Mohon tunggu...
Maulana lbs
Maulana lbs Mohon Tunggu... Operator - Bagian Bordir Komputer

Bekerja Sambil Menggali Ilmu. Suka Menulis Puisi sebagai Ungkapan Perasaan. Berprinsip Mandiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berawal dari Belahan Daun

19 Maret 2024   08:49 Diperbarui: 19 Maret 2024   08:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuterbangkan belahan daun, Terguyur angin nan-anggun,

Sejenak adalah wujud hidup, Cepat atau lambat akan hanyut.


Hanyutan ini...

Hanyutan ini bukanlah kehilangan raga. Namun, impian-impian tak kunjung jelas.

Aku, sempat meyalahkan angin. Layaknya harta yang selalu melayang.

Hamparan-hamparan daun terbawa angin yang tak jelas tujuan. Seperti, harta-harta yang tak terarah pergi.


Setelahnya...

Setelahnya, Aku salahkan takdir. Takdir, tak bersua sesuatu hadir.

Sempat menuduh dan tuntut keadilan. Namun, ia juga ter-imbas.

Tak kutemukan jawaban, Tuduh-menuduh tak ter-elakkan.


Sekian lamanya...

Sekian lamanya berfikir kritis, jawaban tak kunjung hadir.

Tapi, ada bisikan hati yang menggetarkan jiwa. Ia punya jalur untuk dilewati.

Raga ini diarahkan hati menuju tempat ibadah. Setelah tiba, ketenangan ditemukan indah.

Aku curhat dengan Tuhanku. Namun, walaupun tak ada jawaban hati begitu bahagia.

Seolah-olah berbisik, tenang saja hambaku. Tuhanmu akan selalu menjagamu......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun