Aku menjadi korban dari kebiadaban manusia. Kehadiranku seakan tidak pernah diharapkannya. Semasa aku hidup, para insinyur mencari cara agar keberadaanku tidak mengganggu para petani. Alhasil, banyak temanku yang tak sadarkan diri karena teperdaya oleh perangkap hingga zat kimia yang bernama pestisida. Maka aku putuskan untuk pindah ke rumah-rumah penduduk. Berharap mendapat tempat perlindungan yang lebih baik, ternyata nasib berkata lain. Semua penghuni rumah geram dengan kemunculanku seakan aku adalah pencuri kelas kakap. Namaku menjadi citra yang buruk baik di masyarakat maupun media elektronik. Semua hal yang berbau korupsi, aku menjadi ikonnya. Padahal sudah jelas manusialah yang melakukannya, bukan aku.
Aku juga mendengar kebiadaban manusia yang lain dari sanak saudaraku yang tinggal di pelosok jalanan ibu kota. Mereka menjadi korban tabrak lari oleh pengendara yang tak bermoral. Jasad teman-temanku hancur sampai seluruh organ tubuh mereka terburai, digilas ban-ban besar. Lalu, jasad mereka tak diacuhkan siapapun, dibiarkan hingga mengering sama rata dengan aspal. Tak berhenti di situ, aku pun mendengar cerita bahwa kami sering menjadi alat percobaan di laboratorium untuk dibedah seluruh organ kami. Aku ngeri atas tindakan yang tidak berperikehewanan ini. Sampai sekarang, aku tak berani menjenguk teman-temanku di sana.
ERA KEBANGKITAN
Untungnya, seorang berkebangsaan Amerika bernama Burhuss Frederic Skinner (1904-1990) memperhatikan tingkah laku kami secara mendetail. Melalui pengamatannya, ia melaporakan bahwa perilaku kami bisa diterapkan ke manusia melalui Skinner Box sehingga menghasilkan teori Operant-Conditioning. Aku mempelajari bahwa setiap tindakanku seperti mencakar, melompat, bahkan membuang kotoranku di kotak tersebut akan menghasilkan suatu kesengajaan dan ketidaksengajaan. Alhasil, aku menekan suatu tuas dan makanan pun berjatuhan sehingga selalu kuulangi. Eksperimen inilah yang membawaku dipelajari para mahasiswa dalam kuliah Psikologi Behavioral. Kini malah dapat diimplikasikan di bidang pendidikan bahwa semakin manusia dipuji maka akan mengulangi perbuatannya di kemudian hari.
Mungkin, satu-satunya cara agar derajatku diperhatikan adalah meminta bantuan Amerika. Meskipun kami dieksploitasi untuk menghibur manusia tapi kami merasa terpandang. Di sana, kami cukup dikenal dengan baik melalui tokoh Micky Mouse pada tayangan kartun Disney di era 90-an. Berkat figur J. Stuart Blacton yang memopulerkan kami pada tahun 1906 dengan mudah ketenaran kami diperhatikan dunia. Bahkan, kami sempat tampil di layar lebar pada 1928 di New York. Namun, lewat serial Tom & Jerry yang dikonsumsi juga oleh anak-anak, karakter kami seakan selalu bertengkar. Padahal tidak selamanya bangsa kami dan kucing seperti itu. Ada juga kok, kucing yang ciut melihat kami bahkan tak sudi memangsa kami karena terbiasa hidup di kolong negeri. Seperti itulah, catatan kebanggaanku sepanjang sejarah dari nenek moyang melalui cerita yang turun dari generasi ke generasi.
Tak hanya sampai di situ, nama kami pun diabadikan pada bidang komputer oleh seorang pria yang lagi-lagi berkebangsaan Amerika, Douglas Engelbart. Engelbart merancang perangkat seukuran telapak tangan, dengan instrumen berbasis roda pada 1963. Dia menggunakan nama kami tanpa mengubah bentuk, Mouse (KBBI: tetikus). Peranti tersebut menyerupai fisik dan kebiasaan kami yang kerap 'blusukan' untuk mencari apapun. Sampai sekarang pun, peranti tersebut tetap digunakan untuk memindahkan kursor di layar komputer dan berperan sebagai alat alternatif papan ketik (keyboard) komputer.
Betapa bangsa kami memiliki peran yang besar untuk dunia. Tapi tetaplah, manusia sering tak mengacuhkan kehadiran kami menjadi sesuatu yang bernilai. Di Indonesia, nama kami menjadi citra yang buruk, seperti: tikus-tikus kantor, demam kencing tikus, jalan tikus, dsb. Sementara di Cina, tersebutlah nama kami dalam salah satu dari kedua belas sistem penanggalan tionghoa terutama yang lahir pada tahun 1924, 1936, 1948, 1960, 1972, 1984, 1996, 2008. Shio tikus memiliki karakterisitk orang yang kreatif, jujur, murah hati, ambisius, cepat marah, dan boros. Beberapa tokoh ternama yang bershio tikus, seperti pesepakbola; Zinedine Zidane, Cristiano Ronaldo, penyanyi; Katty Perry, Ahmad Dhani, bahkan mantan presiden AS George H. W Bush.
Semoga suara hati ini terdengar oleh para manusia yang katanya berakal dan berbudi pekerti meskipun kenyataannya binatang yang berakal. Dari kolong negeri ini, aku berdoa agar mereka sadar bahwa hidup adalah hak semua ciptaan-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H