Mohon tunggu...
Maulana Husada
Maulana Husada Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Generasi pendidik. Bengkel Sastra Universitas Negeri Jakarta. Mahasiswa Program Pascasarjana | Pendidikan Bahasa. | @maoelinhoo : "Tak perlu menunggu sukses untuk melakukan sesuatu tapi kerjakanlah sesuatu itu saat ini menuju kesuksesan. (MH) "Mendidik adalah tugas moral para insan yang terdidik" (Anies Baswedan)..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Teater Itu Lebih dari Sekedar Istiqomah

8 Juni 2013   21:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:20 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Disarikan dari Workshop Teater dan Keaktoran oleh Iman Soleh)

PURILINGUA, JBSI UNJ - 1 Juni 2013

Syukurlah tidak terlambat karena hari ini sudah yakin akan menjadi hari luar biasa untuk mengikuti workshop teater dan keaktoran. Meskipun hari ini sebenarnya ada undangan pernikahan teman sekelas tetapi saya memutuskan untuk menghadiri materi teater dari tokoh dramawan asal Bandung, Bpk. Iman Soleh. Bisa jadi materi tersebut akan saya kenang biarpun sekali seumur hidup.

Saya masih menerka-nerka akan disulap seperti apa panggung berlantai merah berukuran kira-kira 5 x 3 m². Di sekelilingnya sudah tergelar rapi alas duduk dengan format prosenium (baca: lesehan). Semua yang berada di sana tak sabar menanti sang pemateri dengan alat tulis dan pakaian trainingnya. Peserta pada workshop kali ini meliputi kawan-kawan Bengkel Sastra yang memang sedang berproses Hantu dan Pohon Putih serta dari kalangan pelajar tingkat SMP yang menaruh minat pada seni pemeranan.

Pukul 09.30 WIB rombongan yang datang dari Bandung pun datang. Bpk. Iman Soleh dengan segenap pasukannya menyapa dengan senyum hangat sambil bersalaman dibarengi dengan menyebutkan nama dirinya. Sejenak berpikir, nampaknya sudah jarang para tokoh terpandang mau berjabat tangan dan hal ini tentunya sebagai ciri khas atau wujud keakraban dalam tradisi Indonesia sekalipun hanya "basa-basi".

Tanpa perlu pakaian mewah dengan logo ternama, beliau hanya memakai jeans biru dan kaos hitam dengan logo CCL sesuai dengan komunitas seni yang dibinanya. Lalu, di belakang kaos itu bertuliskan petikan dialog dalam pementasan teater oleh CCL (Celah-celah Langit) yang digarap pada 2011 berjudul TANAH. "Di mana ari-arimu ditanam. Di situ kamu dilahirkan. Menjual Tanah berarti menjual Ibumu sendiri".

Bpk. Iman memulai perkenalan diri atas namanya, 'Soleh yang ber-Iman'. Beliau datang bersama istri, yakni Ibu Chandra, sang anak Mahesa, dan "sastrawan bersertifikat" kang Peri Sandi. Beliau memperkenalkan pula komunitas CCL yang ia rintis sejak awal hingga besar sampai sekarang di Ledeng, Bandung. Baginya berkesenian dalam teater adalah perjuangan. Perjuangan memelihara dan menggeluti dengan istiqomah sehingga terbentuk kantong budaya yang hidup atas dasar kesadaran berkesenian. Hal tersebut tak terlepas dari keberangkatan Iman Soleh yang sejak kecil mengenal kesenian tradisi.

MATERI POKOK 1. KEBIASAAN MEMBACA DAN MENULIS

Modal seorang aktor adalah rutinitas membaca dan menulis yang intensif. Hal tersebut dapat membantu kreatifitas aktor melalui intelektualitasnya terhadap apa yang diketahui dan yang belum diketahui sama sekali. Pada dasarnya berteater memadukan beragam ilmu di samping teknik teater itu sendiri, seperti psikologi, musik, matematika, biologi dan bidang ilmu lainnya. Dengan kebiasaan inilah seorang aktor dapat memperkaya kemasan pemanggungan melalui gagasan yang ia ciptakan.

2.      PARADIGMA TEATER: MEMBESARKAN HAL-HAL KECIL

Berteater itu harus menyenangkan. Kalau tidak dimulai dari niat dan kerendahhatian maka akhir dari suatu proses akan berbeda. Lalu, apa maksud membesarkan dari hal-hal yang kecil? Hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang sering kita sepelekan. Misalnya, lihatlah daun yang terjatuh di hadapan kita. Seorang aktor yang kreatif, ia akan mengambil selembar daun dengan penuh ekspresif, penghayatan, penjiwaan, karakter, dan dilengkapi dengan tindakan cepat. Hal tersbut bukanlah mendramatisir melainkan melatih kepekaan kita agar terangsang terhadap fenomena yang ada.

Membesarkan hal-hal yang kecil juga dimaknai sebagai upaya untuk menghargai hal yang tidak kita indahkan sebelumnya. Padahal, memulai dari hal-hal yang terdekat saja bisa membuat kepekaan kita muncul dan tentu melatih daya imajinasi. Misalnya, "aduh" biarpun hanya terdiri atas satu kata tetapi tugas aktor adalah mengantarkan kata itu sampai pada penonton. "Aduh" yang bagaimana sehingga memiliki interpretasi yang seragam. Pak Iman pun menambahkan bahwa "kata adalah kendaraan imajinasi seorang aktor".

Belajar akting yang paling mudah adalah membayangkan tetapi hal yang paling sulit adalah mewujudkannya. Hal yang bisa dicangkul oleh kita yakni berangkat dari kesedihan karena kita justru lebih sulit membuat orang lain bahagia.

3.      FOKUS DAN KONSENTRASI: BUKAN SEKEDAR INGATAN

Pada dasarnya ingatan atau memori kita hanya bisa fokus 6 detik pertama dan maksimal 9 detik. Menyadari kelemahan dalam sistem daya ingat maka seorang aktor harus melatih fokus dan konsentrasi yang bukan berbasis ingatan melainkan menggunakan metode permainan. Melalui permainan para aktor dapat melatih ACT dan THINK atau berlaku sambil berpikir. Jadi, keduanya bersinergis secara total.

Musuh terbesar seorang aktor saat berada di atas panggung adalah menahan tawa, gelisah, kurang percaya diri dan lainnya. Hal tersebut dapat dilatih dalam sebuah permainan yang dikenalkan oleh Pak Iman, Mahesa, dan Kang Peri dengan nama "LOGIKA ANGIN".

Aturan permainan

  • Peserta berbaris layaknya upacara bendera, terdiri atas 5-10 orang dalam satu saf. Setiap saf diikuti dengan beberapa orang dibelakangnya.
  • Instruksinya, bila instruktor menyebut ANGIN KIRI  maka peserta bergerak dengan melompat ke arah KANAN dengan bersama-sama sehingga terlihat bagaimana kekompakan dalam 1 tim, begitupun dengan ANGIN KANAN = KIRI, ANGIN BAWAH = ATAS, ANGIN ATAS = BAWAH. Keempat instruksi sederhana ini merupakan logika angin dalam hembusannya. Namun faktanya, banyak di antara peserta yang masih sulit emgnatur logika, ucapan dan tindakan sehingga tidak sinkron.
  • Permainan ini mengajarkan bahwa tidak ada yang bisa menolong seorang aktor ketika di atas panggung. Ini berarti kunci aktor bermain bagus dimulai dengan fokus dan konsentrasi.

4.      KOMBINASI TUBUH, UCAPAN, DAN PIKIRAN

Tubuh, ucapan, dan pikiran adalah modal seorang aktor. Pak Iman pun bercerita bahwa dirinya nyeri hate bila salah seorang pengajar teater saat beliau sekolah dulu berkata "Iman apa yang kamu banggakan dari diri kamu sebagai seorang aktor? Tidak ada bukan, suara jelek, mata belo" Tetapi lihatlah, hipotesis tersebut tidak berlaku. Kini, Pak Iman justru hadir dengan membawakan workshop sebagai pemateri pula dan peserta merasakan gairah yang meledak-ledak selama mengikuti materi. Dalam hal ini, yang perlu ditekankan adalah fungsi bukan bentuk atau tampilan fisik.

5.      PENDEKATAN TEATER: SUSURUPAN, KASURUPAN, NYURUP Ketiga istilah tersebut terdengar amat asing di telinga kita selain kata kesurupan. Susurupan adalah kepura-puraan. Kasurupan adalah ketidakterkendalian. Nyurup adalah kesadaran yang dikendalikan.

1370702322519393307
1370702322519393307

Dalam simulasinya, Pak Iman memberikan arahan bagaimana seorang aktor dapat keluar dari belenggu ekspresi yang malu-malu. Oleh karena itu, ketiga istilah tersebut dapat digunakan sebagai pendekatan untuk membantu aktor mencapai totalitas berekspresi. Masih berangkat dari kesedihan yang nampak paling dekat dari diri maka Pak Iman menginstruksikan agar peserta menulis salah satu dari ketiga topik berikut ini, yaitu  (1) Kejahatan yang paling kejam, (2) Makanan kesukaan, dan (3) Benda kesayangan secara mendetail dan memiliki dampak psikologis terhadap penonton sehingga dapat merasakan, membayangkan atau terlihat lebih konkret meskipun sesungguhnya abstrak.

Ternyata banyak peserta yang pada awalnya tidak diberi perlakuan akan mengalami perkembangan yang pesat bila menggunakan salah satu dari ketiga pendekatan psikologi tersebut. Ipung, mahasiswi semester 2 Jurusan Bhs dan Sastra Indonesia, UNJ memilih bentuk kekejaman yang paling kejam menurutnya adalah sebagai pencuri sandal. Pada awalnya, ia membawakan dengan tempo yang lambat, suara lembut, dan kurang ekspresif. Namun, seolah sim salabim seluruh peserta dihadapannya dibuat kagum, ketika pesonanya memikat penonton lebih total dari sebelumnya melalui pendekatan "nyurup". Pak Iman membantu Ipung dengan bantuan dua orang yang memegang kedua tangannya. Alhasil,  Ipung meronta, berteriak, penuh karakter sebagai pencuri sendal paling kejam. Hiiyyy...

1370702106700953600
1370702106700953600
6.      PSIKOLOGI BERTEATER: MALU ITU WAJAR, HAL YANG TIDAK WAJAR TIDAK PUNYA MALU Teknik latihan dasar pemeranan mau untuk saling dilihat dan melihat.

IMAN SOLEH - "Teater itu seperti kue. Semakin menarik dan enak rasanya kita akan ketagihan. Ada juga yang membuat kita bolak-balik ke toilet karena rasanya tidak enak. Bahkan, ada juga yang bisa membuat kita tidur. Zzzzz...... Jadi, jangan kapok menonton teater yang tidak bagus"

TEATER ITU CARA BERKOMUNIKASI

SELAMAT BERKARYA...

13706989091587498396
13706989091587498396

Pada akhirnya waktulah yang memisahkan kami. Ditutup dengan doa, serta impian dalam kemajuan teater Indonesia. Tangan kami saling menyilang pertanda bahwa di setiap eratnya akan selalu memberi dan menerima.

1370702380569406493
1370702380569406493
http://hantudanpohonputih.blogspot.com/2013/06/teater-itu-lebih-dari-sekedar-istiqomah.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun