Jumat (10/05) saya menjadi saksi dari brutalnya pelaku kejahatan dengan modus pecah kaca mobil. Hingga berita ini saya paparkan belum juga ada perkembangan dari pihak kepolisian Polsek Bogor Tengah.
Cerita ini berawal dari firasat yang kuat semenjak sebulan lalu mobil Avanza hitam milik bapak saya parkir di sebuah Rumah Sakit Bogor. Saya beserta keluarga hendak menjenguk nenek yang sedang mengalami perawatan. Bermodalkan informasi dari televisi dan koran tiba-tiba terbesit mencurigai sebuah mobil yang terparkir sangat dekat dengan mobil kami. Tanpa pikir panjang, saya menyarankan kakak saya untuk parkir di tempat yang cukup terbuka dengan orang banyak. Kakak saya pun segera mengamankannya.
Namun naas, misteri pecah kaca mobil pun akhirnya menimpa juga mobil Avanza hitam milik bapak saya pada Jumat (10/05) pukul 19.10 di Jalan Burangrang dekat SDN Papandayan, Bogor. Kejadian ini baru saya ketahui saat tiba di rumah sekitar pukul 22.37 WIB. Ada beberapa keganjilan mengapa saya baru mengetahui kabar buruk tersebut sehingga saya tidak dikabarkan secepatnya.
Pukul 20.00 WIB saya sedang di perjalanan pulang menuju rumah di Kayumanis, Bogor menggunakan Bis APTB dari Terminal Rawamangun. Aktivitas saya masih kuliah sehingga pulang seminggu sekali pada saat akhir pekan. Sebelum berangkat saya mengabari bapak melalui SMS bahwa saya akan pulang malam ini. Namun, sesampainya di Bogor tak kunjung ada balasan. Sebersit dalam pikiran mungkin beliau sedang tidur. Saya pun SMS untuk kedua kalinya, “Pak di rumah ada lauk untuk makan mlm?” seraya dengan nada bercanda. SMS pun terkirim tapi tak juga ada balasan. Ya sudahlah, kalaupun tidak ada lauk untuk makan malam, saya bisa berjalan lagi ke depan gang.
Setibanya di depan rumah pukul 22.37 WIB, saya panik bukan main. Rumah dalam keadaan gelap, mobil pun tidak ada. Saya langsung menelpon bapak saya. Innalilahi wa innailahi rojiun, kabar buruk yang berawal dari firasat sebulan lalu pun terjadi. Beliau mengabarkan bahwa sedang di kantor Polisi mengurus Berita Acara dan Surat Keterangan Hilang terkait modus pecah kaca mobil. Badan ini langsung lemas karena prihatin dengan musibah yang menimpa bapak dan kakak saya. Terlebih profesi bapak sebagai dosen di Universitas Terbuka dan kakak sebagai mahasiswa tingkat akhir Ilmu Komputer, IPB. Saya pun langsung menginterogasi terkait barang-barang yang hilang.
Beliau pun bercerita cukup detail meskipun melalui telepon. Awalnya beliau dan kakak saya usai mengantarkan rekan kerja bapak sehingga salat Maghrib dengan waktu yang mepet di masjid dekat dengan SDN Papandayan, Bogor. Mengingat waktu Isya berdekatan maka mereka pun menanti waktu salat. Tak jauh dari masjid, mobil terparkir dalam kondisi yang cukup lengang nan sepi. Usai salat Isya, kakak mengaktifkanremote mobil untuk bergegas pulang. Tiba-tiba kakak saya terkejut saat membuka pintu mobil dengan alarm yang berbunyi. Kaca mobil yang berada di pintu depan sebelah kiri pecah tanpa sisa. Sekonyong-konyong bapak saya pun memeriksa kondisi yang ada di dalam mobil. Alhasil, tas beliau berisikan: notebook, hardisk eksternal, buku tabungan, dan beberapa amplop yang berisi uang. Berikut pula tas kakak yang berisikan: dompet (STNK mobil-motor, e-KTP yang baru saja jadi, sim A, sim C, Kartu Askes, dan beberapa lembar pecahan ratusan ribu), juga termasuk kartu bimbingan skripsi dan kunci rumah (poin terakhir ini penting) raib tak tersisa. Percakapan pun berakhir. Langkah menjadi gamang sebab kondisi rumah sedang terkunci, dan tetangga mungkin sudah pulas tertidur sehingga kebingungan mencari tempat menunggu.
Sambil menunggu kepulangan bapak, saya mampir di tempat makan seraya berdoa dimudahkan, dilapangkan segala urusan dan ikhlas sebagai kunci yang utama untuk bapak dan kakak saya. Aamiin...
Sekitar satu jam kemudian, bapak dan kakak pun menyusul. Kami bertiga makan malam bersama sambil mendiskusikan pekerjaan selanjutnya bagaimana memasuki rumah tanpa kunci yang berlapis 2 pintu. Alhamdulillah, Allah memang memudahkan hambaNya yang sedang bersusah hati sehingga masih ada tetangga di depan rumah kami yang belum terlelap bersedia memberi bantuan. Dengan kelengkapan perkakas yang ala kadarnya, mengakali dengan logika tanpa ilmu pasti pertukangan alhasil selama satu jam pintu berhasil terbuka. Meskipun ada sedikit senyum di antara mereka usai berhasil memasuki rumah namun terlihat pula raut muka bapak yang masih berat mengikhlaskan terutama dokumen dan data-data penting serta kakak yang kebingungan dengan STNK, SIM, dan kartu bimbingan skripsi.
Saya pun teringat petuah-petuah orang bijak bahwa baik harta maupun anak merupakan titipan dari yang Kuasa. Manusia bertugas untuk menjaga dan merawatnya.
Tak ada sebaik-baiknya perkataan selain berdoa. Hingga detik ini saya pun masih berdoa.. Berdoa pula untuk keselamatan Ibunda yang sedang beribadah Umrah agar kembali dengan selamat. Aamiin...
Mengerti berarti memaafkan segalanya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI