prestasi. Bang Ridwan Djamaluddin juga tidak kalah hebatnya dari Bang Riza. Sebagai deputi di Menko bidang Maritim dan Sumber Daya, mungkin beliau tinggal satu langkah lagi menuju posisi menteri. Namun kembali ke masalah waktu. Keduanya masih mengemban tugas di pemerintahan, jadi saya sangsi keduanya bisa punya keleluasaan waktu untuk mengurus organisasi sebesar IA ITB yang memerlukan waktu dan totalitas.

Lain halnya dengan Bang Pontas dan Mas Hiram. Keduanya adalah bos di perusahaannya masing-masing. Fleksibilitas waktunya sangat tinggi. Keduanya bisa all-out menggarap IA ITB dengan maksimal. Hal lain yang menjadi credit point adalah keduanya tidak terafiliasi kepada partai politik tertentu. Bukan berarti jika seseorang adalah kader parpol tertentu maka ia menjadi tidak layak. Tapi ini hanya preferensi pribadi saya, yang sangat subjektif. Respek saya terhadap parpol sudah sedemikian rendah. Terutama melihat tingkah laku sebagian anggota DPR. Puncaknya kemarin ketika kisruh “papa minta saham” di sidang MKD. Saya menjadi apatis terhadap partai politik. Ini juga alasan lainnya mengapa saya tidak memilih Bang Riza, karena beliau berafiliasi ke salah satu parpol, dalam hal ini PKS. Beliau adalah salah satu kader terbaik PKS. Saya sudah terlanjur antipati terhadap semua partai politik di negeri ini. Kembali, ini hanya preferensi pribadi yang sangat subyektif.

Saat ini saya dan tiga alumni ITB lainnya, Adi Panuntun (DKV ’99), Mochamad Achir (MA ’98) dan Sony Sasono (GM ’98) sedang mencoba menggarap film drama layar lebar berjudul  “40 Days in Europe” yand diangkat dari kisah nyata, tentang perjuangan sebuah grup angklung sekolah yang menghadapi “Mission Impossible” ketika mendarat di Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun