Proses perubahan tata kota Jogja mulai terlihat di sudut-sudut kota. Perbaikan infrastruktur mulai dikejar untuk mendapatkan Jogja yang lebih tertata dan indah. Seperti kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta yang mulai mengalami perombakan jalan. Mulai kamis 3 September lalu jalan di sekitar kawasan Nol Kilometer mulai di “hancurkan” dalam artian dirombaknya kawasan Nol Kilometer agar menjadi lebih indah. Yang semula kawasan Nol Kilometer hanya aspal biasa akan diganti dengan batu alam seperti halnya kawasan Tugu Yogyakarta. Proyek tersebut akan menghabiskan waktu yang cukup lama dan cukup menggangu keadaan lalu lintas di kawasan Nol Kilometer. Perombakan jalan tersebut ditargetkan selesai pada 18 Desember 2015.
Proyek perombakan jalan dikawasan titik nol kilometer ini terbagai dalam 2 tahap pengerjaan. Tahap pertama dimulai pada kamis 3 September 2015 lalu dengan mengerjakan bagian selatan titik nol kilometer. Mulai dari Jalan Pangurakan arah alun alun utara menuju malioboro ditutup dan sisi Jalan Senopati juga ditutup. Dari depan kantor pos hingga depan bank bni ditutup separuh jalan dengan seng setinggi kurang lebih dua meter. Pengerjaan tahap kedua direncanakan mulai tanggal 27 Oktober 2015 dengan menutup Jalan Margomulyo, sebagian Jalan Ahmad Yani dan sebagian Jalan Senopati.
Perombakan kawasan Nol Kilometer dimulai dengan membongkar pinggiran aspal disimpang Jalan Pangarukan dan Jalan Senopati dengan bantuan alat berat. Setelah pembongkaran jalan selesai akan ditanamkan beton beton sebagai pondasi. Untuk mengurangi dampak kemacetan yang terjadi kawasan titik nol kilometer, jalan ditutup secara bertahap agar masih tersisa jalur kendaraan bagi pengendara.
Dengan adanya proyek perombakan jalan dikawasan Titik Nol Kilometer ini tidak menyurutkan para wisatawan untuk menikmati pesona Titik Nol Kilometer seperti berfoto-foto, belanja pernak-pernik atau hanya sekedar berjalan jalan menikmati kawasan Nol kilometer. Bahkan Car free day yang diadakan setiap minggu pagi tetap berjalan seperti biasanya.
Pada minggu malam arus lalu lintas terlihat ramai lancar tidak terjadi penumpukan kendaraan lagi seperti pada siang hari tadi Dan malam itu kawasan Nol Kilometer dipenuhi wisatawan yang cukup padat, para wisatawan tersebut tidak terganggu dengan suara bising dari proyek perombakan jalan itu. Mereka tetap asyik berfoto foto atau berjalan-jalan menyusuri kawasan Nol Kilometer malam hari.
“Aku sih nggak begitu terganggu dengan proyek Titik Nol Kilometer, soalnya jarang lewat situ juga, main ke nol kilometer juga jarang. Mungkin yang paling terasa gangguannya para wisatawan, tukang becak, pedagang asongan di sepanjang Jalan Pangarukan yang mengalami penurunan pendapatan dikarenakan penutupan jalan tersebut, dan beberapa pelajar yang sekolahnya disekitaran situ, semoga bisa cepet cepet selesai biar ngga bikin macet lagi dan hasil perombakannya bisa maksimal karena sudah menghabiskan dana milyaran rupiah." Imbuh sarah mahasiswi hukum tingkat awal Universitas Islam Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H