Mohon tunggu...
Ridwan Maulana
Ridwan Maulana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Fakultas ISOSHUM / Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yogyakarta Miskin Angkutan Umum?

12 September 2013   09:34 Diperbarui: 4 April 2017   16:27 2265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yogyakarta adalah kota wisata sejuta pesona, pesona jogja tidak hanya terlepas dari candi prambanan, malioboro, kraton, maupun gunung merapi, tetepi Jogja juga menarik para pelajar dari berbagai daerah untuk dapat menempuh pendidikan dikota yang kerap disebut kota pelajar ini. Namun keindahan tempat tempat di Jogja tidak didukung oleh akomodasi menuju berbagai tempat tersebut, sulitnya menemukan kendaraan umum kota selain taksi membuat para pelajar, pekerja, dan wisatawan harus menunggu lama untuk bisa menemukan kendaraan umum ke tempat tujuan mereka masing masing, terutama angkutan yang menghubungkan antara desa dengan kota. Apalagi Yogyakarta sebagai kota wisata harusnya memberikan kemudahan bagi wisatawan dan warganya untuk bepergian ke berbagai tempat.

Yogyakarta memang merupakan salah satu kota yang tidak mengenal istilah angkutan kota (angkot) tetapi dengan aktivitas warganya yang beragam mulai dari pelajar hingga warga yang berusia renta kendaraan umum sejenis angkot sangatlah dibutuhkan dan karena tarif angkot cukup terjangkau bagi masyarakat golongan menengah kebawah.

Kebanyakan warga Jogja kini beralih ke kendaraan pribadi dan mulai meninggalkan kendaraan umum, yang akhirnya membuat pendapatan para supir angkutan umum menurun sehingga jumlah angkutan umum dikurangi, hal ini lah yang menyebabkan waktu tunggu menjadi lebih lama. Entah apa karena kendaraan umum yang sedari dulu memang sedikit sehingga warga lebih memilih berkendara dengan motor, atau karena masyarakat yang memilih meninggalkan kendaraan umum dengan alasan efisiensi waktu? Jika kalian di waktu belakangan ini pernah menelusuri jalan Jogja kalian bisa lihat jarangnya kendaraan umum seperti angkot yang melintas, apalagi pejalan kaki di trotoar trotoar Jogja, kecuali kendaraan pribadi yang parkir di bahu jalan.

Kini jalan Jogja didominasi oleh motor, dan kendaraan pribadi lain yang mengakibatkan beberapa ruas jalan Jogja mengalami kemacetan terutama di jam jam berangkat dan pulang kerja. Tapi kini Jogja memiliki ikon baru sekaligus penuai masalah transportasi kota yakni Trans Jogja.

Trans jojga, merupakan sarana angkutan umum kota Yogyakarta, yang beroperasi sejak maret 2008, sama seperti sang kakak Trans Jakarta (2005) dimana tujuannya adalah mengurai kemacetan dan menarik masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum, tiket Trans Jogja sangat terjangkau bagi kantong warga Jogja, yakni Rp 3000 untuk sekali perjalanan dan untuk pelajar diberikan biaya khusus yakni Rp 2000, Trans Jogja bisa menjadi pilihan warga untuk bepergian. Trans Jogja hadir sebagai kendaraan massal yang cepat, aman dan nyaman, tapi apakah kini trans jogja memenuhi 3 kriteria tersebut?

Hadirnya Trans Jogja seharusnya menjadi kesenangan tersendiri bagi warga yogyakarta kerena sarana angkutan umum murah nan nyaman kini mempermudah aktivitas mereka ke segala tempat. Tapi masyarakat Jogja belum merasakan apa yang disebut transportasi masal yang cepat, aman, dan nyaman. Trans Jogja dengan segala macam permaslahanya seperti armada yang kurang, jadwal kedatangan yang tidak pasti, dan waktu tunggu penumpang yang lama malah membuat masyarakat Jogja berfikir ulang untuk menaiki kendaraan massal tersebut, masalah kemacetan dan kesulitan warga Jogja untuk menemukan angutan umum yang baik belum terselesaikan.

Masyarakat hingga kini masih enggan untuk beralih ke kendaraan umum, karena alasan waktu yang dibutuhkan jika berkendara dengan kendaraan umum sangatlah lama, waktu mereka di perjalanan bisa dua kali lipat dibanding berkendara dengan kendaraan pribadi. Belajar dari pendahulunya yakni Trans Jakarta kini Trans Jakarta telah banyak menarik warga Jakarta untuk beralih ke kendaraan umum, Trans Jakarta memberikan lahan untuk parkir di sekitar shelter bus dan menyarankan warganya untuk meneruskan perjalanan dengan Trans Jakarta, dan Trans Jakarta memberikan layanan berupa bus APTB (angkutan perbatasan terintegrasi busway) yang menghubungkan daerah daerah perbatasan jakarta seperti tangerang, bekasi, depok, bogor ke berbagai shelter tujuan yang ada di lingkup jakarta. Trans Jojga bisa menerapkan sistem ini kedepanya agar calon penumpang yang berasal dari desa bisa sampai ke terminal Trans Jogja yang ada di kota, sebelum itu Trans Jogja terlebih dahulu harus menambah jumlah armadanya.

Dengan usia yang masih dini Trans Jogja diharapkan untuk terus berbenah menjadi transportasi massal yang dapat memberikan pelayanan yang baik bagi para penumpangnya, dan diharapkan kota Yogyakarta memlikiki angutan kota (angkot) yang menghubungkan antara desa dengan kota sehingga kegiatan sosial,ekonomiwarganya dapat berjalan dengan maksimal. Dengan transportasi massal yang baik nantinya Yogyakarta akan lebih dikenal tidak hanya sebagai kota dengan sejuta pesona dan budaya melainkan kota yang dengankemudahan akses transportasi yang baik, dan memadai bagi masyarakatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun