Saya sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di dusun Bulurejo, Kepek, Gunung Kidul, Yogyakarta sebagai bagian dari kewajiban mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati, kebetulan jenis KKN yang saya ikuti ini adalah jenis KKN Kolaboratif antara UIN Bandung dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sebabnya saya jauh-jauh ke Jogja dari Jawa Barat untuk dapat belajar mengamalkan ilmu dan bermasyarakat.
Sebagai seorang sundais yang begitu kentara dengan gaya berperilaku dan bergaul ala sunda, di awal-awal saya sedikit kikuk dengan harus bagaimana terjun ke masyarakat Jawa dengan bahasa, adat istiadat dan tentunya prinsip kemasyarakatan yang beragam pula. Meskipun, pada akhirnya saya mengerti bahwa di bumi manusia ini, kita mempunyai kesamaan seragam, nilai-nilai universal dan keyakinan yang sama pada persoalan kemasyarakatan, salah satunya juga dicerminkan pada hobi yang sama, bola voli.
Kerap rindu yang tertanam begitu saja, menguap di mana saja. - Ihsan sang Bucines
Di kampung halaman saya, banyak pemuda hingga orang tua dan tak terkecuali anak kecil yang juga senang dengan bola voli bahkan pada jelang-jelang hari kemerdekaan selalu diadakan turnamen kecil-kecilan antar kampung atau antar RT yang kemudian saya maknai bahwa ini merupakan bentuk penyaluran hobi yang terfasilitasi secara baik, beberapa kawan saya yang mengikuti perlombaan acap kali kemudian turut memberikan prestasi ditingkat desa, kecamatan atau kabupaten, beberapanya sukses menorehkan tinta emas keberhasilan di sekolahnya sendiri-sendiri.
Tak terkecuali, ternyata masyarakat Kepek, Saptosari, Gunung Kidul mempunyai kebiasaan dan hobi yang serupa dengan masyarakat di kampungku, momen ini tentunya membuka sedikit ruang rindu yang ada dalam sanubari terhadap kampung halaman di Cianjur sana yang berjarak Sembilan jam perjalanan kereta api. Bedanya, jika di Cianjur sana kami memulai turnamen pada siang dan sore hari, di Kepek ini perlombaan dimulai setelah salat maghrib dan berakhir pada malam yang mendekati larut.
Anak-anak karang taruna telah terlebih dahulu melakukan persiapan sebelum bahkan sebelum kelompok kami tiba di sana, mereka sudah dengan secara professional mengatur event tersebut sedemikian rupa. Profesionalitas mereka bahkan menurut hemat saya telah melewati kemampuan kawan-kawan saya di beberapa organisasi baik intra atau ekstra kampus, orientasi mereka dalam menjalankan kegiatan ini jelas; mempererat tali silaturahmi antarwarga, sebagai media hiburan dan penyokong bakat-bakat anak kampung.
Bola Voli telah menjadi simbol kebersatuan masyarakat Kepek.
Beberapa adik-adik dari tingkat sekolah menengah pertama pernah berbincang dengan saya, ia mengatakan bahwa turnamen ini telah memberinya motivasi untuk dapat tampil di Liga Pro Indonesia sebagai pemain voli, sebagaimana yang selalu ia tonton di televisi. Beberapa pedagang menyebut, jika dengan adanya turnamen ini memberikan berkah tersendiri, tentunya dengan berkumpulnya masyarakat dalam suatu tempat, potensi "cuan" besar untuk dapat masuk ke kantong. Selain itu, pihak lainnya menyatakan dengan adanya turnamen tahunan bola voli ini membuat suasana kampung di malam hari semakin hangat.
Potensi anak bangsa di seluruh pelosok tanah air sangatlah besar, dengan jumlah penduduk dan wilayah yang sebesar ini seharusnya kita sudah tidak khawatir dengan prestasi-prestasi membanggakan di bidang olahraga di semua cabang. Sayangnya, memang belum merata fasilitas secara baik di seluruh pelosok tanah air, termasuk di Kepek, lapangan yang digunakan untuk turnamen bukanlah lapangan dengan kualitas tingkat nasional atau bahkan kabupaten, biasa saja, hanya berlantaikan tanah dan dibatasi oleh bambu yang diwarnai putih. Padahal, jika berbicara tentang potensi melahirkan pemain pro ditingkat internasional, kampung selalu berhasil melakukannya.
Lantas, kemudian apakah mahasiswa dapat melakukan revitalisasi lapangan agar ia tidak tampil secara sederhana melainkan lebih profer dan dapat mengurangi potensi cedera?. Tentunya, kami sebagai kelompok mahasiswa yang turun ke masyarakat di desa Kepek, tidaklah akan mampu mengingat beberapa hal dari mulai pembiayaan dan waktu pembuatan. Perlu ada keseriusan dari banyak pihak untuk mewujudkan revitalisasi yang dimaksud, dan tentunya bukan hanya dilakukan di Kepek, melainkan secara merata di seluruh tanah air.