Di tengah gempuran modernisasi dan keragaman budaya, Indonesia tak luput dari kenyataan bahwa masih terdapat kelompok masyarakat yang terpinggirkan akses pendidikannya, termasuk dalam hal pendidikan agama. Salah satu contohnya adalah Muslim Tuli, komunitas dengan jumlah mencapai 2 juta hingga 4,5 juta jiwa di Indonesia.Â
Bagi Muslim Tuli, mempelajari Al-Qur'an menjadi sebuah penantian panjang. Keterbatasan pendengaran dan bicara membuat mereka kesulitan mengikuti pengajaran konvensional yang berfokus pada suara dan ceramah. Hal ini memicu ketimpangan akses pendidikan Al-Qur'an, di mana mayoritas Muslim Tuli tertinggal dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara utuh.
Saya ingat sekali pada Desember 2021, beberapa orang Muslim Tuli di Yogyakarta hadir ke PPPA Daarul Qur'an untuk meminjam tempat dan meminta dukungan untuk kelas mengaji Al-Qur'an dan pengajian tematik bulanan. Nyatanya, kawan-kawan Muslim Tuli di Yogyakarta seringkali mencari-cari tempat untuk ngaji Al-Qur'an dan pengajian.Â
Kisah urgen misalnya, mayoritas Muslim Tuli yang hadir di kelas-kelas pengajian bulanan di PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta masih belum memahami bacaan-bacaan sholat. Ini hal sangat mendasar. Ada lagi, salah satu santri Muslim Tuli yang hadir pada akhirnya menanyakan dua kaligrafi bertuliskan Allah dan Nabi Muhammad di dinding-dinding masjid itu apakah "suami dan istri". Â
Hadirnya Pak Andi dan kawan-kawan Muslim Tuli ke PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta pada akhir 2021 ke PPPA Daarul Qur'an Yogyakarta mengingatkan kisah Abdullaah bin Ummi Maktum yang menjadi asbabun nuzul Surat Abasa ayat 1-10. "Irsyidni ya Rasulullaah...". "Bimbing aku, ajari aku ya Rasulullaah" pinta Abdullaah bin Ummi Maktum.Â
Nabi Muhammad SAW. memalingkan wajahnya karena sedang berkumpul bersama tokoh-tokoh Quraisy. Teguran Allah itu jelas untuk kita memprioritaskan memberi manfaat pendidikan Islam kepada orang-orang yang membutuhkan atau memintanya, terlebih lagi ke kelompok disabilitas yang minim akses pada kelas-kelas pembelajaran.
Masuk pada tahun ketiga program untuk Muslim Tuli, pada 31 Maret 2024 lalu Kelas Tuli Mengaji menjadi program nasional pada Milad ke 17 tahun PPPA Daarul Qur'an. Kami berharap, Tuli Mengaji Indonesia menjadi gerakan yang membuka akses pendidikan Islam kepada Muslim Tuli di seluruh Indonesia melalui jaringan program Daarul Qur'an. Gerakan Tuli Mengaji Indonesia berfokus pada membuka akses pembelajaran dengan mencetak pengajar Al-Qur'an Isyarat. Tahap awal program Tuli Mengaji adalah menghadirkan 1.700 akses pengajar Al-Qur'an Isyarat baru di 17 provinsi, harapannya pembelajaran Al-Qur'an dan agama Islam akan sangat terbuka, inklusif, dan efektif untuk Muslim Tuli.
Kehadiran program Tuli Mengaji dirancang menjadi solusi urgen untuk menjembatani hati dan pikiran kita semua dengan Al-Qur'an. Program ini tak hanya membuka gerbang ilmu agama, tetapi juga memupuk pengembangan motivasi diri dan inklusivitas di tengah komunitas Muslim Tuli.
Lantas, kenapa PPPA Daarul Qur'an menjadikan Tuli Mengaji Indonesia menjadi program dan gerkakan nasional? Ada beberapa nilai sekaligus spirit yang diusung Tuli Mengaji Indonesia. Pertama, akses dan keadilan. Kami berharap setiap Muslim, termasuk Muslim Tuli, berhak mendapatkan akses pendidikan agama yang berkualitas, termasuk pendidikan Al-Qur'an, secara adil dan bridging the gap (menjembatani kesenjangan).Â
Program khusus ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan dan memastikan keadilan dalam menuntut ilmu agama bagi Muslim Tuli. Kedua, pengembangan diri dan generasi. Pendidikan Al-Qur'an membekali Muslim Tuli dengan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, ditambah lagi generasi muda Muslim Tuli membutuhkan fondasi keimanan yang kokoh untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.Â
Ketiga, kekayaan budaya dan spiritualitas sehingga Tuli Mengaji ini membuka ruang bagi lahirnya khazanah budaya Islam yang inklusif dan memperkaya khazanah Islam secara keseluruhan. Secara spiritual, pendidikan Al-Qur'an memberikan ketenangan mental, memperkuat spiritualitas, dan menumbuhkan rasa cinta pada agama bagi Muslim Tuli.
Keempat, nilai dan spirit Tuli Mengaji Indonesia adalah nilai komunitas dan partisipasi yang lebih luas Muslim Tuli di tengah masyarakat Indonesia. Kelima adalah membangun peluang dan inspirasi. Pendidikan Al-Qur'an di dalam gerakan Tuli Mengaji dapat membuka peluang baru bagi Muslim Tuli untuk berkarya dan berdakwah dalam komunitas mereka serta kegigihan dan semangat Muslim Tuli dalam mempelajari Al-Qur'an dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Terakhir, kami berharap gerakan Tuli Mengaji Indonesia dapat menjadi ejawantah cita-cita bangsa yang berlandaskan nilai-nilai agama yang luhur dan tanda bahwa ukhuwah Islamiyah sangat kuat dan saling mendukung dan kolaboratif.
Tuli Mengaji Indonesia adalah tafsir sekaligus sikap PPPA Daarul Qur'an menerima hadirnya santri-santri Muslim Disabilitas di tengah-tengah syiar Tahfizhul Qur'an. Kami ikhtiarkan dengan ikhtiar terbaik, semampu semaksimalnya, agar Allah tetap ridho tetap cinta. Bismillaah semoga kita terhindar dari tidak sukanya Allah dan Rasulullah karena "berpalingnya wajah" kita dari sesama yang membutuhkan. Aamiin.
Salam,
Yogyakarta, 4 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H