Judul : Tamasya Kota Pernia
Penulis : Toni Lesmana
Penerbit : BASABASI, 2018
Cetakan : Pertama
Tebal : 140 halaman
Cerpen-cerpen dalam buku ini secara tema dapat dibagi dalam dua kelompok: pertama, kegelisahan dan keterasingan manusia alam modern dan, yang kedua, kegelisahan manusia-manusia alam tradisi. Namun, secara umum, seluruh cerpen yang dituliskan dalam kurun waktu sejak tahun 2009 sampai 2016 ini adalah bentuk pengembaraan imajinasi saya, sekalipun beberapa di antaranya mengambil tokoh dari dongeng yang pernah saya dengar di masa kecil. Pengembaraan ke wilayah gila, menurut salah seorang teman.
Mirip sebuah tamasya yang menyenangkan. Novel ini menceritakan tentang seorang anak kecil yang dalam Kota Pernia dengan ayahnya. Anak kecil ini sangat bahagia karena ia merasa di Kota Pernia banyak sekali hal-hal yang tak terduga seperti rumah-rumah bergoyang, begitu pula dengan pohonnya ikut bergoyang dan segalanya bergoyang di dalam dunia tamasya.
Bukan hanya bergoyang, melainkan isi yang ada di kota ini ikut menari semuanya. Seperti capung, kupu-kupu, burung dan warna-warni. Lalu si anak ini bertanya kepada ayahnya, “sejak kapan ayah datang kesini?”. Lalu ayahnya menjawab,”sejak seusiamu”. Tetapi herannya ibu nya tidak pernah diajak ke dalam Kota Pernia itu menjadi pertanyaan bagi anaknya, namun sang ayah hanya menjawa “pokoknya jangan”.
Di cerpen Tamasya Kota Pernia ini seakan-akan kita terbawa oleh imajinasi sang penulis. Bisa dibilang juga ikut merasakan dunia fantasi itu seperti apa dan bagaimana kita bisa berimajinasi sesuai yang kita inginkan. Terdapat diksi di dalam cerpen ini dan kata yang biasa kita dengar yaitu kocak. Tetapi sang Ayah tidak mengetahui arti dari “kocak”sang anak hanya bilang bahwa kocak itu mirip seperti ayahnya yang memiliki sifat yang humoris.
Lalu sang Ayah membawa anak kecil pulang, karena sang Ayah tidak ingin anaknya masuk terperosok ke dalam lorong-lorong yang tersembunyi di banyak tempat di Kota Pernia. Lorong itu kata sang Ayah membawa ke gua-gua paling kelam (gelap) dan tempat-tempat itu di rahasiakan oleh sang Ayah agar anaknya tidak mengetahui. Selama perjalanan pulang, si anak ini terus berceloteh (ngomong tidak jelas). Si anak ini berada diatas Pundak Ayahnya, ia merengek-rengek (meminta sesuatu sambil menangis) agar anaknya bisa diajak lagi ke Kota Pernia dengan Ayahnya. Kota Pernia bisa dijuluki kota goyang yang segalanya hidup. Sampai nya kembali di kamar si anak mengacak-acak rambut Ayahnya seperti mencari pintu rahasia yang masih belom ditemukan. Lalu siang harinya, sang Ayah ini ganti asyik dengan teman-temannya hingga sore hari
Cerpen-cerpen dalam buku ini secara tema dapat dibagi dalam dua kelompok: pertama, kegelisahan dan keterasingan manusia alam modern dan, yang kedua, kegelisahan manusia-manusia pada alam tradisi. Namun, secara umum, seluruh cerpen yang dituliskan dalam kurun waktu sejak tahun 2009 sampai 2016 ini adalah bentuk pengembaraan imajinasi Mas Toni Lesmana, sekalipun beberapa di antaranya mengambil tokoh dari dongeng yang pernah Mas Toni dengar di masa kecil. Pengembaraan ke wilayah gila, menurut salah seorang temannya. Mirip sebuah tamasya yang menyenangkan.