Miskin Menyamar Pisau...
Aku, duduk diantara hening keramaian
kudekap jariku menuju wajah perlahan
tertatih tatih, mata melihat orang tua berjalan
perjalanannya, demi, mencari secuat isi perut sejengkalan.
Kutampar, wajahku sendiri karenanya
terisak tangis, kulit melihat pejalan tua
lelahnya seperti teriris-iris kaca,
airmata berderai, tanpa sebuah kata.
Kemiskinan, wujud pisau membunuh nyata,
tak kenal usia untuk menusuknya,
Aku, berdiri disini menyalahkan pisau
sementara, pisau itu tak berwujud baku
banyak orang mati karena kesalahan pisau
sebab, melukai membabi rancu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!