Mohon tunggu...
Maulana Ibrahim
Maulana Ibrahim Mohon Tunggu... -

anak sekolahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Koruptor Itu Teroris dan Pantas Dipulangkan Ke Sang Pencipta

24 November 2013   23:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:43 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mungkin teman-teman pembaca sulit menerima jika koruptor disamakan dengan teroris .Karena memang kedua hal ini adalah dua konteks yang berbeda. Koruptor itu adalah pencuri, mengambil hak yang bukan miliknya. Sedangkan teroris adalah serangan yang memberikan perasaan teror terhadap masyarakat. Namun dalam hal ini kita tidak mencoba untuk membandingkan pengertiannya. Tapi kepada akibatnya yang koruptor dan teroris lakukan itu sama-sama merugikan ,menakutkan dan menghancurkan bangsa dan Negara.

Kalau kedua hal ini dinterpretasikan lebih jauh bukan tidak memungkinkan kita menyepakati ini. Pertama adalah menyoroti pelakuknya . Koruptor dan teroris itu tidak pakai identitas pengenal tapi akibat yang ditimbulkannya akan langsung dikenal. Keduapekerjaannya,tidak terlihat prosesnya namun terlihat hasilnya. Ketigaadalah dampak yang ditimbulkannyasama-sama merugikan . Ini mengisyaratkan keduanya adalah satu, seperti koin yang punya dua sisi.

Memang teroris itu jika bertindak maka langsung terlihat akibatnya. Misalnya teroris menembak maka kemudian jatuh korban,berdampak kerugian jiwa atau hilang jiwa . Dan koruptor tidak langsung menghilangkan jiwa , namun jika telah akut maka memungkinkan kerugian jiwa juga , orang akan hilang haknya, kemiskinan merajalela , kelaparan sehingga kematian didepan mata. Seperti fitnah itu kan bukan membunuh orang, tapi karena fitnah orang bisa terbunuh.

Terhadap kedua hal ini, penguasa(dalam hal ini pemerintah) memberikan perlakuan yang jauh berbeda kepada pelakunya . Koruptor jika ketauan dan ditangkap bisa tersenyum sambil melambaikan tangan bak seperti pahlawan, sedang teroris adalah sampah yang harus cepat-cepat musnah . Padahal mereka sama. Sama-sama musuh kita bersama.

Pantas dipulangkan ke sang pencipta

Korupsisudah mendarah daging di bumi pertiwi. Bayangkan korupsi itu ada dari tingkat desa sampai kepala Negara . Semua lini penyelenggara Negara terjadi korupsi . Terakhir marak kasus Akil mantan ketua MK itu, dan baru –baru ini wakil presiden kita Budiono diperiksa KPK di kantornya. Entah Budiono itu bersalah atau tidak kita tunggu saja kelanjutannya.

Untuk yang terjerat korupsi , hukuman yang dijatuhkan tipikor terkesan ringan . Penuturan Emerson Kordinator Devisi Hukum ICW selama 3,5 tahun pengadilan tipikor berjalan, hukuman banyak dijatuhkan dibawah lima tahun penjara sedangkan sepuluh tahun untuk lima terdakwa. Rakyat Indonesia sepakat hukuman ini pasti tidak setimpal , dengan korupsi puluhan milyar kemudian dipenjara hanya beberapa tahun pasti tidak membuat jera koruptor.

Ini menjadi jawaban korupsi gagal ditangani . Karena hukuman yang diberikan selama ini tidak berefek banyak bagi koruptor ,maka kemudian adakah alternative lain . Bagaimana jika koruptor kelas berat itu dihilangkan saja dari Bumi ini. Salahkah ? Marahkah Tuhan? . Satu yang pasti, Tuhan tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. Ini yang menjadi landasannya . Sudah banyak contoh Tuhan sendiri memusnahkan kaum. Bahkan ketika penciptaan manusia pertama yaitu Adam, malaikat protes karena makhluk di Bumi sudah melakukan kerusakan. Tapi Tuhan menjawab, Tuhan lah yang lebih tau .

Kalau Agama bilang nyawa seseorang itu baru bisa dihilangkan jika ia terlebih dahulu menghilangan nyawa orang. Bukankah koruptor kelas kakap itu membuat Negara miskin , berakibat rakyat jadi miskin dan sengsara , hidup hanya menyambung nyawa. Artinya mereka hidup hanya karena masih ada nyawa, tidak bisa berbuat apa-apa. Bukankah ini seperti orang mati. Hidup tapi mati.

Karenanya pantas orang yang berbuat kerusakan berat itu pulangkan saja ke sang pencipta.

Waallahua'lam .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun